BAB I
PENDAHULUAN
LatarBelakang Masalah
Pada zaman
dahulu ketika tekhnologi belum dikenal oleh masyarakat umum secara luas setiap
penyakit yang diderita oleh manusia sering sekali dikait-kaitkan dengan hal-hal
yang berbau spiritual dan alam gaib, setiap penyakit dihubung-hubungkan dengan
gangguan makhluk halus, oleh karena itu orang yang sakit lebih memilih berobat
kedukun atau orang pintar yang dianggap bisa berkomunikasi langsung dengan
makhluk halus ketimbang berobat ke tabib yang mengerti tentang jenis penyakit
berdasarkan ilmu perobatan. Pergeseran zaman dan kemajuan tekhnologi tidak
dapat terelakkan lagi, saat ini penyakit sudah dapat dilihat dan diobati dengan
obat-obatan yang bagus dengan menggunakan metode pengolahan canggih,
perkembangan ilmu pengetahuan dapat lebih menspesifikkan penyakit-penyakit
tersebut. Ada penyakit yang bersumber dari virus, bakteri atau baksil-baksil
sehingga untuk mengobatinya membutuhkan obat-obatan medis, tetapi ada juga
penyakit yang bersumber dari jiwa atau hati suatu individu, jadi secara fisik
individu tersebut tidak terkena virus, bakteri atau baksil-baksil, namun pada
kenyataannya individu tersebut sakit. Penyakit
tersebutlah yang dinamakan dengan penyakit hati atau penyakit mental, untuk
mengatasi penyakit tersebut diperlukan menejemen hati atau mental yang baik
sehingga dapat membentuk kesehatan mental yang berimbas pada kesehatan secara
fisik individu tersebut.
Kehidupan modern dewasa ini telah tampil
dalam dua wajah yang antagonistik. Di satu sisi modernisme telah berhasil
mewujudkan kemajuan yang spektakuler, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi. Di sisi lain, ia telah menampilkan wajah kemanusiaan yang buram
berupa kemanusiaan modern sebagai kesengsaraan rohaniah.
Secara singkat lahirnya stigma ditimbulkan
oleh keterbatasan pemahaman masyarakat mengenai etiologi gangguan jiwa, di
samping karena nilai-nilai tradisi dan budaya yang masih kuat berakar, sehingga
gangguan jiwa sering kali dikaitkan oleh kepercayaan masyarakat yang
bersangkutan. Dalam konsep kesehatan mental Islam, pandangan mengenai stigma
gangguan jiwa tidak jauh berbeda dengan pandangan para ahli kesehatan mental
pada umumnya. Namun, yang ditekankan di dalam konsep kesehatan mental Islam di
sini adalah mengenai stigma gangguan jiwa yang timbul oleh asumsi bahwa
gangguan jiwa disebabkan oleh pengaruh kekuatan supranatural dan hal-hal gaib.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana Paradigma Psikologi dan Islam
mengenai Kesehatan Mental?
2.
Apakah Ciri Kesehatan Mental menurut Psikologi
dan Islam?
3.
Bagaimana Cara pencapaian Kesehatan Mental
menurut Psikologi dan Islam?
BAB II
PEMBAHASAN
Paradigma Tentang
Kesehatan Mental
Paradigma Psikologi
Paradigma dalam Kesehatan
Mental Prinsip-prinsip dalam memahami Kesehatan Mental telah diungkap Schneiders sejak tahun 1964,
yang mencakup tiga hal :
1. 11 prinsip yang didasari atas sifat manusia,
yaitu:
1.
Kesehatan dan penyesuaian
mental tidak terlepas dari kesehatan fisik dan
integritas organisme.
integritas organisme.
2.
Dalam memelihara kesehatan
mental, tidak terlepas dari sifat manusia sebagai pribadi yang bermoral, intelek, religius, emosional, dan sosial.
3.
Kesehatan dan penyesuaian
mental memerlukan integrasi dan pengendalian diri, meliputi: pengendalian pemikiran, imajinasi,
hasrat, emosi dan perilaku.
4.
Memperluas pengetahuan diri merupakan keharusan dalam pencapaian dan
memelihara kesehatan mental.
memelihara kesehatan mental.
5.
Kesehatan mental memerlukan konsep diri yang
sehat, meliputi: penerimaan diri dan usaha yang realistic terhadap status dan harga diri.
6.
Pemahaman dan penerimaan diri harus ditingkatkan dalam usaha
meningkatkan diri dan realisasi diri untuk mencapai kesehatan mental.
meningkatkan diri dan realisasi diri untuk mencapai kesehatan mental.
7.
Stabilitas mental memerlukan pengembangan
yang terus-menerus dalam diri individu, terkait dengan: kebijaksanaan, keteguhan hati, hukum,
ketabahan, moral, dan kerendahan hati.
8.
Pencapaian dalam pemeliharaan kesehatan
mental terkait dengan penanaman kebiasaan baik.
9.
Stabilitas mental menuntut kemampuan adaptasi,
kapasitas mengubah situasi dan kepribadian.
10. Stabilitas mental memerlukan kematangan pemikiran,
keputusan,
emosionalitas, dan perilaku.
emosionalitas, dan perilaku.
11. Kesehatan mental memerlukan belajar mengatasi secara efektif dan secara
sehat terhadap konflik mental, kegagalan, serta ketegangan yang timbul.
sehat terhadap konflik mental, kegagalan, serta ketegangan yang timbul.
2. 3 prinsip yang didasari atas hubungan manusia dengan lingkungannya,
yaitu:
1. Kesehatan mental dipengaruhi oleh hubungan
interpersonal yang sehat,
khususnya di dalam keluarga.
khususnya di dalam keluarga.
2. Penyesuaian yang baik dan kedamaian pikiran dipengaruhi oleh kecukupan
individu dalam kepuasan kerja.
individu dalam kepuasan kerja.
3. Kesehatan mental memerlukan sikap yang
realistik, yaitu menerima realita
tanpa distorsi dan objektif.
tanpa distorsi dan objektif.
3. 2 prinsip yang didasari atas hubungan individu dengan Tuhan, yaitu:
1.
Stabilitas mental memerlukan pengembangan kesadaran atas realitas terbesar dari dirinya yang
menjadi tempat bergantung kepada setiap tindakan yang fundamental.
2.
Kesehatan mental dan ketenangan hati memerlukan hubungan yang
konstan antara manusia dengan Tuhannya.
Adapun paradigma yang
digunakan dalam mempelajari Kesehatan Mental
yang diyakini sebagai tinjauan multi faktorial, antara lain:
yang diyakini sebagai tinjauan multi faktorial, antara lain:
PENDEKATAN
BIOLOGIS. Dengan mempelajari fungsi otak, kelenjar endokrin, dan fungsi sensoris, pendekatan tersebut meyakini bahwa kesehatan mental individu sangat dipengaruhi oleh faktor orgenetik dan kondisi saat ibu hamil, serta factor eksternal terkait: gizi,
radiasi, usia, komplikasi penyakit.
PENDEKATAN
PSIKOLOGIS. Pendekatan tersebut meyakini bahwa factor psikologis berpengaruh besar pada kondisi mental seseorang, dimana dalam pendekatan psikologis memiliki 3
pandangan yang besar yang membahas mengenai hal tersebut, yaitu:
A.
PSIKOANALISA
Pendekatan
yang meyakini bahwa interaksi individu pada awal kehidupannya serta konflik intrapsikis yang terjadi akan mempengaruhi perkembangan kesehatan
mental seseorang. Faktor Epigenetik mempelajari kematangan psikologis seseorang yang berkembang seiring pertumbuhan fisik dalam tahap tahap perkembangan individu, juga merupakan factor penentu kesehatan mental
individu.
B. BEHAVIORISTIK
Pendekatan yang meyakini Proses
pembelajaran dan Proses belajar sosial
akan mempengaruhi kepribadian seseorang. Kesalahan individu dalam proses
pembelajaran dan belajar social akan mengakibatkan gangguan mental.
akan mempengaruhi kepribadian seseorang. Kesalahan individu dalam proses
pembelajaran dan belajar social akan mengakibatkan gangguan mental.
C.
HUMANISTIK
Perilaku individu dipengaruhi oleh hirarkhi kebutuhan yang
dimiliki. Selain itu, individu diyakini memiliki kemampuan memahami potensi dirinya dan
berkembang untuk mencapai aktualisasi diri.
berkembang untuk mencapai aktualisasi diri.
PENDEKATAN SOSIO-KULTURAL. Memiliki beberapa pendekatan, yaitu:
STRATIFIKASI SOSIAL yang membahas faktor sosial – ekonomi dan seleksisosial; INTERAKSI SOSIAL yang membahas fungsi dalam suatu hubungan interpersonal (Teori Psikodinamik, Teori rendahnya interaksisosial : isolasi, kesepian); TEORI KELUARGA yang mempelajari pengaruh pola asuh, interaksiantar anggota keluarga, dan fungsi keluarga terhadap kesehatan mental individu: PERUBAHAN SOSIAL, yang mengkaitkan perubahan jangka panjang, migrasi dan industrialisasi, sertakondisikrisisdengankondisi mental individu; SOSIAL - BUDAYA, yang mempelajari pengaruh agama dan budaya pada kondisi mental seseorang; STRESSOR SOSIAL, yang mempelajari pengaruh berbagai situasi sosial yang berdampak psikologis (misal: perkawinan, meninggal, kriminalitas, resesi) terhadap kondisi mental individu.
STRATIFIKASI SOSIAL yang membahas faktor sosial – ekonomi dan seleksisosial; INTERAKSI SOSIAL yang membahas fungsi dalam suatu hubungan interpersonal (Teori Psikodinamik, Teori rendahnya interaksisosial : isolasi, kesepian); TEORI KELUARGA yang mempelajari pengaruh pola asuh, interaksiantar anggota keluarga, dan fungsi keluarga terhadap kesehatan mental individu: PERUBAHAN SOSIAL, yang mengkaitkan perubahan jangka panjang, migrasi dan industrialisasi, sertakondisikrisisdengankondisi mental individu; SOSIAL - BUDAYA, yang mempelajari pengaruh agama dan budaya pada kondisi mental seseorang; STRESSOR SOSIAL, yang mempelajari pengaruh berbagai situasi sosial yang berdampak psikologis (misal: perkawinan, meninggal, kriminalitas, resesi) terhadap kondisi mental individu.
PENDEKATAN LINGKUNGAN. Pendekatan tersebut memiliki dua dimensi, yaitu: DIMENSI LINGKUNGAN FISIK, yang terkait dengan: ruang, waktu, dan sarana (gizi) yang menyertai. DIMENSI LINGKUNGAN KIMIAWI DAN BIOLOGIS, yang terkait dengan: polusi, radiasi, virus danbakteri, populasimakhlukhidup lain.
Paradigma Islam
Menurut Hasan Langgulung, kesehatan mental
dapat disimpulkan sebagai “akhlak yang mulia”. Oleh sebab itu, kesehatan mental
didefinisikan sebagai “keadaan jiwa yang menyebabkan merasa rela (ikhlas) dan
tentram ketika ia melakukan akhlak yang mulia. Didalam buku Yahya Jaya menjelaskan bahwa
kesehatan mental menurut islam yaitu, identik dengan ibadah atau pengembangan potensi diri yang
dimiliki manusia dalam rangka pengabdian kepada Allah dan agama-Nya untuk mendapatkan
Al-nafs Al-muthmainnah (jiwa yang tenang dan bahagia) dengan kesempurnaan iman
dalam hidupnya.
Sedangkan dalam bukunya Abdul Mujib dan Yusuf
Mudzkir kesehatan menurut islam yang dkutip dari Musthafa fahmi, menemukan dua
pola dalam mendefenisikan kesehatan mental:
- Pola negatif (salaby), bahwa kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari neurosis (al-amhradh al-’ashabiyah) dan psikosis (al-amhradh al-dzihaniyah).
- Pola positif (ijabiy), bahwa kesehatan mental adalah kemampuan individu dalam penyesuaian terhadap diri sendiri dan terhadap lingkungan sosial.
Di dalam Al-Qur’an sebagai dasar dan sumber
ajaran islam banyak ditemui ayat-ayat yang berhubungan dengan ketenangan dan
kebahagiaan jiwa sebagai hal yang prinsipil dalam kesehatan mental. Ayat-ayat
tersebut adalah:
لَقَدْ
مَنَّ اللّهُ عَلَى الْمُؤمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولاً مِّنْ أَنفُسِهِمْ
يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ
وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُواْ مِن قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُّبِينٍ
Sungguh
Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah
mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang
membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan
mengajarkan kepada mereka al-kitab dan al-hikmah. Dan sesungguhnya sebelum
(keadaan nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
(Q.S. 3: 164)
Dengan kejelasan ayat Al-Qur’an dan hadits
dapat ditegaskan bahwa kesehatan mental (shihiyat al nafs) dalam arti
yang luas adalah tujuan dari risalah Nabi Muhammad SAW diangkat jadi rasul
Allah SWT, karena asas, ciri, karakteristik dan sifat dari orang yang bermental
itu terkandung dalam misi dan tujuan risalahnya. Dan juga dalam hal ini
al-Qur’an berfungsi sebagai petunjuk, obat, rahmat dan mu’jizat (pengajaran)
bagi kehidupan jiwa manusia dalam menuju kebahagian dan peningkatan kualitasnya
sebagai mana yang ditegaskan dalam ayat berikut:
Bahwa Allah menjanjikan kemenangan kepada
orang-orang yang mengajak kepada kebaikan,menyuruh kepada yang makruf dan
mencegah kapada yang mungkar. Keimanan,katqwaan,amal saleh,berbuat yang makruf,
dan menjauhi perbuatan keji dan mungkar faktor yang penting dalam usaha
pembinaan kesehatan mental. Maka dapat dikatakan bahwa semua misi dan tujuan dari
ajaran Al-Qur’an (islam) yang berintikan kepada akidah, ibadah, syariat, akhlak
dan muamalata adalah bertujuan dan berperan bagi pembinaan dan pengembangan
sumber daya manusia yang berkualitas dan berbahagia.
Islam memiliki konsep tersendiri dan khas
tentang kesehatan mental. Pandangan islam tentang kesehatan jiwa berdasarkan
atas prinsip keagamaan dan pemikiran falsafat yang terdapat dalam ajaran-ajaran
islam. Berdasarkan
pemikiran diatas maka setidak-tidaknya ada enam prinsip keagamaan dan pemikiran
filsafat yang mendasari konsep dan pemahaman islam tentang kesehatan jiwa yang
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.
Prinsip
dan filsafat tentang maksud dan tujuan manusia dan alam jagad dijadikan oleh
Allah SWT. Diantara maksud dan tujuan manusia dijadikan Allah adalah untuk
beribadah dan menjadi khalifah di bumi.
2.
Prinsip
dan filsafat tentang keadaan sifat Allah dan hubungannya dengan sifat
manusia. Dalam keyakinan islam Allah SWT memiliki sifat dan nama-nama yang
agung, yakni asmaul husna yang jumlahnya ada 99 nama atau sifat.
3.
Prinsip
dan filsafat tentang keadaan amanah dan fungsi manusia dijadikan Allah sebagai
khalifah di bumi. Manusia dijadikan Allah berfungsi sebagai khalifah di
muka bumi. Sebagai khalifah Allah membekali manusia dengan dua kualitas
(kemampuan), yakni ibadah dan siyadah atau imtak dan ipteks, agar
manusia itu berhasil dalam mengelola bumi.
4.
Prinsip
dan filsafat tentang perjanjian (mistaq) antara manusia dan Allah sewaktu
manusia masih berada dalam kandungan ibunya masing-masing. Allah
menjadikan manusia dalam bentuk kejadian yang sebaik-baiknya, dan kemudian
menyempurnakan kejadian dengan meniupkan ruh ke dalam tubuhnya (basyar),
sehingga membuat para malaikat menaruh hormat yang tinggi kepada manusia.
5.
Prinsip
dan filsafat tentang manusia dan pendidikannya. Manusia dalam pandangan
islam adalah makhluk multidimensional dan multipotensial.
6.
Prinsip
dan filsafat tentang hakikat manusia Dalam pandangan islam hakikat dari
manusia itu adalah jiwanya, karena jiwa itu berasal dari Tuhan dan menjadi
sumber kehidupan.
Ciri-
Ciri Kesehatan Mental
Menurut Psikologi
1.
Sikap kepribadian yang baik terhadap diri sendiri dalam arti dapat mengenal diri sendiri dengan baik.
2.
Pertumbuhan,
perkembangan, dan perwujudandiri
yang baik.
3.
Integrasidiri
yang meliputi keseimbangan
mental, kesatuan pandangan,
dan tahan terhadap tekanan- tekanan yang
terjadi.
4.
Otonomi diri yang mencakup unsur-unsur pengatur kelakuan
dari dalam atau kelakuan-kelakuan bebas.
5.
Persepsi mengenai realitas, bebas dari penyimpangan
kebutuhan, serta memiliki empati dan kepekaan sosial.
6.
Kemampuan untuk menguasai lingkungan dan berintegrasi dengannya secara baik.
Menurut Islam
Dari konsep insan kamil dapat kita tarik kesimpulan bahwa
orang yang sehat mental (insan kamil) diantaranya mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
1.
motif utama setiap tindakannya
adalah beribadah kepada Allah.
2.
senantiasa berdzikir (mengingat
Allah) dalam menghadapi segala permasalahan.
3.
beramal dengan ilmu.
4.
Ketika seseorang mampu menghindarkan
diri dari gangguan mental dan penyakit.
5.
Ketika seseorang mampu menyesuaikan
diri dengan masyarakat, alam, dan Tuhannya.
6.
Ketika seseorang mampu mengendalikan
diri terhadap semua problema dan keadaan hidup sehari-hari.
7.
Ketika dalam diri seeorang terwujud
keserasian, dn keharmonisan antara fungsi-fungsi kejiwaan.
Cara pencapaian Kesehatan Mental
Menurut Islam
Dalam Islam, Ada tiga
pola yang dikembangkan untuk mengungkap metode perolehan dan pemeliharaan
kesehatan mental: Pertama, metode tahalli, takhalli, dan tajalli; Kedua, metode
syariah, thariqah, haqiqah, dan ma’rifat; dan ketiga, metode iman, islam, dan
ihsan. Di sini, kita lebih cenderung memilih pola yang ketiga.
1. Metode Imaniah
Iman secara harfiah
diartikan dengan rasa aman (al-aman) dan kepercayaan (al-amanah). Orang
yang beriman berarti jiwanya merasa tenang dan sikapnya penuh keyakinan dalam
menghadapi problem hidup. Dengan iman, seseorang memiliki tempat bergantung, tempat
mengadu, dan tempat memohon apabila ia ditimpa problema atau kesulitan hidup,
baik yang berkaitan dengan perilaku fisik maupun psikis.
2. Metode Islamiah
Islam secara etimologi
memiliki tiga makna, yaitu penyerahan dan ketundukan (al-silm),
perdamaian dan keamanan (al-salm), dan keselamatan (al-salamah). Realisasi metode Islam dapat
membentuk kepribadian muslim (syakhshiyah al-muslim) yang mendorong
seseorang untuk hidup bersih, suci dan dapat menyesuaikan diri dalam setiap
kondisi. Kondisi seperti itu merupakan syarat mutlak bagi terciptanya
kesehatan mental.
3. Metode Ihsaniah
Ihsan secara bahasa
berarti baik. Orang yang baik (muhsin) adalah orang yang mengetahui akan
hal-hal baik, mengaplikasikan dengan prosedur yang baik, dan dilakukan dengan
niatan baik pula.
Metode ini apabila
dilakukan dengan benar akan membentuk kepribadian muhsin (syakhshiyah
al-muhsin) yang dapat ditempuh melalui beberapa tahapan.
·
Pertama, tahapan permulaan (al-bidayah).
·
Kedua, tahapan kesungguhan dalam menempuh
kebaikan (al-mujahadat).
·
Ketiga, tahapan merasakan (al-muziqat).
Kecerdasan qalbiyah
merupakan akibat dari kesehatan mental seseorang yang tidak sekedar hadir
begitu saja, namun memerlukan proses dinamika seiring dengan perjalanan hidup
seseorang itu sendiri. Dalam kecerdasan qalbiyah ditekankan pemanfaatan potensi
manusia secara integral dalam hubungannya dengan pengembangan kepribadian, hal
ini haruslah disertai prinsip yang berguna dalam upaya pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan mental serta pencegahan terhadap gangguan-gangguan
mental.
Ar-Razi dalam bukunya 'Al-Thib
al-Rûhâniy' menjelaskan cara perawatan dan penyembuhan penyakit-penyakit
kejiwaan dengan melakukan pola hidup sufistik. Melalui konsep zuhud,
pengendalian diri, kesederhanaan hidup, jauh dari akhlak buruk, menjadikan akal
sebagai esensi diri merupakan kunci-kunci perolehan kebahagiaan hidup.
Dari pengertian dan penjelasan
kesehatan mental dalam tinjauan islam, dapat dipahami bahwa islam memberikan
konsep yang komprehensiv dan menyeluruh dalam memahami kesehatan mental.
Menurut Psikologi
Melihat
dari sisi individu. Yaitu ketika ego dapat menjembatani antara dorongan id dan
tuntutan superego tanpa adanya kecemasan dan defence mechanism yang
dilakukan oleh ego, dan juga pandangan-pandangan madzhab psikologi lainnya.
Psikoanalisa
Dalam kaitannya dengan psikoanalisa,
sudah dijelaskan bahwa konsep kesehatan mental yang diyakini oleh freud adalah
ketika ego dapat menjembatani antara dorongan id dan tuntutan superego secara
realistis dan tanpa melibatkan kecemasan pada individu atau dikenal dengan
istilah ego strength. Konsep psikoanalisis mendasarkan perilaku manusia
yang timbul atas dasar dorongan id yang dalam Islam disebut nafsu. Ada
istilah superego, namun lebih ditekankan pada nilai-nilai yang dianut dari
lingkungan dan bukan potensi yang asalnya dari Tuhan.Psikoanalisis terlalu
menekankan alam bawah sadar sehingga terkesan mengesampingkan akal.
Behavioristik
Orang yang sehat mental menurut
konsep behavioristic adalah orang yang perilakunya merupakan hasil belajar yang
benar. Pada hakikatnya, manusia adalah kertas kosong yang perilakunya akan
sangat ditentukan oleh pewarnaan lingkungan. Sehingga kesehatan mental itu
datangnya dari lingkungan.Behavioristik terlalu memandang mekanis manusia dan
terkesan mengabaikan potensi-potensi manusia seperti akal, dan hati nurani.
Humanistik
Dalam konsep humanistik memandang
seseorang yang memiliki mental yang sehat adalah orang yang dapat berfungsi
sepenuhnya (fully functioning person), yaitu orang-orang yang dapat
mencapai penyesuaian psikologis secara baik.Orang-orang tersebut memiliki
tanda-tanda diantaranya adalah terbuka terhadap pengalaman, percaya kepada
organismenya sendiri, dapat mengekspresikan perasan-perasaannya secara bebas,
bertindak secara mandiri, dan kreatif.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari penjelasan makalah
di atas mengenai paradigma, ciri dan cara pencapaian kesehatan mental baik
dalam konsep psikologi maupun konsep ilsma kesemuanya memiliki cara pandang
yang bebeda antara satu dengan yang lainya, psikologi Memandang Kesehatan mental sebagai berikut: 11 prinsip yang didasari atas sifat manusia. 3 prinsip yang didasari atas hubungan manusia dengan lingkungannya, 2 prinsip yang didasari atas hubungan individu dengan Tuhan,
Islam memandang kesehatan mental “keadaan
jiwa yang menyebabkan merasa rela (ikhlas) dan tentram ketika ia melakukan akhlak yang mulia. Bahwa kesehatan mental menurut
islam yaitu, identik dengan ibadah atau
pengembangan potensi diri yang dimiliki manusia dalam rangka pengabdian kepada
Allah dan agama-Nya untuk mendapatkan Al-nafs Al-muthmainnah (jiwa yang tenang
dan bahagia) dengan kesempurnaan iman dalam hidupnya. pola dalam mendefenisikan kesehatan mental:
1.
Pola
negatif (salaby), bahwa kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang
dari neurosis (al-amhradh al-’ashabiyah) dan psikosis (al-amhradh
al-dzihaniyah).
2.
Pola
positif (ijabiy), bahwa kesehatan mental adalah kemampuan individu dalam
penyesuaian terhadap diri sendiri dan terhadap lingkungan sosial.
Ciri Kesehatan mental menurut Psikologi dan Islam
adalah bisa mengenali diri/aktualisasi diri, tumbuh dan berkembang dengan baik,
Kemampuan untuk menguasai lingkungan dan berintegrasi dengannya
secara baik., beribadah kepada Allah. senantiasa berdzikir (mengingat Allah) dalam
menghadapi segala permasalahan., beramal dengan ilmu.
DAFTAR PUSTAKA
Casmini dkk,
2006, Kesehatan Mental, UIN SUKA
Daradjat,
Zakiah, 1995, Kesehatan Mental, Gunung Agung
Hawari, Dadang,
1996, Al-Quran i\Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa,
Dana Bakti Prima Yasa
Jalaluddin,
2007, Psikologi Agama, Raja Grafindo Persada
Kartono,
Kartini, 2000, Hygiene Mental, Bandar Maju
Moeljono,
Soedirjo dan Latipun, 2005, Kesehatan Mental Konsep dan Terapi,
UMM Press
Rochman,
kholil lur. (2010), Kesehatan Mental. Purwokerto: STAIN
MAKALAH
KESESHATAN MENTAL
PARADIGMA, CIRI DAN CARA PENCAPAIAN
KESESHATAN MENTAL DALAM KONSEP PSIKOLOGI DAN ISLAM
Disusun Oleh :
A. Hatimi 11521001
Dosen Pembimbing
Manah Rasmanah, M.SI
JURUSAN BIMBINGAN PENYULUHAN
ISLAM
FAKULTAS DAKWAH dan KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2014