Selasa, 25 Juni 2013

Makalah Teori Bpi


BAB 1
PENDAHULUAN
Latarbelakang Masalah
Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam dilingkungan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) atau Universitas Islam Negeri (UIN) di Indonesia saat ini tumbuh dilingkungan Fakultas Dakwah. Eksistensi jurusan ini mulai dikokohkan oleh Keputusan Menteri Agama (KMA) No. 27 tahun 1995 Jo. Nomor 383 tahun 1997 dan KMA Nomor 486 tahun 2002 khususnya tentang statuta IAIN Sunan Gunung Djati Bandung. Dakwah Islam termasuk bagian bidang kajian Ilmu Agama Islam dengan nomor urutan nomor 7 (tujuh), terdiri dari disiplin ilmu (1) Komunikasi Islam, (2) Bimbingan Penyuluhan Islam, (3) Manajemen Dakwah Islam, (4) Pengembangan Masyarakat Islam. Kemudian berdasarkan hasil seminar dan Lokakarya Nasional tahun 2003 tentang Pembidangan Ilmu Agama Islam ditegaskan disiplin ilmu dakwah terdiri dari 9 (sembilan) disiplin ilmu salah satunya adalah Bimbingan dan Konseling (BK).
            Dari informasi diatas nampak bahwa disiplin ilmu Bimbingan dan Konseling Islam berada dalam bingkai Ilmu Dakwah. Persoalan yang menarik untuk dikaji adalah bagaimana duduk persoalannya disiplin ilmu Bimbingan dan Konseling distrukturkan dan berada dalam bingkai ilmu Dakwah. Sebab selama ini dari epistemologi kurikulum yang ada di Jurusan ini belum terlihat kaitan epistemologis dengan dakwah dan Ilmu Dakwah. Yang ada adalah menginduk atau memodifikasi dari teori-teori Bimbingan dan Konseling umum yang telah ada sehingga belum terlihat kaitan dengan induknya yaitu dakwah dan ilmu Dakwah karena memang tidak mengakar kesana. Tulisan singkat ini ingin mencoba mendudukkan masalah ini untuk melihat dasar yang jelas dimana sesungguhnya posisi BKI di Fakultas Dakwah dan bagaimana pengembangan serta aplikasinya terutama dalam kaitannya dengan proyeksi lapangan kerja.
Rumusan Masalah
1.      Jelaskan pengertian Bimbingan Konseling Islam dan fungsinya?
2.      Jelaskan pengertian Ilmu Dakwah dan fungsinya?
3.      Bagaimana Hubungan Bimbingan konseling agama dengan ilmu Dakwah?
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Bimbingan dan Penyuluhan
Kata bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa inggris guidance dan counceling yang berasal dari kata to guide yang artinya menunjukan. Sedangkan kata bimbingan dalam term bimbingan dan penyuluhan maksudnya adalah suatu pekerjaan pemberian bantuan psikologis kepada seseorang yang secara psikologis memang membutuhkannya yakni membantu agar yang bersangkutan dapat menyelesaikan atau mengatasi suatu problem atau pekerjaan yang sedang dihadapinya.  
Pengertian Penyuluhan
Kata penyuluhan dalam term bimbingan dan penyuluhan merupakan terjemahan dari bahasa ingggris councelling dalam bahasa sehari-hari istilah penyuluhan sering digunakan untuk menyebut pemberian penerangan diambil dari kata suluh yang searti dengan obor. Demikian juga istilah penyuluh kesehatan dimaksdu adalah pemberian penerangan tentang cara-cara hidup secara sehat atau penyluhan keluarga berencana yang merupakan program kerja BKKBN. Sedangkan kata penyuluhan dalam term bimbingan dan penyuluhan maksudnya adalah suatu pemberian bantuan psikologis kepada orang-orang yang bermasalah. Tentang perbedaan arti bimbingan dan konseling dapat dijelaskan sebagai berikut:
·         Pendapat pertama menganggap bahwa konseling merupakan bagian dari bimbingan yakni tehnis bimbingan
·         Pendapat kedua mengatakan bahwa perbedaan bimbingan dan konseling terletak pada pusat perhatianya. Jika bimbingan memusatkan perhatianya pada pencegahan masalah yang dihadapi individu maka konseling memusatkan perhatianya pada penyebuhan individu dari problem psikologi yang sedang dideritanya.
Pengertian Agama
Pengertian agama dapat dilihat dari dua sudut yaitu doktriner dan sosiologis psikologis. Secara doktriner agama adalah suatu ajaran yang datang dari tuhan yang berfungsi sebagai pembimbing kehidupan manusia sagar mereka hidup berbahagia di dunia dan diakhirat. Sebagai ajaran agma adalah baik atau benar dan juga sempurna.
Adapun pengertian agama secara sosiologis psikologis adalaah perilaku manusia yang dijiwai oleh nilai-nilai keagamaan yang merupakan getaran batin yang dapat mengatur dan mengandalikan perilaku manusia baik dalam hubunganya dengan tuhan (ibadah) naupun dengan sesama manusia, diri sendiri dan terhadap realitas lainya.
Bimbingan dan Konseling Agama
Dari pengertian ketiga unsur diatas maka bimbingan dan konseling agama dapat di rumuskan sebagai usaha memberikan bantuan kepada seseorang atau sekelompok orang yang sedang mengalami kesulitan lahir batin dalam menjalankan tugas-tugas hidupnya dengan menggunakan pendekatan agama yakni dengan membangkitkan kekuatan getaran batin (iman) didalam dirinya untuk mendorongnya mengatasi masalah yang dihadapinya. Bimbingan dan penyuluhan agama merupakan bantuan yang bersifat mental spritual dimana diharap dengan melalui kekuatan iman dan takanya kepada tuhan seseorang mampu nmengatasi sendiri problem yang sedang dihadapinya.

Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam
Dengan memperhatikan tujuan umum dan khus bimbingan dan konseling islam dapat dirumuskan nfungsi dari bimbingan dan konseling islam itu sebagai berikut?
Ø  Fungsi Preventif; yakni membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya.
Ø  Fungsi kuratif atau korektif; yakni membantu individu memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau dialami.
Ø  Fungsi preservatif; yakni membantu individu menjaga agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik menjadi baik dan kebaikan itu bertahan lama.
Ø  Fungsi developmental atau pengembangan; yakni membantu individu memlihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab munculnya masalah baginya.

Pengertian Ilmu Dakwah
Ilmu Dakwah adalah kumpulan pengetahuan yang membahas masalah dan segala hal yang timbul atau mengemuka dalam interaksi antar unsur dari sistem dakwah agar diperoleh pengetahuan yang tepat dan benar mengenai kenyataan dakwah. Sedangkan menurut Aminuddin Sanwar dalam pengantar ilmu dakwah. “Ilmu dakwah adalah akumulasi pengetahuan yang dikembangkan umat Islam dalam  susunan yang sistematik dan terorganisir, membahas masalah yang timbul dari interaksi antar unsur dalam sistem penyelenggaraan kewajiban dakwah  dengan tujuan untuk memperoleh pemahaman yang tepat mengenai kenyataan dakwah sehingga diharapkan dapat diperoleh susunan pengetahuan yang bermanfaat bagi penegakkan tugas dakwah dan khilafah umat manusia.”
Ilmu dakwah adalah suatu ilmu yang berisi cara-cara dan tuntunan untuk  menarik perhatian orang lain supaya menganut, mengikuti, menyetujui atau melaksanakan suatu ideologi, agama, pendapat atau pekerjaan tertentu. Orang yang menyampaikan dakwah disebut "Da'i" sedangkan yang menjadi obyek  dakwah disebut "Mad'u". Setiap Muslim yang menjalankan fungsi dakwah Islam adalah "Da'i".
            Dakwah Islam dan Ilmu Dakwah (Islam) jelas memiliki perbedaan yang angat jauh. Jelask sekali bahwa dakwah merupakan hal yang memang ada sejak adanya misi kenabian. Oleh akrna itu, dakwah merupakan aktivitas yang langsung menyatu dengan sejarah. Ibaratnya untuk menulis sejarah dakwah merupakan hal yang relatif lebih mudah.
Hal ini berbeda dengan ilmu dakwah walaupun dakwah sudah inheren dengan gerak islam sejak awalnya namun tidak serta merta memunculkan Ilmu Dakwah. Bahkan untuk ukuran sekarang ini hampir 15 abad kehidupan nabi muhammad SAWA ilmu dakwah masih menjadi ilmu yang relatif baru sehingga masih mendatangkan banyak pertanyaan tentang eksistensi Ilmu Dakwah itu sendiri.
Fungsi Ilmu Dakwah
Ilmu dakwah memiliki beberapa fungsi, diantaranya:
Ø  Untuk memberi penjelasan tentang upaya mentransformasikan nilai-nilai kebenaran dan memberi penjelasan mengenai ajaran islam.
Ø  Memberi penjelasan tentang upaya transformasi iman ke dalam amal shaleh jama’ah.
Ø  Memberi penjelasan tentang upaya membangun dan mengembalikan manusia pada fitrahnya, meluruskan tujuan hidup manusia dan menegakkan
fungsi khilafah manusia menurut Al-Qur’an dan Hadits.

C. Hubungan Bimbingan dan Konseling Islam (BKI) dengan Ilmu Dakwah
            Bimbingan dan Penyuluhan atau yang lazim disebut Bp pada mulanya lebih banyak digunakan dalam dunia pendidikan yakni ilmu bantu yang diperlukan untuk membantu siswa mengalami kesulitan belajar yang disebabkan karena faktor gangguan jiwa. Secara konsepsionil jurusan Psikologi Pendidikan di Fakultas keguruan adalah untuk mencetak tenaga guru yang mampu memberikan layanan Bimbingan dan Penyuluhan kepada siswa bermasalah.
            Dilingkungan Fakultas Agama Islam terutama pada jurusan-jurusan rumpunan Ilmu Dakwah. Bimbingan dan Penyuluhan Kondeling Agama merupakan ilmu bantu dakwah. Ia bisa berdiri dideretan Ilmu Dakwah yakni ilmu yang membicarakan tentang bagaimana berdakwah dikalaangan mad’u yang bermasalah yaitu orang yang mengidap gangguan kejiwaan. Bentuk dakwah dalam pengertian ini obyeknya adalah orang per orang, bukan audien massa. Disis lain Bimbingan dan Penyuluhan Agama juga bisa berdiri di deretan ilmu jiwa terapan yakni Psikologi Dakwah.
            Jika Ilmu Dakwah berbicara tentang komponen-komponen dakwah, Psikologi Dakwah bertugas menyingkaap suasana batin dari perilaku manusia yang terlibat dalam proses dakwah agar da’I dapat menguraikan, meramalkan dan mengendalikan perilaku mad’u secara umum yang dengan itu dakwahnya menjadi efektif maka Bimbingan dan Konseling Agama diperlukan untuk berdakwah kepada orang-orang yang sedang mengalami problem kejiwaan yakni membantu mereka agar dapat kembali menemukan dirinya dan dengan potensi getaran imanya dapt mengatasi kesulitan uang sedang dihadapi.
            Dengan bantuan ilmu Bimbingan dan Konseling Agama para kyai guru agama dan da’I dimungkinkan untuk bekerja secara profesionbal dan tidak menutup kemungkinan memperkaya khazanah keilmuan dan melahirkan teori-teori baru dalam bidang Bimbingan dan Konseling.   
Bimbingan dan Konseling Islam; Sebagai disiplin ilmu yang membentuk kompetensi utama di jurusan BKI dengan ciri khas konseling religius. Dalam bingkai ilmu ini dengan metodologi penalaran istinbath, istiqra dan iqtibas didapat dasar-dasar teori BKI dari sumber pokok (al-Qur’an dan al-Sunnah), teori-teori bantu dari bimbingan dan konseling umum yang telah berkembang dan berbagai hasil riset sejauh tidak bertentangan dan sumber pokok. Jika BKI tidak bersumber kepada dakwah dan ilmu dakwah atau terlepas daripadanya maka kemungkinan besar BKI dilingkungan Fakultas Dakwah secara epistemologis akan mengarah kepada dua bentuk:
  1. Mengakar sepenuhnya kepada epsitemologi dan paradigma Bimbingan dan Konseling umum yang bersumber kepada psikologi konseling atau psikologi klinis dari Barat.
  2. Memodifikasi di sana-sini dengan sedikit disesusaikan (kalau tidak    ditambahkan) ilmu-ilmu keislaman, diberi legitimasi ayat-ayat al-Qur’an dan al-Sunnah dengan dasar teori dari bimbingan dan konseling umum yang telah ada.
BAB III
PENUTUP
Bimbingan dan konseling agama dapat di rumuskan sebagai usaha memberikan bantuan kepada seseorang atau sekelompok orang yang sedang mengalami kesulitan lahir batin dalam menjalankan tugas-tugas hidupnya dengan menggunakan pendekatan agama yakni dengan membangkitkan kekuatan getaran batin (iman) didalam dirinya untuk mendorongnya mengatasi masalah yang dihadapinya. Sedangkan Ilmu Dakwah adalah kumpulan pengetahuan yang membahas masalah dan segala hal yang timbul atau mengemuka dalam interaksi antar unsur dari sistem dakwah agar diperoleh pengetahuan yang tepat dan benar mengenai kenyataan dakwah.
Hubungan dari kedua disiplin ilmu tersebut yaitu Bimbingan dan Penyuluhan Kondeling Agama merupakan ilmu bantu dakwah. Dan juga Bimbingan dan Konseling Agama diperlukan untuk berdakwah kepada orang-orang yang sedang mengalami problem kejiwaan yakni membantu mereka agar dapat kembali menemukan dirinya dan dengan potensi getaran imanya dapt mengatasi kesulitan uang sedang dihadapi.
Dengan bantuan ilmu Bimbingan dan Konseling Agama para kyai guru agama dan da’I dimungkinkan untuk bekerja secara profesionbal dan tidak menutup kemungkinan memperkaya khazanah keilmuan dan melahirkan teori-teori baru dalam bidang Bimbingan dan Konseling.










Daftar Pustaka
Ahmad Subandi, Syukridai Sambas, 1999, Dasar-Dasar Bimbingan (Al-Irsyad)
dalam Dakwah Islam, Bandung: KP-HADID Fakultas Dakwah.
Faqih, Rahim Ainur, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka
Uii Press, 2001
Muabrok, Ahmad, al Irsyad an nafsiy, Konseling Agama Teori dan Kasus,
Jakarta: P.T Bina Rena Parawira, 2000

Teori Kepribadian menurut Teori Allport


BAB 1
PENDAHULUAN

1.      Latarbelakang Masalah
            Psikologi Kepribadian sebenarnya bukanlah barang baru. Cabang Ilmu pengetahuan yang disebut Psikologi Kepribadian di sini sebenarnya telah lama diusahakan para ahli, hanya saja seringkali diberi nama lain. Ada yang memberinya nama Characterologie atau karakterkunde atau The Science of Character atau Characterologie ada yang memberi nama Typologi ada yang memberi nama The Psychologi of Personality ada yang memberi namanya nama The Psychology of Character ada pula yang memberi nama Theory of Personality dan lainlain istilah. Didalam bahasa indonesia istilah-istilah yang banyak digunakan adalah Ilmu Watak dan Ilmu Perangai atau Karakterologi, Teori Kepribadian dan Psikologi Kepribadian.[1]
            Allport menyatakan bahwa Watak dan Kepribadian adalah satu dan sama akan tetapi dipandang dari segi yang yang berlainan kalau orang bermaksud hendak mengenakan norma-norma jadi mengenai penilaian maka lebih tepat di pergunakan wata dan kalau orang yang memberikan penilaian jadi menggambarkan apa adanya maka di pakai istilah kepribadian.[2]
2.      Rumusan Masalah?
1)      Bagaimana teori Kepribadian menurut Teori Allport?








BAB II
PEMBAHASAN
Pokok-pokok Teori Allport
1.      Struktur dan Dinamika Kepribadian
Dalam teori-teori yang lain di pergunakan rangka pembicaraan struktur, dinamika dan perkembangan kepribadin.  Rangka ini tidak dapat dipakai untuk membicarakan teori allport karna bagi allport struktur kepribadian itu terutama dinyatakan dalam sifat-sifat dan tingkah laku itu didorong oleh sifat-sifat jadi struktur dan dinamika itu p ada umumnya satu dan sama.
Allport berpendapat bahwa masing-masing pengertian seperti refleks bersayarat (Conditioned reflex), kebiasaan (habit), sikap (atitude), sifat (trait, diri (self) dan kepribadian (personality) itu kesemuanya masing-masing adalah bermanfaat. Sikap dn intensi diberinya kedudukan yang kira-kira sama sehingga ada yang menamakan psychologi allport itu adalah trait psychology. Dalam teori allport ini kedudukan pengertian trait dapat dibandingkan dengan kedudukan pengertian need pada murray, libido pada freud.
A.    Kepribadian, Watak dan Temperamen
1. Kepribadian
Sebelum sampai kepadanya definis kepribadian sendiri allport mengemukakan atau membahas lima puluh definisi yang dikemukakan oleh para ahli dalam bidang tersebut. Definisi-definisi tersebut di golong-golongkanya menjadi:
·         Yang menunjuukan etymologi atau sejarah pengertian itu
·         Yang mempunyai arti theologis
·         Yang mempunyai arti filosofis
·         Yang mempunyai arti sosiologis
·         Yang berhubungan dengan segi lahiriah
·         Yang mempunyai arti psychologis.[3]
Menurut Allport kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem Psychopysis yang menentukan caranya yang khas yang menyesuaikan diri terhadap lingkungan.[4] Kepribadian itu selalu berkembang dan berubah walaupun dalam pada itu ada organisasi atau sistem yang mengikat dan menghubungkan berbagai komponen dari pada kepribadin, kepribadian bukanlah semata-mata mental dan bukan pula neural organisasi kepribadian melingkupi kerja tubuh dan jiwa (tak terpisah-pisah) dalam kesatuan kepribadian, kepribadian mengandung tendens-tendens determinasi yang memainkan peranan aktif di dalam tingkah laku individu. Jadi kepribadian adalah sesuatu yang mempunyai fungsi atau arti adaptasi yang menentukan.[5]
2. Watak
            Allport menunjukan bahwa biasanya kata watak menunjukan arti normatif sertya menyatakan bahwa watak adalah pengertian ethis dan menyatakan bahwa Character is personality evaluated and personality is character devaluated/ watak adalah kepribadian dinilai dan kepribadian adalah watak tak dinilai.
3. Temperamen
            Temperamen adalah disposisiyang sangat erat hubunganya dengan faktor-faktor biologis atau fisologis dan karenanya sedikit sekali mengalami modifikasi di dalam perkembangan. Peranan keturunan disini lebih penting/besar dari pada segi-segi kepribadian yang lain.
B.     Sifat
1. Sifat
Sifat adalah sistem neuropsikis yang digeneralisasikan dan di arahkan dengan kemampuan untuk menghadapi bermacam-macam perangsangan secara sama memulai serta membimbing tingkah laku adaptid dan ekspresif secara sama.




2. Perbedaan sifat dengan beberapa pengertian yang lain
Kebiasaan
Sifat dan kebiasaan kedua-duanya adalah tendens determinasi akan tetapi sifat itu lebih umum baik dalam situaiyang dicocokinya maaupun dlam response yang terjelma darinya.
Sikap
            Perbedaan antara pengertian sifat dan dikap sukar di berikan. Namun kalu diteliti ada juga perbedaan antara kedua hal itu. Sikap itu dihubungkan dengan sesuatu obyek sedangkan sifat tidak jadi sifat umum dari pada sifat ialah bahwa sifat itu hampir selalu lebih besar/luas ndari pada sikap. Sikap dapat berbeda-beda dari yang lebih khusus ke yang lebih umum tetapi kalu sifat selalu umum. Sifat biasanya memberikan penilaian terhadap obyek yang dihadapi sedangkan sifat tidak.
Tipe
            Allport membedakan anatar sifat dan tipe. Menurut dia orang dapat memiliki sesuatu sifat tetapi tiddak dapat memiliki sesuatu tipe. Sifat dapat mencerminkan sifat khas pribadi sedangkan tipe malah menyembunyikanya. Bagi allport tipe menunjukan perbedaan-perbedaan buatan yang tak begitu cocok dengan kenyataan sedangkan sifat adalah refleksi ssebenarnya dari pada yang sebenar-benar ada.
3. Sifat-sifat umum dan sifat-sifat individual.[6]   
Dalam mempelajari teori allport ini ialah berusaha mengerti mengenai perbedaanya antara sifat-sifat umum dan sifat individualnya. Jadi semua sifat itu adalah sifat individual artinya khas dan hanya dapat di kenakan kepada satu individu.  Kalau diartikan secara teliti definisi sifat itu hanya sifat individuallah sifat yang sebenarnya karna sifat-sifat selalu ada pada individu-individu dan tidak dalam masyarkat dan sidaat-sifat itu berkembang dan mengumum menjadi disposisi-disposisi dalam cara-cara yang khas sesuai dengan pengalaman masing-masing individu. Sifat umum sama sekali bukanlah sifat yang sebenarnya melainkan hanya aspek-aspek yang dapat di ukur daripa dan sifat individu yang komplek.
4. Sifat pokok- sifat sentral dan sifat sekunder
Sifat Pokok (cardinal trait)
            Sifat pokok ini demikian menonjolnya (dominanya) sehingga hany7a bsedikit saja kegiatan-kegiatan yang tak dapat di cari baiki secara langsung maupun tidak bahwa kegiatan itu berlangsung karna pengaruhnya.
Sifat sentral (Central trait)
            Sifat-sifat sentral ini lebih khas dan merupakan kecendrungan individu yang sangat khas/karakteristik sering berfungsi dan mudah ditandai.
Sifat sekunder (Secondary trait)
            Sifat sekunder ini nampaknya berfungsinya lebih terbatas kurang menentukan din dalam deskripsi kepribadian dan lebih terpusat atau khusu  pada response yang didasarnya serta perangsang yang dicocokinya.
5. Sifat Ekspresif
            Sifat ini merupakan disposisi yang memberi warna aatau mempengaruhi bentuk tingkah laku tetapi yang pada kebanyakan orang tidak mempunyai sifat mendorong. Contoh sifat ekspresif ini ialaha melagak, ulet. Adapun tujuan yang dikejar orang sifat-sifat ini dapat bekerja, dapaat memberi warna kepada tingkah lakunya.
6. Kebebasan Sifat-sifat
            Allport berpenapat bahwa sifat itu dapat ditandai bukan oleh sifat bebasnya yang kaku tetapi terutaama oleh kualitas memusatnya. Jadi sifat itu cendrung untuk mempunyai pusat di sekitar pusat itulah pengaruhny7a berfungsi tetapi tingkah laku yang di timbulkanya juga secara serempakdipengaruhi oleh sifat-sifat yang lain.
7. Konsistensi Sifat-sifat
            Untuk menentukan sifat adalah ketetapan. Sifat ini dapat dikenal hanya karena keteraturan atau ketetapanya di dalam cara individu vertingkah laku. Kenyataan bahwa sifat-sifat itu terorganisasi secara khas dan individu yang memberi kesimpulan bahwa mungkin meliputi unsur-unsur yang nampaknya tidak tetap apabila di pandang dari segi normatif atau dari luar.
8. Intensi
            Lebih penting dari penyelidikan mengenai masa lampau ialah penyelidikan mengenai intensi atau keinginan individu mengenai masa depanya. Istilah itensi di gunakan dalam arti meliputi pwngertian: harapan-harapan,m keinginan-keinginan, ambisi, cita-cita seseorang. Menurut Allport intensi ini dapat di sejajarkan dengan apa yang di sebut freud ich ideal dan apa yang di sebut C. Buhler Bestimmung.   
C.     Proprium
Allport mengemukakan hendaknya semua fungsi self atau ego itu disebut fungsi proprium dari pada kepribadian fungsi-fungsi ini (termasuk kesadaran jasmani, self identity, self esteem, self extention, rational thinking, self image, propriate striving dan fungsi mengenal) semuanya adalah bagian-bagian yang vital daripada kepribadian. Proparium ini tidak dibawa sejak lahir tetapi berkembang di dalam perkembangan individu.[7]
D.    Otonomi Fungsional (Function Autonomy)
1. Isi pokok pengertian itu
            Sudah dibicarakan konsepsi-konsepsi pokok yang dipergunakan allport untuk menggambarkan kepribadian dan telah di bicarakan pula apa yang bagi dia merupakan faktor pendorong di dalam individu. Bahwa autonomi fungsional itu berbeda dari pengertian umum bahwa sesuatu tingkah laku dapat berlangsung dengan alasan yang berbeda darinalasan yang mula-mula menimbulkan tingkah laku itu.
2. Perbandingan dengan pendapat yang lebih dahulu
Dalam mengemukakan pendapat ini allport menunjukan bahwa pendapatnya ada kesamaanya dengan perumusan-perumusan yang diberikan oleh ahli-ahli yang leih dahulu:
       I.            Wiliam james
Menurut teori ini instinct itu hanya nampak sekali selama hidup setelah itu lalu hilang atas dasar instinct itu terbentuklah kebiasaan-kebiasaan dasar itu disetujui noleh allport karna menurutnya the psychologi of personality must be a psychologi of post instinctive behaviour.
    II.            Woodworth yang dalam bukunya Dynamic Psychologi menyatakan adanya transfermasi dari mekanisme ke dorongan.
 III.            Stern yang dalam allgemeine Psychologie menyatakan adanya transformasi dari Phaenomotive ke Genomotive.
 IV.            Tolman yang dalam bukunya Psycholoyversus immmediate exprerience menyatakan bahwa means-objects mas set up in their own right.
3. Bukti-bukti tentang autonomi fungsional
Dalam memberi alasan kepada konsepsinya itu allport menunjukan kepada observasi diberbagai bidang yang semuanya menunjukan adanya kecendrungan pada organisasi untuk tetap ada sesuatu response walaupun adalan yang menimbulkan response itu tidak ada lagi.
1. Refleks Sirkuler banyak tingkah laku anak-anak yang diulang-ulang terus dengan tidak henti-hentinya. Menurut allport itu adalah contoh dari pada functional autonomy karena itu untuk melakukan ulangan perbuatan itu tidak membutuhkan dorongan yang pokok.
2. Conative perseveraatif, tugas yang mendapat interupsi cendrungn untuk lebih diingat daripada tugas yang telah selesai.
3. Reflek bersyarat tanpa reinforcement. Refleks bersyarat apabila perangsang bersyaratnya tak disertai reinforcement akan hilang.
4. Hasil penyelidikan dalam ilmu perbandingan psychologi, penyelidikan olson menunjukan bahwa collodium dimasukan kedalam telinga kelinci-kelinci makaa kelinci-kelinci itu akan mencakar-cakar terus menerus untukmmenghilangkan barang asing ditelinganya itu.
5. Neurosis, Tics, preseverasi, phobia sering melekat kepada pribadi manusia sehingga sukar sekali disembuhkan. Menurut allport apa yhang biasanya di sebut symptoom itu sebenarnya lebih dari itu. Tics dan sebagainya itu lalu nmerupakan semacam dorongan tersendiri.
6. Hubungan antara kemungkinan dan minat yang timbul karena pengalaman.

4. Kritik terhadap autonomi fungsional
            Teori allport tentang autonomi fungsional dorongan-dorongan ini dikritik antara lain oleh Bertocei dalam tulisanya berjudul: A critique of G.W. Allport’s teory of motivation.
5.  Jawaban terhadap kritik
            Kritik itu mendoroing allport untuk menjelaskan dan memperluas teorinya dan mencakup juga suatu bentuk ego psychology.
2.      Perkembangan Kepribadian
Kanak-Kanak
Neonatus, Allport memandang neonatus itu semata sebagai makhul yang diperlengkapi dengan keturunan-keturunan, dorongan-dorongan/nafsu-nafs dan refrleks. Pada waktu lahir ini anak telah mempunyai potensi-potensi baik physik maupun tempramen yang aktualisasinya tergantung kepada perkembangan dan kematangan. Pertumbuhaqn itu bagi allport merupakan proses differensiasi dan integrasi yang berlangsung secara berangsur-angsur. Pada taahun pertama ini anak telah menunjukan perbedaan kwalit. Allport menyimpulkan bahwa anak menunjukan dengan pasti sifat-sifat yang khas.
Transformasi kanak-kanak
Differensiasi, integrasi, pematangan, imitasi, belajar, autonomi fungsional dan ekstansi self bahkan dia menerima keterangan secara psychoanalytis walaupun dia mengatakan bahwa hal-hal tersebut tidak punya kedudukan teoritis yang pokok bagi kepribadian yang normal, menurut allport manusia addalah organisasi yang pada waktu lahirnya adalah makhluk biologis lalu berubah/berkembang menjadi individu yang egonya selalu berkembang, struktur-struktur sifatnya meluas dan merupakan inti daripada tujuan-tujuan dan aspirasi masa depan.
Orang Dewasa
            Pada orang dewasa ini faktor-faktor yang menentukan tingkah laku ini adalaah sifat-sifat yang terorganisasikan dan selaras. Sifat-sifat ini timbul dalam berbagai cara dari perlengkapan-perlengkapan yang dimiliki neonatus. Bagaimana jalan perkembangan ini yang sebenarnya bagi allport tidaklah penting.
BAB III
PENUTUP
Pokok-pokok Teori Allport
1.      Struktur dan Dinamika Kepribadian
A. Kepribadian, Watak dan Temperamen
1. Kepribadian
Menurut Allport kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem Psychopysis yang menentukan caranya yang khas yang menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
2. Watak
            Allport menunjukan bahwa biasanya kata watak menunjukan arti normatif sertya menyatakan bahwa watak adalah pengertian ethis dan menyatakanwatak adalah kepribadian dinilai dan kepribadian adalah watak tak dinilai.
3. Temperamen
            Temperamen adalah disposisiyang sangat erat hubunganya dengan faktor-faktor biologis atau fisologis dan karenanya sedikit sekali mengalami modifikasi di dalam perkembangan.
B. Sifat
1. Sifat
Sifat adalah sistem neuropsikis yang digeneralisasikan dan di arahkan dengan kemampuan untuk menghadapi bermacam-macam perangsangan secara sama memulai serta membimbing tingkah laku adaptid dan ekspresif secara sama.
2. Perbedaan sifat dengan beberapa pengertian yang lain
·         Kebiasaan
·         Sikap
·         Tipe
3. Sifat-sifat umum dan sifat-sifat individual.   
4. Sifat pokok- sifat sentral dan sifat sekunder
·         Sifat Pokok (cardinal trait)
·         Sifat sentral (Central trait)
·         Sifat sekunder (Secondary trait)
5. Sifat Ekspresif
6. Kebebasan Sifat-sifat
7. Konsistensi Sifat-sifat
8. Intensi
C. Proprium
Proparium ini tidak dibawa sejak lahir tetapi berkembang di dalam perkembangan individu.
D. Otonomi Fungsional (Function Autonomy)
Bahwa autonomi fungsional itu berbeda dari pengertian umum bahwa sesuatu tingkah laku dapat berlangsung dengan alasan yang berbeda darinalasan yang mula-mula menimbulkan tingkah laku itu.
Bukti-bukti tentang autonomi fungsional
Dalam memberi alasan kepada konsepsinya itu allport menunjukan kepada observasi diberbagai bidang yang semuanya menunjukan adanya kecendrungan pada organisasi untuk tetap ada sesuatu response walaupun adalan yang menimbulkan response itu tidak ada lagi.
1. Refleks Sirkuler.
2. Conative perseveraatif.
3. Reflek bersyarat tanpa reinforcement.
4. hasil penyelidikan dalam ilmu perbandingan psychologi.
5. Neurosis.
6. Hubungan antara kemungkinan dan minat yang timbul karena pengalaman.
2.      Perkembangan Kepribadian
Kanak-Kanak
Transformasi kanak-kanak
Orang Dewasa







[1] Sumadi Suryabrta, Psikologi Kepribadian, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persaada, 2003, Hlm. 1
[2] Ibid
[3] Agus Sujanto, halem lubis, taufik hadi, Psikologi Kepribadian, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, hlm. 93.
[4] Ibid  
[5] Sumadi Suryabrta, Op cit.
[6] Ibid
[7]Agus Sujanto, dkk op Cit