Jumat, 07 Desember 2012

Esensi Al Qur'an


Nama                   : A.Hatimi
Nim            : 11521001
Kelas          :BPI-Kesejahteraan Sosial
AL-QUR’AN TENTANG TAKWA
Secara etimologi kata takwa berasal dari akar kata waqa-yaqi-waqayah yang artinya menyelamatkan, menjaga atau melindungi. Dalam kamus bahasa mu’jam maqayis lughah karya zakariya, wiqayah berarti menjaga suatu barang dari suatu yang merugikan atau merusaknya. Orang yang bertakwa adalah orang yang menghindari dari perbuatan-perbuataan yang dilarang oleh allah dan melaksanakn semua yang diperintahkany. Dengan demikian ketakwaan mengandung arti ketundukan, kepatuhan senada dengan arti kata islam dan iman yang juga bermakna ketundukan dan kepatuhan. Dalam ajaran sufi takwa merupakan maqam yang tertinggi ndalaam mencapai kenikmatan spiritual namun untuk memperolehnya diperlukan usaha-usahaa yang maksimal.
Pada dasarnya semua a jaran islam berorientasi kepada ketakwaan kepada tuhan yang mahaa esa yaitu ketundukan atas semua perintah dan menjauhkan larangannya demi mencapai keselamatan di dunia dan akhirat. Selanjutnya daalam kondisi apapun sekalipun kematian datng kepada kita allah memerintahkan untuk tidak meninggalkan dunia ini dalam keadaan kufur kepadanya tetapi dalam keadaan mengikuti ajaran islam. Jika kita melepaskan ajaran tersebut pada detik itu kematian datng merenggut nyawasehingga kita meninggal tidak dalam keadaan berserah diri atau muslim. Ajaran islam tidak hanya berorientasi untuk kehidupan saat ini tetapi yang lebih utama adalah kehidupan setelah akhirat. Karena itu setiap orang yang beriman harus memperhatikan apa yang akan di perbuat, Seperti firman allah yang berbunyi:
Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada allah dan hendaklahsetiap diri        memperhatikan aapa yang telah diperbuat untuk esok hari (akhirat)dan bertakwalah kepada allah sesungguhnya allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.  (Q.s A l-Hasyr/59:18)
Ketakwaan terkait pula dengan keimanan karena keimanan merupakan unsur utama bagi baik dan buruknya seseorang dalaam pandangan Al-Qur’an selainitu keduanya mengandung maksud ketaatan dan kepatuhan. Dengan inilah menjadikan seseorang hidup dengan kehidupan berkualitas dan mendapatkan pahala yang besar.
  {124}الْمُحْسِنِينَ يُحِبُّ وَاللَّهُ النَّاسِ عَنِ وَالْعَافِينَ الْغَيْظَ وَالْكَاظِمِينَ وَالضَّرَّاءِ السَّرَّاءِ فِي يُنْفِقُونَ الَّذِينَ
 مَا عَلَى يُصِرُّوا وَلَمْ اللَّهُ إِلَّا الذُّنُوبَ يَغْفِرُ وَمَنْ لِذُنُوبِهِمْ فَاسْتَغْفَرُوا اللَّهَ  ذَكَرُوا أَنْفُسَهُمْ ظَلَمُوا أَوْفَاحِشَةً فَعَلُوا إِذَا وَالَّذِينَ                                                                                                                   .{125}  عْلَمُونَ وَهُمْ افَعَلُو               
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya)baik diwaktu lapangan maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mamaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan kejia atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan allah lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu sedang mereka mengathui (Q.s Ali-Imran/3:134-135)
Berdasarkan keterangan ayat ini orang yang bertakwa adalah pertama, orang yang melaksanakn rukun iman an islam seperti miman kepadda allah, hari pembalasan, malaikat, kitab-kitab para rasul, melaksanakaan sholat, mengeluarkan zakat. Kedua berbuat baik kepada keluarga kerabat dan orang lain, memerdekakan hamba saahaya. Ketiga menepati janji dan bersabar dalaam kelapangan, kesempitan, kesenangan dan kesedihan.       
Kepatuhan kepada allah secara ikhlas akan menjaga kita dari perbuatan yang menyimpang sehingga membuat batin menjadi tenang, bertambah rasa dekat dengan pemilik alam ini. Demikian pula meningkatnya kualitas kepercayaan serta semakin menambah intensitas ibadah kepada allah. Bahwa dengan ketakwaan kepada allah perbuatan dosa yang pernah dilakukan baik dosa besar maupun kecil jika bertobat lalu tunduk kepada allah maka akan di hapuskan dan pahala atas amal baik yang dikerjakan akan berlipat gandakan.
Balasan bagi orang yang bertakwa antara lain diberikan petunjuk untuk dapat membedakan yang hak dan batil serta menghapus kesalahaan-kesalahan serta mengampuni dosa-dosa yang besar yaitu berbuat syirik.  



AL-Qur’an Tentang Nafs (Jiwa)
Bahwa dalam penciptaannya (jiwa) itu Allah telah mengilhamkan jalan kejahatan dan ketaqwaan kepadanya. Beruntunglah bagi orang yang mau menjaga dan membina untuk kesucian jiwanya dan rugilah orang yang tidak mau menjaga dan membina jiwanya, membiarkan dan mengotorinya. (QS.Asy-Syams : 7-10)  
Dalam Kamus Lisan al-Arab, karya Ibnu Manzhut (t.t :4500-4501), nafs mempunyai banyak arti ruh, badan (jiwa) dan diri. Nafs dalam arti jiwa telah banyak dibicarakan oleh para ahli sejak awal baik dalam kajian filsafat, psikologi maupun ilmu tasawuf. Nafs dan manusia tidak bisa dipisahkan. Hal itu juga ditegaskan dalam al-Qur’an. Pengertian nafs di dalam al-Qur’an mempunyai beragam makna, misalnya diartikan seluruh yang terdapat dalam diri manusia yang melahirkan tingkah laku, seperti pada ayat berikut;

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Q.s al-Ra’d/13: 1   1)
Selain itu, di dalam al-Qur’an, kata nafs juga memiliki arti lain :
1.      Nafs, sebagain totalitas diri manusia


Maka pada hari ini seorang tidak akan dirugikan sedikitpun dan kamu tidak dibatasi, kecuali dengan apa yang telah kamu lakukan (Q.s Yasin/36: 54)
            Pengunaan nafs pada ayat diatas menunjukkan totalitas manusia di alam akhirat. Jadi, totalitas manusia menurut Al-Qur’an bukan hanya bermakna manusia sebagai makhluk dunia, tetapi juga sebagai mahluk akhirat, yakni manusia yang bertanggungjawab atas perbuatannya.
2.      Nafs, sebagai sisi dalam manusia
Al-Qur’an telah mengisyaratkan bahwa manusia mempunyai sisi dalam dan sisi luar. Seperti pada surat berikut ;


Sama saja (bagi Tuhan), siapa diantara kamu yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus terang dengan ucapan itu, dan siapa yang bersembunyi di malam hari dan yang berjalan (menampakkan diri) di siang hari. (Q.s al-Ra’d/13: 10)
            Kemampuan dan kesanggupan manusia dalam merahasiakan dan berterus terang dengan ucapannya menunjukkan sisi dalam dan luar dari manusia. Jika sisi luar manusiadapat nampak secara lahhiriyah, maka sisi dalamnya menurut Al-Qur’an adalah penggeraknya.
3.      Nafs, sebagai diri Tuhan, surat al-An’am/6 :12, 54
4.      Nafs, sebagai roh, surat al-An’am/6 :93
5.      Nafs, sebagai person sesuatu, surat Al-Furqan/25: 3
6.      Nafs, sebagai jiwa, surat Al-Syams/91:7
Al-Qur’an membagi tingkatan jiwa/nafs pada dua kelompok besar, yaitu martabat tinggi dan jiwa martabat rendah. Nafs martabat tinggi dimiliki oleh orang-orang yang bertakwa, yang takut kepada Allah dan berpegang teguh kepada petunjuk-Nya serta menjauhi larangan-Nya. Sedangkan nafs martabat rendah dipunyai oleh orang-orang yang menentang perintah Allah dan mengabaikan ketentuan-ketentuan-Nya, serta orang-orang yang sesat dan cenderung berprilaku menyimpang dan melakukan kekejian serta kemunkaran.
Menurut Al-Qur’an jiwa yang tenang ditandai dengan hal beriku ini:
·         Memiliki keyakinan yang teguh terhadap kebenaran.
·         Memiliki rasa aman terbebas dari rasa takut dan sedih didunia dan terutama di akhirat.
·         Hatinya menjdai tentram karena selalu ingat kepada allah 

Al-Qur’an Tentang Wanita
            Wanita secara harfiah disebut kaum perempuan. Kaum yang sangat dihormati dalam konsepsi islam. Sebab, pada telapak kaki wanita/ibu terletak surga. Kaum wanita disebut pula dengan kaum hawa. Nama ini diambil dari nama ibunda manusia (siti hawa istri nabi adam As). Secara pisik (kodrati) wanita lebih lemah dari pria mereka memiliki perasaan yang lebih lembut dan halus. Wanita juga lebih banyak menggunakan pertimbangan emosi daan perasaan daripada akal pikiranya. Wanita adalah lambang kesejukan, kelembutan, daan cinta kasih. Itulah ciri-ciri umum karateristik wanita.
            Islam melalui utusaanya nabi muhammad SAW dataang membawa ajaran yang menempatkan wanita pada tempat terhormat setelah laki-laki. Menghormati dan memuliakan wanita, mengangkat harkat dan martabat wanita, dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh ahmad dan anas ra, nabi muhammad saw bersabda “Al-jannatu takhta aqdamil ummahati – Surga itu ditelapak kaki ibu. Hadits ini menggambarkan betapa mulianya tugas dan fungsi seorang ibu sebagai pemimpin rumah tangga, karena dialah yang bertanggung jawab dalam menentukan tinggi rendahnya martabat anggota keluargaya.

Ayat yang menjelaskan tentang asal usul wanita yang digambarkan allah secara umum;


Dan allah telah jadikan bagi kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri dan menjadikan   dari istri-istri kaliananak (laki-laki dqn perempuan)... ( Q.s. An-nahl 16:72)
Ayat diatas secara tegas menempatkan kesejahteraan antara lelaki dan wanita dalam bekerja dan mendapatkan hak-haknya wanita berhak mendapat ganjaran yang sama atas amal mereka, baik dalam kehidupan didunioa maupun di akhirat tidak ada diskriminasi dari allah terhadap hambanya. Pada dasarnya ajaran islam sangat mendorong kepada kaum wanita untuk berkarya secara maksimal sesuai dengan kemampuan dan kodratnya, karna itulah wanita memiliki kedudukan yang sama antara laki-laki daan perempuan mempunyai persamaan hak dalam pendidikan dan ilmu pengetahuan.


A. Kodrat Wanita
            Wanita memiliki kesamaan dalam berbagai hak dengan pria namun sebagai wanita ia memiliki kodrat dan berbagaai keterbatasan dibanding laki-laki. Secara teologis allah menciptakan wanita dari “unsur” pria. Allah berfirman;


Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita karena allah telahy melebihkan sebagian mereka (pria) atas sebagaian yang lain (wanita)” (QS. An-nisa 4:34).
Sesuai penjelasan ayat diatas wanita secara kodrati memiliki kelemahan-kelemahan tertentu sehingga ia harus rela dipimpin oleh kaum  pria terutama dalam konteks hubungan rumah tangga. Sebagaia seorang wanita belum sempurna statusnya sebagai seoarng istri bila belum memiliki anak, hamil dan melahirkan anak-anak adalah anjuran agama. Hamil dan melahirkan anak adalah kodrat wanita yang tidak mudah dijalani karna dibutuhkan perjuangan dan kesabaran dari wanita. Dengan demikian sesuai kodratnya wanita tidak cukup hanya hamil dan melahirkan wanita juga ikut bertanggung jawab untuk medidik anak-anaknya dengan baik agar ia cerdas dan berakhlak baik sehingga menjadi manusia yang berkualitas.
B. Potret Wanita Ideal
            Sosok wanita ideal adalah wanita yang memiliki kepribadian yang menarik dari penampakan luar dan dalam pribadinya. Kecntikan dari dalam yaitu memiliki sifat-sifat terpuji yang memancar melalui prilaku hidupnya sehari-hari, mewujud melalui wawasan yang luas, cerdas, dewasa dan terbukamenerima kebenaran sebagai akibat dari tingkat pendidikan dan pengetahuan yang memadai. Kecantikan dari luar yaitu memiliki bentuk pisik yang ideal.
            Kekayaan wanita yang terpuji adalah kekayaan yang disertai dengan taqwa. Harta bagi wanita shalehah hanya ditanganya bukan dihatinya  ia berfungsi membantu dirinya dengan melakuikan kebaikan dengan menolong orang lain dan dengan hartanya ia bisa menciptakan ketentraman dan kebahagiaan rumah tangga. Jadi, seorang wanita yang berharta agar ia menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi diri dan orang lain ia perlu memiliki iman dan taqwa. Tidak ada manfaatnya wanita berharta namun memiliki akhlak yang buruk.   

Nama                   : A.Hatimi
Nim            : 11521001
Kelas          :BPI-Kesejahteraan Sosial

Al-Qur’an Tentang Ghibah
Ghibah
Ghibah (menggunjing) merupakan suatu perbuatan tercela yang timbulnya dari lidah. Ghibah (mengunjing) yaitu membicarakan kejelekan orang dibelakang orangnya. Kejelekan orang yang di bicarakan itu baik tentang keadaan dirinya sendiri atau keluarganya, badannya, atau akhlaknya. Menggunjing itu dilarang, baik dengan kata-kata, isyarat, dan sebagainya.. Allah swt telah melarang keras ghibah sebagaimana dinyatakan dalam firmanya:



dan janganlah sebagian kamu mengunjingkan sebagian yang lain, sukakah salaah  seorang diantara kamu memakan daging saudaramu yang maati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada allah sesungguhnya allah maha penerima taubat lagi maha penyayang”.
Dalam ayat ini allah SWT telah mengumpamakan orang yang menggunjing seperti orang yang memakan daging saudara muslimnya yang sudah mati.
            Ketahuilah bahwa atas yang diartikan dengan kata ghibah atau menggunjing yaitu jikalau engkau menyebutkan perihal keadaan seseorang yang kiranya ia akan menjadi marah atau benci apabila mendengarnya sendiri atau apabila yang engkau katakan itu disampaikan oleh orang lain padanya. Sebuah ucapan yang dapat dianggap meliputi hal menggunjing ialah apa yang disabdakan oleh rasulullah SAW:

“Ghibah (menggunjing) ialah apabila engkau menyebutkan perihal saudaramu dengan sesuatu yang tidak disukai olehnya” (HR. Imam Muslim).
Dalam hadits diatas dinyatakan bahwa yang diharamklan adalah  menyebutkan apabila didengar cela saudara itu dengan lidah atau ucapan sebab dengan ucapan itu dapat dimengerti apa yang mnejadi kekurangan saudaranya itu apabila didengar orang lain dan jikalau yang dikatakan itu diberi tahu tentulah ia tidak senang mendengarnya.
Hal-hal yang menimbulkan Ghibah
1. Ingin Menghilangkan Kemarahan
            Diwaktu seseorang menghadapi sesuatu yang menyebabkan ia menjadi marah kepada orang lain makaa apabila kemarahanya telah meluap-luao biasaanya ia hendak menghilangkan dengan jalan menyebut-nyebut kekurangan serta keburukan orang yang didendam itu.
2. Kemegahan Diri
            Bahwa seseorang itu mempunyai keinginan agar dianggap lebih tinggi lebih megah dan mulai dari orang yang digunjing itu lalu orang tersebut dijelek-jelekan dimuka orang lain.
3. Kedengkian
            Kedengkian itu tentulah dihadapkan kepada seseorang yang banyak dipuji, dicinta dan dimuliakan. Kemudian orang yang dengki itu menginginkan sekali lenyapnya kenikmatan yang dimiliki oleh orang diataas itu tetapi tidak memperoleh jalan guna menjatuhkanya kecuali dengan memburuk-burukan orang tersebut.
4. Bercengkrama
            Bermain-main, bersenda gurau, serta menghabiskan waktu untuk ketawa yang tidak ada manfaatnya sama sekali. Kemudian untuk memeriahkan cengkramanya itu disertai dengan menyebut cela orang lain.
5. Penghinaan
            Menganggap hina, rendah atau lemah kepada orang lain.

Cara Menyembuhkan Ghibah
            Untuk menyebuhkan penyakit akhlah yang buruk itu maka dalam penyembuhanya bida dengan cara pengolahan ilmu pengetahuan serta perbuatan. Secara pokoknya maka obatnya untuk menahan lidah dari kegemaran menggunjing ialah supaya seseorang itu menginsafi benar akan akibatnya yakni kemurahan allah SWT. Rasulullah SAW bersabda:


Beruntunglah seseorang yang disibukan oleh celaanya sendiri dari pada melihat cela orang lain” (HR. Alp-Bazzar).
Tetapi obat yang paling mujarab sekali untuk ini ialah kekuatan keimanan dalam jiwa sebab barang siapa yang kokoh kuat keimananya dan keyakinanya pastilah mulutnya akan bungkam dari segala ucapan yang buruk tertutama sekali ialah menggunjing.

Hukumnya Menggunjing
Menggunjing dengan hati adalah mempunyai sangkaan yang buruk atau su’udh-dhan kepada orang lain. Hukumnya ini adalah haram sebagaimana halnya halnya mengucapkan yang buruk. Seperti haramnya mengatakan seseorang dengan lidah cela-celanya maka begitu pulalah haramnya jikalau sangkaan jelek kepadanya. Oleh sebab itu meneliti kejelekan orang lain itupun dilarang dan diharamkan dalam agama sebagaimana firman allah: “walla tajas-sasuu
(dan janganlah kamu semua mencari kejelekan orang lain). Ghibah, Su-udz-dn dan tajas sus itu adalah dilrang dan hukumnya haram sebab ada larangan dari firman allah.       
Allah SWT berfirman:


Hai orang-orang yang beriman jauhilah sebagian besar buruk sangka itu sebab setengahnya dari buruk sangka itu adalah dosa”. (QS. Hujurat: 12).

Dendanya Ghibah
Seseorang yang telah membicarakan orang lain seharusnya menyesal, kemudian bertaubat serta bersedih hati atas perbuatan yang pernah dilakukan. Dengan demikian ia dapat lepaslah haknya dari Allah SWT. Selanjutnya, hal-halnya agar di maafkan atas segala dosanya.
Adapun perbuatan yang membicarakan orang lain sewaktu ia tidak ada dan perkataannya itu menyinggung kehormatannya, maka hal ini dapat menghancurkan tali silahturahmi antar sesama umat muslim.





Nama              : A.HATIMI
Nim                 :11521001
Jurusan          :Bpi_Kesejahteraaan sosial

Al_Qur’an Tentang Hubungan Orang Tua Dan Anak
Islam telah memberikan tuntunan bagi umatnya di dalam menjalankan peran kehidupannya sebagai orang tua ataupun sebagai anak. Begitu sempurnanya ajaran Islam, sehingga seorang anak telah dijaga keselamatannya sebelum menjadi calon bayi dan ketika menjadi janin pun telah diperhatikan misalnya dengan sering mengajak berbicara atau membacakan Al Qur'an ketika anak masih terbungkus di dalam rahim ibunya. Dan di saat kelahirannya pun,disyariatkan dalam Islam untuk menyambut gembira atas berita kelahiran.
Islam telah mengajarkan bahwa orang tua secara biologis berhak memenuhi kebutuhan anaknya baik sandang maupun pangan. Karena, orang tualah yang telah berjasa menghadirkan kita ke dunia ini. Setiap orang tua mengharapkan anaknya menjadi anak yang shaleh dan shalehah  yang kelak akan membanggakan kedua orang tuanya.  Allah SWT berfirman :

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia” (Q.S.Al kahfi18:46)
Memiliki anak adalah dambaan setiap orang tua. Karena, menjadi harapan bagi kedua orang tuanya untuk melanjutkan garis keturunan. Anak dapat membahagiakan hati kedua orang tuanya dan terkadang juga justru menyiksa batin orang tuanya.
Firman Allah mengatakan :


“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah lah pahala yang besar”. (Q.S.Al-Anfal/8: 28)
Ayat ini memberikan peringatan bagi orang tua untuk waspada terhadap ujian dari harta dan anak. Terkait dengan anak sebagai ujian, Al-Maraghi (1994: 367) menjelaskan bahwa anak merupakan buah hati dan belahan jiwa bagi ibu bapak mereka. Karena kecintaan mereka terhadap anak sanggup membawa keduanya bersedia mengeluarkan segala yang dimiliki demi anak, baik harta, kesehatan, dan kesenangan. Karena anak, orang tua sering melakukan perbuatan dosa demi pendidikan, biaya hidup dan dalam mempersiapkan semua kebutuhannya.
Orang tua harus memandang anak adalah hikmah dan menjadi orang tua adalah anugerah. Ia mengatakan pula, orang tua wajib mendidik anak-anaknya untuk berbuat baik pada orang tuanya agar si anak tidak dilaknat oleh Allah SWT. Untuk ini, ada dua fondasi yang harus di bangun pada anak. Pertama, selalu bersyukur kepada Allah. Kedua, selalu menghargai pengorbanan kedua orang tuanya.
Tiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah-Islami). Ayah dan ibunya lah kelak yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi (penyembah api dan berhala). (HR Bukhari).
Meskipun kewajiban anak terhadap ibunyalah yang paling sering diutarakan, namun bukan berarti ayah tidak memiliki tempat yang penting diantara anak anaknya. Karena meskipun sering sekali posisi ayah tidaklah sedekat ibu terhadap anak anaknya, namun karena ayahlah anak bisa terlahir dari rahim ibu. Sehingga kewajiban anak terhadap ibunya juga berlaku terhadap ayah.
Sebagai seorang anak yang terlahir dari seorang ibu, agama mengajarkan kita untuk berbuat baik kepada orang tua yang telah berjuang mempertaruhkan jiwa dan raga mereka demi kelahrian bayinya sebagai mana firman allah yang berbunyi:

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS Luqman 31 : 14)
Ada dua hal penting dalam ayat ini, pertama menunjuk perintah untuk berbakti kepada ibu dan bapaknya, khususnya ibu yang telah mengandung dalam kesulitan, kepayahan, kegelisahan. kedua perintah bersyukur kepada allah atas semua rahmat yang telah ia limpahkan, dan ibu bapak, karna keduanya merupakan penyebab bagi keberadaan kita. Dan keduanya telah merawat dengan baik dan mengalami berbagai macam kepayahan sehingga kita tegak dan kuat
Hubungan antara orang tua dan anak ibarat lingkaran yang takkan pernah putus, saling terhubung satu sama lain, meskipun terjadi perceraian antara ayah dan ibu, namun anak tak kan pernah kehilangan hak dan kewajiban terhadap ayah dan ibunya, begitu juga sebaliknya ayah dan ibu tetap memiliki kewajiban dan tidak kehilangan hak terhadap anak nya dunia dan akhirat.
Nama: A.Hatimi
Nim: 11521001
Jurusan: Bpi­_Kesejahteraaan Sosial

AL_Qur’an Tentang Ilmu pengetahuan
A. Pengertian
Al-Qur’an bukanlah kitab ilmu pengetahuan yang disusun berdasarkan penelitian atau perenungan manusia akan tetapi kitab yang memberikan petunjuk umat mansuia mengerjakan apa-apa yang dapat diketahui melalui penelitian dan perenungan dan juga semua yang tidak diketahui oleh manusia karena berada diluar jangkauan keduanya.
Dalam kamus maqayisy al-lugbah kata ilmu terambil dari kata alimah ya’malu ilman yang berarti mengetahui, pengetahui. Dikatakan oleh ibnu mas’ud “tidaklah dikatakan berilmu itu dengan banyak perkataan tetapi bertambahlah rasa ketakutan” sebagaimana dalam Al_Qur’an (Q.S Fathir/28).
B. Cara Memperoleh Ilmu Pengetahuan
            Pada dasarnya kemampuan manusia untuk mengetahui sesuatu atas iga istrumen yaitu indra, akal dan hati, sebagaimana firman allah yang berbunyi:
بصر الأو السمح لكم وجعل شئ ن تعلمو لا مهتكم ا بطون من جكمأخر والله  
           Artinya:                                                   ون تشكر لعلكم ة فىد الأو                                                                                                                                
“Dan allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun dan dia memberi kamu pendenagran penglihatan dan hati agar jamu bersyukur” (Q.S an_Nahl?78).
Ketiga potensi manusia yaitu inder, akal, hati dapat berfungsi secara optimal melalui latihan. Pelatihan terbaik adalah dengan membiasakan ketiganya pada batas jelajah masing-masing serta mengupayakan koordinasi ketiganya dibawah bimbingan imam sehingga membentuk suatu sistem yang kokoh dan menghasilkan pengetahuan.
C. Kedudukan Orang Yang Berilmu
            Dalam ayat berikut orang-orang yang berilmu memeperoleh kedudukan yang lebih tinggi bahkan setara dengan orang-orang yang beriman, Firman allah Swt:
  خبير ن تعملو بما والله درجت االعلمأوتو الذين منكمو منوا ءا ين الذ اللهفع ير
..Niscaya allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q.S Al_Mujadalah:11)
Allah menempatkan orang-orang yang berilmu sederajat dengan mereka yang beriman yaitu dengan melaksanakan apa yang diperintahkan allah dan rasulnya khususnya segala yang dibenci serta diangkat derajat mereka.
Nama             : A.Hatimi
Nim                :11521001
Jurusan         :Bpi_Kesejahteraan Sosial
AL - QUR’AN Tentang Dengki
Dengki adalah sikap tidak senang atas kenikmatan yang diperoleh orang lain dan berusaha menghilangkan kenikmatan itu dari orang tersebut baik dengan maksud agar kenikmatan berpindah ketangan sendiri ataupun tidak. Dengan definisi dengki yang demikian maka kita tahu bahwa dengki termasuk penyakit hati dan termasuk sifat yang tercela dalam pandangan agama. Allah berfirman:
                               فضله من الله مااتهم على الناسيحسدو ام 
Apakah mereka dengki kepada manusia lantaran karena yang telah allah berikan kepada manusia itu ( Q.S An-Nisa: 54)
Manusia kalau telah terhinggap penyakit dengki seperti ini timbul dalam hatinya niat jahat untuk menghilangkan kenikmatan yang telah diperoleh orang lain tersebut dan dengan berbagai tipu daya ia membuat makar dan kerusakan demi menghilanhgkan karunia yang diperoleh manusia itu. Dalam hal ini allah berfirman:
                                                                       (٥ : الفلق)       اداحسد سد شرحا ومن
Dan dari kejahatan orang-orang dengki apabila ia dengki (Q.S Al-Falak: 5)
Orang yang sedang dimusuhi orang yang berhati dengki perlu hati-hati dan waspada karena biasanaya dengan diam-diam akan menghancurkan dan membuat fitnah dengan berbagai macam tipu daya dan si pendengki ini sebernarnya merasa tersiksa batin seakan ia tidak kebagian nikmat sama sekali sehingga dalam batinya terasa perang melawan musuh yang tidak kelihatan dan orang yang bertipe ini jiwanya selalu merasa kurang terhadap apa saja yang ia miliki.


Hakekat Dengki 
Rasa dengki dan iri baru tumbuh manakala orang lain menerima nikmat. Biasanya jika seseorang mendapatkan nikmat, maka akan ada dua sikap pada manusia. Pertama, ia benci terhadap nikmat yang diterima kawannya dan senang bila nikmat itu hilang daripadanya. Sikap inilah yang disebut hasud, dengki dan iri hati. Kedua, ia tidak menginginkan nikmat itu hilang dari kawannya, tapi ia berusaha keras bagaimana mendapatkan nikmat semacam itu. Sikap kedua ini dinamakan ghibthah (keinginan). Yang pertama itulah yang dilarang sedang yang kedua diperbolehkan. 
Sebab-sebab Dengki 
Rasa dengki pada dasarnya tidak timbul kecuali karena kecintaan kepada dunia. Dan dengki biasanya banyak terjadi di antara orang-orang terdekat, antar keluarga, antarteman sejawat, antar tetangga dan orang-orang yang berdekatan lainnya. Sebab rasa dengki itu timbul karena saling berebut pada satu tujuan. Dan itu tak akan terjadi pada orang-orang yang saling berjauhan, karena pada keduanya tidak ada ikatan sama sekali. 
Adapun orang yang mencintai akhirat, yang mencintai untuk mengetahui Allah, malaikat-malaikat, nabi-nabi dan kerajaanNya di langit maupun di bumi maka mereka tidak akan dengki kepada orang yang mengetahui hal yang sama. Bahkan sebaliknya, mereka malah mencintai bahkan bergembira terhadap orang-orang yang mengetahuiNya. Karena maksud mereka adalah mengetahui Allah dan mendapatkan kedudukan yang tinggi di sisiNya. Dan karena itu, tidak ada kedengkian di antara mereka.  Kecintaan kepada dunia yang mengakibatkan dengki antar sesama disebabkan oleh banyak hal. Di antaranya:
1.      Permusuhan. Ini adalah penyebab kedengkian yang paling parah. Ia tidak suka orang lain menerima nikmat, karena dia adalah musuhnya.
2.      Ta'azzuz (merasa paling mulia). Ia keberatan bila ada orang lain melebihi dirinya. Ia takut apabila koleganya mendapatkan kekuasaan, pengetahuan atau harta yang bisa mengungguli dirinya. 
3.      Takabbur atau sombong. Ia memandang remeh orang lain dan karena itu ia ingin agar dipatuhi dan diikuti perintahnya.
4.      Merasa ta'ajub dan heran terhadap kehebatan dirinya. Hal ini sebagaimana yang biasa terjadi pada umat-umat terdahulu saat menerima dakwah dari rasul Allah. Mereka heran manusia yang sama dengan dirinya, bahkan yang lebih rendah kedudukan sosialnya, lalu menyandang pangkat kerasulan, karena itu mereka mendengki-nya dan berusaha menghilangkan pangkat kenabian tersebut.
5.      Takut mendapat saingan. Bila seseorang menginginkan atau mencintai sesuatu maka ia khawatir kalau mendapat saingan dari orang lain, sehingga tidak terkabullah apa yang ia inginkan.
6.      ambisi memimpin (hubbur riyasah). Ia tidak menoleh kepada kelemahan dirinya, seakan-akan dirinya tak ada tolok bandingnya.
7.      Kikir  dalam hal kebaikan terhadap sesama hamba Allah. Ia gembira jika disampaikan khabar pada-nya bahwa si fulan tidak berhasil dalam usahanya. Sebaliknya ia merasa sedih jika diberitakan, si fulan berhasil mencapai kesuksesan yang dicarinya.
Terapi Mengobati Dengki 
Hasad atau dengki adalah penyakit hati yang paling berbahaya. Dan hati tidak bisa diobati kecuali dengan ilmu dan amal. Ilmu tentang dengki yaitu hendaknya kita ketahui bahwa hasad itu sangat membaha-yakan kita, baik dalam hal agama maupun dunia. Dan bahwa kedengkian itu setitikpun tidak membahayakan orang yang didengki, baik dalam hal agama atau dunia, bahkan ia malah memetik manfaat darinya. Dan nikmat itu tidak akan hilang dari orang yang kita dengki hanya karena kedengkian kita.
Adapun amal yang bermanfaat yaitu hendaknya kita melakukan apa yang merupakan lawan dari kedengkian. Misalnya, jika dalam jiwa kita ada iri hati kepada seseorang, hendaknya kita berusaha untuk memuji perbuatan baiknya, jika jiwa ingin sombong, hendaknya kita melawannya dengan rendah hati, jika dalam hati kita terbetik keinginan menahan nikmat pada orang lain maka hendaknya kita berdo'a agar nikmat itu ditambahkan.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar