Bab I
Pendahuluan
Latarbelakang
Masalah
Ada tingkat kesulitan tertentu untuk menghindari bias ketika berbicara
dalam istilah “baik” atau “buruk”. Itulah sebabnya, aspek kehidupan manusia yang
penting, yaitu moralitas, Namun, pada saat ini psikolog telah meneliti berbagai
proses mendasar dari perkembangan moral, bagaimana orang menilai baik atau
buruk.
Setiap individu memiliki moral melalui sosialisasi
sejak seseorang individu dilahirkan. Moral menunjukan pada pengaturan
sikap-sikap seseorang untuk berbuat dan merasakan khususnya apabila dia
berhubungan dengan lain atau menanggapi satu keadaan. Moral mencakup kebiasaan,
sikaf, sifat yang dimiliki seseorang yang berkembang apabila seseorang
berhubungan dengan orang lain. Manusia tidak terlepas dari suatu moralalitas/moral atau kebiasaan baik
itu berupa kebiasaan baik maupun buruk. Nilai-nilai spiritual yang dimaksudkan
dalam islam adalah ajaran agama yang berwujud perintah, larangan dan anjuran,
yang kesemuanya berfungsi untuk membina kepribadian manusia dalam kaitannya
sebagai hamba Allah serta angggota masyarakat.
Rumusan
masalah
1. Bagaimana penjelasan tafsir ayat
Al-qur’an surat An nahl 90 dan Al-baqarah 177 tentang Moral ?
2. Jelaskan pembahasan mengenai
moral secara jelas?
Bab II
Pembahasan
A. Moral/Moralitas
Arti Moral (Mos) bahasa berasal dari bahasa Latin yang
jamak dari kata “Mores” berarti adat kebiasaan.[1]
Di dalam kamus besar bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah penentuan
baik dan buruknya suatu perbuatan, sikap, kewajiban dan kelakuan.[2]
Moral juga memilki kesetaraan atau kesamaan dengan akhlak, budi perketi dan
susila. Jika dalam kehidupan sehari-hari dikatakan bahwa orang tersebut
bermoral, maka yang dimaksud adalah bahwa orang tersebut tingkah lakunya baik. Tolak
ukur yang digunakan dalam moral untuk mengukur tingkah laku manusia adalah adat
istiadat, kebiasaan dan lainnya yang berlaku di masyarakat. Salah satu ukuran moralitas adalah sejauh mana individu mampu untuk menahan
godaan untuk melanggar norma moral, walaupun tidak ada kemungkinan untuk
diketahui atau dihukum.
Secara umum moralitas dapat dikatakan sebagai kapasitas untuk membedakan
yang benar dan yang salah dan malu ketika melanggar standar tersebut. Islam
mengajarkan pentingnya rasa malu untuk melakukan perbuatan yang tidak baik
sebagai sesuatu yang penting. Islam mengajarkan bahwa Allah mengilhamkan ke dalam
jiwa manusia dua jalan yaitu jalan kefasikan dan ketakwaan. Manusia memiliki
akal untuk memilih jalan mana yang ia akan tempuh. Istilah
moral mengandung integritas dan martabat pribadi manusia. Derajat kepribadian
seseorang amat ditentukan oleh moralitas yang dimilikinya. Makna moral
terkandung dalam kepribadian seseorang itu tercermin dari sikap dan tingkah
lakunya. Dalam pengertian inilah maka kita memasuki wilayah norma sebagai
penuntun sikap dan tingkah laku manusia.
B. Tafsir An-Nahl 90 dan Tafsir Al-Baqarah 177.
Surat An-Nahl ayat 90
اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ
بِالْعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَاِيْتَآئِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ
الْفَحْشَآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تذَكَّرُوْنَ (النحل : .٩)
"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku
adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang
dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran."[3]
Allah
memerintahkan para hamba-Nya untuk berlaku adil dalam setiap perkataan dan
perbuatan. Allah menyuruh mereka untuk selalu berusaha menuju yang lebih baik
dalam setiap usaha dan mengutamakan yang terbaik dari lainnya.
بِالْعَدْلِ maksudnya, tauhid atau inshaf.[4]
Ibnu Abbas menafsirkannya dengan tauhid, yaitu mengucap dua kalimah syahadah ( ( اشهد أن لآإله إلا الله وأن محمدا رسول الل[5]
Inshaf (sederhana) dalam seluruh aspek: Inshaf dalam bidang tauhid adalah
beri’tikad bahwa Allah bersifat dengan sifat kesempurnaan, bersih dari
segala kekurangan. Dalam bidang i‘tikad ialah menisbahkan segala
perbuatan kepada Allah dan menisbahkan usaha kepada manusia, Padahal inshaf
itu ialah menisbahkan seluruh perbuatan milik Allah, baik atau jahatnya, zahir
dan bathinnya.
وَاْلاِحْسَانِ maksudnya, menunaikan segala yang fardhu (wajib) secara sempurna atau bahwa engkau beribadah kepada Allah seolah-olah
engkau melihat-Nya, sebagaimana tersebut dalam hadits:[6]
Artinya, engkau beribadah kepada Allah karena memperhatikan kebesaran-Nya
seolah-olah engkau melihat-Nya dengan mata kepalamu. Berbuat baik (وَاْلاِحْسَانِ), yakni kepada Allah dan kepada para hamba-Nya.
وَاِيْتَآئِ ذِى الْقُرْبَى maksudnya,
memberikan sedekah kepada kaum kerabat. Ini lebih diutamakan daripada
bersedekah kepada orang lain karena sedekah kepada kaum kerabat merupakan
sarana untuk mempererat hubungan persaudaraan. Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya taat yang paling cepat memperoleh balasan (fahala) ialah
mempererat hubungan persaudaraan (silaturrahmi)” (Al-Hadits)[7].
Makanya, kaum kerabat disebutkan secara khusus dalam ayat ini karena penting
penyebutannya[8],
وَاْلمُنْكَرِ maksudnya, kufur dan maksiat-maksiat lainnya[10],
termasuk zina yang telah disebutkan secara khusus di atas. Maksudnya, segala
macam bentuk maksiat dilarang oleh Allah SWT.
وَالْبَغْيِ maksudnya, melakukan penganiayaan terhadap manusia. Disebutkan secara
khusus sebagaimana penyebutan pada pelarangan zina (الْفَحْشَآءِ) karena penting[11].
Karena tindakan penganiayaan terhadap manusia
merupakan maksiat yang paling besar setelah kufur. Oleh karena itu, sebahagian
ulama berkata: “Siksaan (azab) yang paling cepat diterima seseorang akibat
berbuat maksiat ialah siksaan (azab) akibat melakukan tindakan penganiayaan
terhadap manusia”. Dalam satu riwayat Rasulullah SAW bersabda: “Seandainya
salah satu dari dua gunung melakukan penganiayaan terhadap lainnya, maka
sungguh Allah akan menghancurkan gunung tersebut akibat penganiayaan yang
dilakukan kepada gunung lainnya” (Al-Hadits). Dalam riwayat yang lain
beliau bersabda: “Orang yang melakukan penganiayaan dan para pembantunya adalah
anjing-anjing neraka” (Al-Hadits)[12]
لَعَلَّكُمْ تذَكَّرُوْنَ Maksudnya, mudah-mudahan bisa
menjadi pelajaran bagi kita semua. Dalam kitab Mustadrak dari Ibnu
Mas’ud, beliau berkata: “Ayat ini merupakan ayat yang paling lengkap dalam
Al-Qur`an yang menjelaskan tentang kebaikan dan kejahatan”[14].
Surah
Al Baqarah 177
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke
arah timur dan barat itu suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian
itu ialah kebaktian orang yang beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat,
kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan
orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat,
dan menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia
berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam
peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya) dan mereka itulah
orang-orang yang bertakwa.”[15]
Keimanan seseorang kepada allah
menyebabkan dia merendahkan dihadapanya sedangkan keimanan kepada malaikat
mengacu kepada eksistensi keimanan terhadap prose alam ghaib yang mencakup
kepadaa keimanan kepada allah dan wahyu dan lain-lain. Iman kepad nabi
merupakan iman kepada jalan yang lurun dan petunjuk yang benar yang ada di
sepanjang sejarah. Bila kita perhatikan urutan ayat-ayat sebelumnya, yaitu
ayat-ayat 174, 175 dan 176, maka yang paling sesuai ialah bahwa ayat ini
diturunkan mula-mula terhadap Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) karena
pembicaraan masih berkisar di sekitar mencerca dan membantah perbuatan dan
tingkah laku mereka yang tidak baik dan tidak wajar. Ayat ini bukan saja
ditujukan kepada umat Yahudi dan Nasrani, tetapi mencakup juga semua umat yang
menganut agama-agama yang diturunkan dari langit termasuk umat Islam.
Fakta menunjukan bahwa manusia selalu memiliki
tujuan dan tidak benar-benar bebas di dunia ini. Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan
barat itu suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah
kebaktian orang yang beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat,
kitab-kitab, nabi-nabi..
Pada ayat 177 ini Allah menjelaskan kepada semua
umat manusia, bahwa kebaktian itu bukanlah sekedar menghadapkan muka kepada
suatu arah yang tertentu, baik ke arah timur maupun ke arah barat, tetapi
kebaktian yang sebenarnya ialah beriman kepada Allah dengan sesungguhnya, iman
yang bersemayam di lubuk hati yang dapat menenteramkan jiwa, yang dapat menunjukkan
kebenaran dan mencegah diri dari segala macam dorongan hawa nafsu dan
kejahatan. Beriman kepada hari akhirat sebagai tujuan terakhir dari kehidupan
dunia yang serba kurang ini. Beriman kepada malaikat yang di antara tugasnya
menjadi perantara dan pembawa wahyu dari Allah kepada para nabi dan rasul.
Beriman kepada semua kitab-kitab yang diturunkan Allah, baik Taurat, Injil
maupun Alquran dan lain-lainnya, Beriman kepada semua nabi tanpa membedakan
antara seorang nabi dengan nabi yang lain.
1.
Ayat ini adalah salah satu dari ayat-ayatAl-Qur;an yang paling konsisten. Hal
ini disebutkan dalam tafsir Al-Mizan bahwa rasulullah SAW bersabda dalam sebuah
hadits bahwa “setiap orang yang beramal sesuai dengan ayat ini maka ia memiliki
iman yangh sempurna”.[16]
2.
kita mesti memperhatikan kandungan dan intisari agama ini dan tidak hanya
membaca moto-moto belaka
3.
banyak sekali orang yang mengklaim sebagai orang yang beriman tetapi
sesungguhnya orang-orang yang beriman yang sejati adalah yang mengikuti seluruh
ayat ini dengan mendetail.
4.
beriman kepada allah, hari berbangkit dan kitabullah disebutkan sebelum
melakukan amal-amal saleh.
5.
dalam ayat ini amal karena allah, beriman
kepada allah, berupa amal untuk membantu orang-orang miskin dan fakir,
serta juga bantuan sosial atas kecelakaan dan bencana dinyatakan secara
bersama-sama dan berturut-turut dalam ayai ini.
6.
untuk menjadi orang yang bertakwa perlu meberikan derma wajib dan sunah. Ada
beberapa orang yang kadang membantu orang-orang miskin sedangkan mereka tidak
membayar bayaran wajib. Ada juga beberapa orang beriman lainya yang membayar
bayaran wajib mereka namun sering acuh tak acuh pada fakir miskin dalam ayat
ini orang-orang beriman yang sejati dipernekanalkan sebagai orang-orang yang
membayar dua kewajiban dan memberikan
harta yang dicintainya.
Beberapa riwayat mengatakan bahwa dalam harta orang
kaya selain zakat ada bagian orang yang fakir miskin.[17]
Termasuk dari orang yang tidak beriman kepada allah dan hari kiamat adalah
orang yang tidur dalam keadaan kenyang disaat ada seseorang diantara
tetangganya menderita kelaparan.[18]
7.
bagaimanapu kesabaran merupakan sumber semua kebaikan karena itu Al-Quran
memperkenalkan kesabaran sebagai salah satu faktor untuk memasuki surga.
8.
kesalehan sama dengan aplikasi madu. Siapapun yang sangat baik dan saleh
disebut orang yang bertakwaI yaitu orang yang benar-benar berbuat
bajik.
emberi kepada kaum kerabat, dan Allah
melarang dari perbuatan keji, kemunkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran
kepadamu agar kamu dapat menpelajaran.
Bab
III
Penutup
Kesimpulan
Bahwa moral manusia adalah kebiasaan entah
itu yang baik atau buruk, sikaf yang bagus atau jelek Maupun sifat. Istilah moral mengandung integritas dan
martabat pribadi manusia. Derajat kepribadian seseorang amat ditentukan oleh
moralitas yang dimilikinya. Makna moral terkandung dalam kepribadian seseorang
itu tercermin dari sikap dan tingkah lakunya. Untuk mengukur moralitas
seseorang adalah sejauh mana individu mampu untuk menahan godaan untuk
melanggar norma moral karna jika seseorang itu bisa menahan godaan untuk
melanggar sesuatu maka dia adalah orang yang bermoral. Islam juga mengajarkan
bahwa allah mengilhamkan jalan kefasikan dan ketakwaan. Jadi sangat penting
bagi kita bermoral yang baik.
Didalam Al-Qur’an pun di jelaskan mengenai moral
yaitu allah menyuruh kita untuk berlaku adil baik itu dalam perkataan maupun
perbuatan karna perbuatan dan perkatan yang baik akan mencerminkan
kepribadian/moral kita. Dan
berbuat kebaikan dengan menunaikan fardu-fardu dengan sempurna yaitu beribadah kepada Allah dan berbuat baik kepada para hamba-Nya ialah dengan memaafkan segala kesalahan yang mereka
lakukan. memberikan bantuan/sedekah
kepada kaum kerabat. Ini lebih diutamakan daripada bersedekah kepada orang lain
karena sedekah kepada kaum kerabat merupakan sarana untuk mempererat hubungan
persaudaraan. Tetapi akan lebih baik lagi jika diberikan kepada kerabat dan orang-orang
yang membutuhkan. dan
Allah melarang dari perbuatan keji yakni zina dan kemungkaran yaitu berupa
perbuatan kekafiran dan kemaksiatan dan permusuhan) menganiaya orang lain. Karena tindakan penganiayaan terhadap
manusia merupakan maksiat yang paling besar setelah kufur. “Siksaan (azab) yang
paling cepat diterima seseorang akibat berbuat maksiat ialah siksaan (azab)
akibat melakukan tindakan penganiayaan terhadap manusia.
Mudah-mudahan kita mendapat pelajaran dari itu semua.
Daftar Pustaka
http://artikel2.com/kumpulan-bermacam2-artikel/04/pengertian-moral
05 Desember 2012
[1] Mahjudin, Akhlak Tasawuf, Jakarta, hlm
8
[2] Kamus Bahasa indonesia
[3] An nahl 90
[9] Ibid
[13] Al -Mahalli dan As-Suyuthi, Tafsir
[14] Ibid
[15] Al-Baqarah 177
[16] Tafsir
Al-Mizan, jilid 1 hal,415 (edisi bahasa persia)
[17] Tafsir
Al-Qurtubi, jilid 2, hal.242.
[18] Ushulul
kafi, jilid 2, hal. 660.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar