Rabu, 14 Mei 2014

Paradigma, Ciri dan cara pencapaian Kesehatan Mental dalam Konsep Psikologi dan Islam


BAB I
PENDAHULUAN

LatarBelakang Masalah
Pada zaman dahulu ketika tekhnologi belum dikenal oleh masyarakat umum secara luas setiap penyakit yang diderita oleh manusia sering sekali dikait-kaitkan dengan hal-hal yang berbau spiritual dan alam gaib, setiap penyakit dihubung-hubungkan dengan gangguan makhluk halus, oleh karena itu orang yang sakit lebih memilih berobat kedukun atau orang pintar yang dianggap bisa berkomunikasi langsung dengan makhluk halus ketimbang berobat ke tabib yang mengerti tentang jenis penyakit berdasarkan ilmu perobatan. Pergeseran zaman dan kemajuan tekhnologi tidak dapat terelakkan lagi, saat ini penyakit sudah dapat dilihat dan diobati dengan obat-obatan yang bagus dengan menggunakan metode pengolahan canggih, perkembangan ilmu pengetahuan dapat lebih menspesifikkan penyakit-penyakit tersebut. Ada penyakit yang bersumber dari virus, bakteri atau baksil-baksil sehingga untuk mengobatinya membutuhkan obat-obatan medis, tetapi ada juga penyakit yang bersumber dari jiwa atau hati suatu individu, jadi secara fisik individu tersebut tidak terkena virus, bakteri atau baksil-baksil, namun pada kenyataannya individu tersebut sakit. Penyakit tersebutlah yang dinamakan dengan penyakit hati atau penyakit mental, untuk mengatasi penyakit tersebut diperlukan menejemen hati atau mental yang baik sehingga dapat membentuk kesehatan mental yang berimbas pada kesehatan secara fisik individu tersebut.
Kehidupan modern dewasa ini telah tampil dalam dua wajah yang antagonistik. Di satu sisi modernisme telah berhasil mewujudkan kemajuan yang spektakuler, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Di sisi lain, ia telah menampilkan wajah kemanusiaan yang buram berupa kemanusiaan modern sebagai kesengsaraan rohaniah.

Secara singkat lahirnya stigma ditimbulkan oleh keterbatasan pemahaman masyarakat mengenai etiologi gangguan jiwa, di samping karena nilai-nilai tradisi dan budaya yang masih kuat berakar, sehingga gangguan jiwa sering kali dikaitkan oleh kepercayaan masyarakat yang bersangkutan. Dalam konsep kesehatan mental Islam, pandangan mengenai stigma gangguan jiwa tidak jauh berbeda dengan pandangan para ahli kesehatan mental pada umumnya. Namun, yang ditekankan di dalam konsep kesehatan mental Islam di sini adalah mengenai stigma gangguan jiwa yang timbul oleh asumsi bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh pengaruh kekuatan supranatural dan hal-hal gaib.

Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Paradigma Psikologi dan Islam mengenai Kesehatan Mental?
2.      Apakah Ciri Kesehatan Mental menurut Psikologi dan Islam?
3.      Bagaimana Cara pencapaian Kesehatan Mental menurut Psikologi dan Islam?
















BAB II
PEMBAHASAN
Paradigma Tentang Kesehatan Mental
Paradigma Psikologi
Paradigma dalam Kesehatan Mental Prinsip-prinsip dalam memahami Kesehatan Mental telah diungkap Schneiders sejak tahun 1964, yang mencakup tiga hal :
1. 11 prinsip yang didasari atas sifat manusia, yaitu:
1.      Kesehatan dan penyesuaian mental tidak terlepas dari kesehatan fisik dan
integritas
organisme.
2.      Dalam memelihara kesehatan mental, tidak terlepas dari sifat manusia sebagai pribadi yang bermoral, intelek, religius, emosional, dan sosial.
3.      Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan integrasi dan pengendalian diri, meliputi: pengendalian pemikiran, imajinasi, hasrat, emosi dan perilaku.
4.      Memperluas pengetahuan diri merupakan keharusan dalam pencapaian dan
memelihara
kesehatan mental.
5.      Kesehatan mental memerlukan konsep diri yang sehat, meliputi: penerimaan diri dan usaha yang realistic terhadap status dan harga diri.
6.      Pemahaman dan penerimaan diri harus ditingkatkan dalam usaha
meningkatkan
diri dan realisasi diri untuk mencapai kesehatan mental.
7.      Stabilitas mental memerlukan pengembangan yang terus-menerus dalam diri individu, terkait dengan: kebijaksanaan, keteguhan hati, hukum, ketabahan, moral, dan kerendahan hati.
8.      Pencapaian dalam pemeliharaan kesehatan mental terkait dengan penanaman kebiasaan baik.
9.      Stabilitas mental menuntut kemampuan adaptasi, kapasitas mengubah situasi dan kepribadian.
10.  Stabilitas mental memerlukan kematangan pemikiran, keputusan,
emosionalitas, dan
perilaku.
11.  Kesehatan mental memerlukan belajar mengatasi secara efektif dan secara
sehat
terhadap konflik mental, kegagalan, serta ketegangan yang timbul.
2. 3 prinsip yang didasari atas hubungan manusia dengan lingkungannya, yaitu:
1. Kesehatan mental dipengaruhi oleh hubungan interpersonal yang sehat,
khususnya di dalam
keluarga.
2. Penyesuaian yang baik dan kedamaian pikiran dipengaruhi oleh kecukupan
individu
dalam kepuasan kerja.
3. Kesehatan mental memerlukan sikap yang realistik, yaitu menerima realita
tanpa
distorsi dan objektif.

3.  2 prinsip yang didasari atas hubungan individu dengan Tuhan, yaitu:
1.      Stabilitas mental memerlukan pengembangan kesadaran atas realitas terbesar dari dirinya yang menjadi tempat bergantung kepada setiap tindakan yang fundamental.
2.      Kesehatan mental dan ketenangan hati memerlukan hubungan yang konstan antara manusia dengan Tuhannya.
Adapun paradigma yang digunakan dalam mempelajari Kesehatan Mental
yang diyakini
sebagai tinjauan multi faktorial, antara lain:
PENDEKATAN BIOLOGIS. Dengan mempelajari fungsi otak, kelenjar endokrin, dan fungsi sensoris, pendekatan tersebut meyakini bahwa kesehatan mental individu sangat dipengaruhi oleh faktor orgenetik dan kondisi saat ibu hamil, serta factor eksternal terkait: gizi, radiasi, usia, komplikasi penyakit.
            PENDEKATAN PSIKOLOGIS. Pendekatan tersebut meyakini bahwa factor psikologis berpengaruh besar pada kondisi mental seseorang, dimana dalam pendekatan psikologis memiliki 3 pandangan yang besar yang membahas mengenai hal tersebut, yaitu:
A.    PSIKOANALISA
            Pendekatan yang meyakini bahwa interaksi individu pada awal kehidupannya serta konflik intrapsikis yang terjadi akan mempengaruhi perkembangan kesehatan mental seseorang. Faktor Epigenetik mempelajari kematangan psikologis seseorang yang berkembang seiring pertumbuhan fisik dalam tahap tahap perkembangan individu, juga merupakan factor penentu kesehatan mental individu.

B. BEHAVIORISTIK
            Pendekatan yang meyakini Proses pembelajaran dan Proses belajar sosial
akan
mempengaruhi kepribadian seseorang. Kesalahan individu dalam proses
pembelajaran
dan belajar social akan mengakibatkan gangguan mental.

C.     HUMANISTIK
            Perilaku individu dipengaruhi oleh hirarkhi kebutuhan yang dimiliki. Selain itu, individu diyakini memiliki kemampuan memahami potensi dirinya dan
berkembang
untuk mencapai aktualisasi diri.
PENDEKATAN SOSIO-KULTURAL. Memiliki beberapa pendekatan, yaitu:
STRATIFIKASI SOSIAL yang membahas faktor sosial – ekonomi dan seleksisosial; INTERAKSI SOSIAL yang membahas fungsi dalam suatu hubungan interpersonal (Teori Psikodinamik, Teori rendahnya interaksisosial : isolasi, kesepian); TEORI KELUARGA yang mempelajari pengaruh pola asuh, interaksiantar anggota keluarga, dan fungsi keluarga terhadap kesehatan mental individu: PERUBAHAN SOSIAL, yang mengkaitkan perubahan jangka panjang, migrasi dan industrialisasi, sertakondisikrisisdengankondisi mental individu; SOSIAL - BUDAYA, yang mempelajari pengaruh agama dan budaya pada kondisi mental seseorang; STRESSOR SOSIAL, yang mempelajari pengaruh berbagai situasi sosial yang berdampak psikologis (misal: perkawinan, meninggal, kriminalitas, resesi) terhadap kondisi mental individu.

PENDEKATAN LINGKUNGAN. Pendekatan tersebut memiliki dua dimensi, yaitu: DIMENSI LINGKUNGAN FISIK, yang terkait dengan: ruang, waktu, dan sarana (gizi) yang menyertai. DIMENSI LINGKUNGAN KIMIAWI DAN BIOLOGIS, yang terkait dengan: polusi, radiasi, virus danbakteri, populasimakhlukhidup lain.
Paradigma Islam
Menurut Hasan Langgulung, kesehatan mental dapat disimpulkan sebagai “akhlak yang mulia”. Oleh sebab itu, kesehatan mental didefinisikan sebagai “keadaan jiwa yang menyebabkan merasa rela (ikhlas) dan tentram ketika ia melakukan akhlak yang mulia. Didalam buku Yahya Jaya menjelaskan bahwa kesehatan mental menurut islam yaitu, identik dengan  ibadah atau pengembangan potensi diri yang dimiliki manusia dalam rangka pengabdian kepada Allah dan agama-Nya untuk mendapatkan Al-nafs Al-muthmainnah (jiwa yang tenang dan bahagia) dengan kesempurnaan iman dalam hidupnya.


Sedangkan dalam bukunya Abdul Mujib dan Yusuf Mudzkir kesehatan menurut islam yang dkutip dari Musthafa fahmi, menemukan dua pola dalam mendefenisikan kesehatan mental:
  1. Pola negatif (salaby), bahwa kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari  neurosis (al-amhradh al-’ashabiyah) dan psikosis (al-amhradh al-dzihaniyah).
  2. Pola positif (ijabiy), bahwa kesehatan mental adalah kemampuan individu dalam penyesuaian terhadap diri sendiri dan terhadap lingkungan sosial.

Di dalam Al-Qur’an sebagai dasar dan sumber ajaran islam banyak ditemui ayat-ayat yang berhubungan dengan ketenangan dan kebahagiaan jiwa sebagai hal yang prinsipil dalam kesehatan mental. Ayat-ayat tersebut adalah:

لَقَدْ مَنَّ اللّهُ عَلَى الْمُؤمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولاً مِّنْ أَنفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُواْ مِن قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُّبِينٍ

 Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-kitab dan al-hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (keadaan nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (Q.S. 3: 164)
Dengan kejelasan ayat Al-Qur’an dan hadits dapat ditegaskan bahwa kesehatan mental (shihiyat al nafs) dalam arti yang luas adalah tujuan dari risalah Nabi Muhammad SAW diangkat jadi rasul Allah SWT, karena asas, ciri, karakteristik dan sifat dari orang yang bermental itu terkandung dalam misi dan tujuan risalahnya. Dan juga dalam hal ini al-Qur’an berfungsi sebagai petunjuk, obat, rahmat dan mu’jizat (pengajaran) bagi kehidupan jiwa manusia dalam menuju kebahagian dan peningkatan kualitasnya sebagai mana yang ditegaskan dalam ayat berikut:
Bahwa Allah menjanjikan kemenangan kepada orang-orang yang mengajak kepada kebaikan,menyuruh kepada yang makruf dan mencegah kapada yang mungkar. Keimanan,katqwaan,amal saleh,berbuat yang makruf, dan menjauhi perbuatan keji dan mungkar faktor yang penting dalam usaha pembinaan kesehatan mental. Maka dapat dikatakan bahwa semua misi dan tujuan dari ajaran Al-Qur’an (islam) yang berintikan kepada akidah, ibadah, syariat, akhlak dan muamalata adalah bertujuan dan berperan bagi pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas dan berbahagia.
Islam memiliki konsep tersendiri dan khas tentang kesehatan mental. Pandangan islam tentang kesehatan jiwa berdasarkan atas prinsip keagamaan dan pemikiran falsafat yang terdapat dalam ajaran-ajaran islam. Berdasarkan pemikiran diatas maka setidak-tidaknya ada enam prinsip keagamaan dan pemikiran filsafat yang mendasari konsep dan pemahaman islam tentang kesehatan jiwa yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      Prinsip dan filsafat tentang maksud dan tujuan manusia dan alam jagad dijadikan oleh Allah SWT. Diantara maksud dan tujuan manusia dijadikan Allah adalah untuk beribadah dan menjadi khalifah di bumi.
2.      Prinsip dan filsafat tentang keadaan sifat Allah dan hubungannya dengan sifat manusia. Dalam keyakinan islam Allah SWT memiliki sifat dan nama-nama yang agung, yakni asmaul husna yang jumlahnya ada 99 nama atau sifat.
3.      Prinsip dan filsafat tentang keadaan amanah dan fungsi manusia dijadikan Allah sebagai khalifah di bumi. Manusia dijadikan Allah berfungsi sebagai khalifah di muka bumi. Sebagai khalifah Allah membekali manusia dengan dua kualitas (kemampuan), yakni ibadah dan siyadah atau imtak dan ipteks, agar manusia itu berhasil dalam mengelola bumi.
4.      Prinsip dan filsafat tentang perjanjian (mistaq) antara manusia dan Allah sewaktu manusia masih berada dalam kandungan ibunya masing-masing. Allah menjadikan manusia dalam bentuk kejadian yang sebaik-baiknya, dan kemudian menyempurnakan kejadian dengan meniupkan ruh ke dalam tubuhnya (basyar), sehingga membuat para malaikat menaruh hormat yang tinggi kepada manusia.
5.      Prinsip dan filsafat tentang manusia dan pendidikannya. Manusia dalam pandangan islam adalah makhluk multidimensional dan multipotensial.
6.      Prinsip dan filsafat tentang hakikat manusia Dalam pandangan islam hakikat dari manusia itu adalah jiwanya, karena jiwa itu berasal dari Tuhan dan menjadi sumber kehidupan.

Ciri- Ciri Kesehatan Mental
Menurut Psikologi
1.      Sikap kepribadian yang baik terhadap diri sendiri dalam arti dapat mengenal diri sendiri dengan baik.
2.      Pertumbuhan, perkembangan, dan perwujudandiri yang baik.
3.      Integrasidiri yang meliputi keseimbangan mental, kesatuan pandangan, dan tahan terhadap tekanan- tekanan yang terjadi.
4.      Otonomi diri yang mencakup unsur-unsur pengatur kelakuan dari dalam atau kelakuan-kelakuan bebas.
5.      Persepsi mengenai realitas, bebas dari penyimpangan kebutuhan, serta memiliki empati dan kepekaan sosial.
6.      Kemampuan untuk menguasai lingkungan dan berintegrasi dengannya  secara baik.
Menurut Islam
Dari konsep insan kamil dapat kita tarik kesimpulan bahwa orang yang sehat mental (insan kamil) diantaranya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.      motif utama setiap tindakannya adalah beribadah kepada Allah.
2.      senantiasa berdzikir (mengingat Allah) dalam menghadapi segala permasalahan.
3.      beramal dengan ilmu.
4.      Ketika seseorang mampu menghindarkan diri dari gangguan mental dan penyakit.
5.      Ketika seseorang mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat, alam, dan Tuhannya.
6.      Ketika seseorang mampu mengendalikan diri terhadap semua problema dan keadaan hidup sehari-hari.
7.      Ketika dalam diri seeorang terwujud keserasian, dn keharmonisan antara fungsi-fungsi kejiwaan.

Cara pencapaian Kesehatan Mental
Menurut Islam
Dalam Islam, Ada tiga pola yang dikembangkan untuk mengungkap metode perolehan dan pemeliharaan kesehatan mental: Pertama, metode tahalli, takhalli, dan tajalli; Kedua, metode syariah, thariqah, haqiqah, dan ma’rifat; dan ketiga, metode iman, islam, dan ihsan. Di sini, kita lebih cenderung memilih pola yang ketiga.
1.  Metode Imaniah
Iman secara harfiah diartikan dengan rasa aman (al-aman) dan kepercayaan (al-amanah). Orang yang beriman berarti jiwanya merasa tenang dan sikapnya penuh keyakinan dalam menghadapi problem hidup. Dengan iman, seseorang memiliki tempat bergantung, tempat mengadu, dan tempat memohon apabila ia ditimpa problema atau kesulitan hidup, baik yang berkaitan dengan perilaku fisik maupun psikis.

2.   Metode Islamiah
Islam secara etimologi memiliki tiga makna, yaitu penyerahan dan ketundukan (al-silm), perdamaian dan keamanan (al-salm), dan keselamatan (al-salamah). Realisasi metode Islam dapat membentuk kepribadian muslim (syakhshiyah al-muslim) yang mendorong seseorang untuk hidup bersih, suci dan dapat menyesuaikan diri dalam setiap kondisi. Kondisi seperti itu merupakan syarat mutlak bagi terciptanya kesehatan mental.

3. Metode Ihsaniah
Ihsan secara bahasa berarti baik. Orang yang baik (muhsin) adalah orang yang mengetahui akan hal-hal baik, mengaplikasikan dengan prosedur yang baik, dan dilakukan dengan niatan baik pula.
Metode ini apabila dilakukan dengan benar akan membentuk kepribadian muhsin (syakhshiyah al-muhsin) yang dapat ditempuh melalui beberapa tahapan.
·         Pertama, tahapan permulaan (al-bidayah).
·         Kedua, tahapan kesungguhan dalam menempuh kebaikan (al-mujahadat).
·         Ketiga, tahapan merasakan (al-muziqat).

Kecerdasan qalbiyah merupakan akibat dari kesehatan mental seseorang yang tidak sekedar hadir begitu saja, namun memerlukan proses dinamika seiring dengan perjalanan hidup seseorang itu sendiri. Dalam kecerdasan qalbiyah ditekankan pemanfaatan potensi manusia secara integral dalam hubungannya dengan pengembangan kepribadian, hal ini haruslah disertai prinsip yang berguna dalam upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan mental serta pencegahan terhadap gangguan-gangguan mental.
Ar-Razi dalam bukunya 'Al-Thib al-Rûhâniy' menjelaskan cara perawatan dan penyembuhan penyakit-penyakit kejiwaan dengan melakukan pola hidup sufistik. Melalui konsep zuhud, pengendalian diri, kesederhanaan hidup, jauh dari akhlak buruk, menjadikan akal sebagai esensi diri merupakan kunci-kunci perolehan kebahagiaan hidup.

Dari pengertian dan penjelasan kesehatan mental dalam tinjauan islam, dapat dipahami bahwa islam memberikan konsep yang komprehensiv dan menyeluruh dalam memahami kesehatan mental.

Menurut Psikologi
Melihat dari sisi individu. Yaitu ketika ego dapat menjembatani antara dorongan id dan tuntutan superego tanpa adanya kecemasan dan defence mechanism yang dilakukan oleh ego, dan juga pandangan-pandangan madzhab psikologi lainnya.
Psikoanalisa
Dalam kaitannya dengan psikoanalisa, sudah dijelaskan bahwa konsep kesehatan mental yang diyakini oleh freud adalah ketika ego dapat menjembatani antara dorongan id dan tuntutan superego secara realistis dan tanpa melibatkan kecemasan pada individu atau dikenal dengan istilah ego strength. Konsep psikoanalisis mendasarkan perilaku manusia yang timbul atas dasar dorongan id yang dalam Islam disebut nafsu. Ada istilah superego, namun lebih ditekankan pada nilai-nilai yang dianut dari lingkungan dan bukan potensi yang asalnya dari Tuhan.Psikoanalisis terlalu menekankan alam bawah sadar sehingga terkesan mengesampingkan akal.
Behavioristik
Orang yang sehat mental menurut konsep behavioristic adalah orang yang perilakunya merupakan hasil belajar yang benar. Pada hakikatnya, manusia adalah kertas kosong yang perilakunya akan sangat ditentukan oleh pewarnaan lingkungan. Sehingga kesehatan mental itu datangnya dari lingkungan.Behavioristik terlalu memandang mekanis manusia dan terkesan mengabaikan potensi-potensi manusia seperti akal, dan hati nurani.


Humanistik
Dalam konsep humanistik memandang seseorang yang memiliki mental yang sehat adalah orang yang dapat berfungsi sepenuhnya (fully functioning person), yaitu orang-orang yang dapat mencapai penyesuaian psikologis secara baik.Orang-orang tersebut memiliki tanda-tanda diantaranya adalah terbuka terhadap pengalaman, percaya kepada organismenya sendiri, dapat mengekspresikan perasan-perasaannya secara bebas, bertindak secara mandiri, dan kreatif.

















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari penjelasan makalah di atas mengenai paradigma, ciri dan cara pencapaian kesehatan mental baik dalam konsep psikologi maupun konsep ilsma kesemuanya memiliki cara pandang yang bebeda antara satu dengan yang lainya, psikologi Memandang Kesehatan mental sebagai berikut: 11 prinsip yang didasari atas sifat manusia. 3 prinsip yang didasari atas hubungan manusia dengan lingkungannya,  2 prinsip yang didasari atas hubungan individu dengan Tuhan,
Islam memandang kesehatan mental “keadaan jiwa yang menyebabkan merasa rela (ikhlas) dan  tentram  ketika ia melakukan akhlak yang mulia. Bahwa kesehatan mental menurut islam yaitu, identik dengan  ibadah atau pengembangan potensi diri yang dimiliki manusia dalam rangka pengabdian kepada Allah dan agama-Nya untuk mendapatkan Al-nafs Al-muthmainnah (jiwa yang tenang dan bahagia) dengan kesempurnaan iman dalam hidupnya. pola dalam mendefenisikan kesehatan mental:
1.      Pola negatif (salaby), bahwa kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari  neurosis (al-amhradh al-’ashabiyah) dan psikosis (al-amhradh al-dzihaniyah).
2.      Pola positif (ijabiy), bahwa kesehatan mental adalah kemampuan individu dalam penyesuaian terhadap diri sendiri dan terhadap lingkungan sosial.
Ciri Kesehatan mental menurut Psikologi dan Islam adalah bisa mengenali diri/aktualisasi diri, tumbuh dan berkembang dengan baik, Kemampuan untuk menguasai lingkungan dan berintegrasi dengannya  secara baik., beribadah kepada Allah. senantiasa berdzikir (mengingat Allah) dalam menghadapi segala permasalahan., beramal dengan ilmu.

DAFTAR PUSTAKA

Agama Kunci Kesehatan, http://www.archiv.com,
Casmini dkk, 2006, Kesehatan Mental, UIN SUKA
Daradjat, Zakiah, 1995, Kesehatan Mental, Gunung Agung
Hawari, Dadang, 1996, Al-Quran i\Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa,
Dana Bakti Prima Yasa

Jalaluddin, 2007, Psikologi Agama, Raja Grafindo Persada
Kartono, Kartini, 2000, Hygiene Mental, Bandar Maju
Moeljono, Soedirjo dan Latipun, 2005, Kesehatan Mental Konsep dan Terapi,
UMM Press
Rochman, kholil lur. (2010), Kesehatan Mental. Purwokerto: STAIN











MAKALAH KESESHATAN MENTAL

PARADIGMA, CIRI DAN CARA PENCAPAIAN KESESHATAN MENTAL DALAM KONSEP PSIKOLOGI DAN ISLAM

Lambang IAIN.jpg






Disusun Oleh  :
A. Hatimi                    11521001



Dosen Pembimbing
Manah Rasmanah, M.SI



JURUSAN BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH dan KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2014