Nama : A.Hatimi
Nim : 11521001
Kelas : BPI-Kesejahteraan Sosial
BAB 1
SEJARAH PERKEMBANGAN SOSIOLOGI
Istilah Sosiologi
sebagai cabang Ilmu Sosial dicetuskan pertama
kali oleh ilmuwan Perancis, bernama August Comte tahun 1842 dan kemudian dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Sosiologi
berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan / teman,
sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan. Ungkapan ini dipublikasikan pertama kalinya dalam buku
yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte (1798-1857).
Umumnya sosiologi
dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat. Sosiologi hendak
mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan
mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya. Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan berbagai organisasi
politik, ekonomi, sosial. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari
hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain
atau umum.
Menurut
berger sosiologi berkembang manakalah masyarakat menghadapi ancaman terhadap
hal yang selama ini dianggap sebagai hal yang memang sudah seharusnya demikian,
benar dan nyata. Setiap ilmu pengetahuan mempunyai tokoh tertentu yang dianggap
sebagai perintis Diantaranya:
August Comte
(1798-1857)
Nama
sosiologi memang merupakan hasil comte suatu gabungan antara kata romawi socius dan kata yunani logos coser mengisahkan bahwa compe
semula bermaksud memebrikan nama social physics bagi ilmu yang akan diciptakan
itu namun kemudian mengurungkan niatnya karna istilahnya tersebut telah
digunakan oleh seorang tokoh lain. Karena memeperkenalkan metode positif maka
comte dianggap sebagai positivisme.ciri metode ini bahwa objek yang dikaji harus
berupa fakta dan kajian harus bermanfaat serta mengarah ke kepastian dan
kecermatan.
Karl Marx
(1818-1883)
Sumbangan
utama karl marx sosiologi terletak pada teorinya mengenai kelas yang disajikan
dalam berbagai tulisan termasuk dalam the communist manifesto marx berpendapat
bahwa sejarah masyarakat manusia merupakan sejarah perjuangan kelas. Menurut
marx perkembangan pembagian kerja dalam kapitalisme menumbuhkan dua kelas yang
berbeda yaitu kaum bourgeouisie dan
kaum proletar.
Emile Durkheim
(1858-1917)
Didalam
buku the devision of labor in society merupakan suatu upaya durkheim untuk
memahami fungsi pembagian kerja dalam masyarakat serta untuk mengetahui faktor
penyebabnya. Durkheim berpendapat bahwa setiap manusia memerlukan solidaritas.
Dalam buku rules of sociological method durkheim menawarkan definisi mengenai
sosiologi.
Max Weber
(1864-1920)
Weber
merupakan seorang ilmuan yang sangat produktif. Salah satu bukunya yang
terkenal ialah the protestant ethic and the spirit of capitalisme. Dalam buku
ini ia mengemukakan tesisnya yang terkenal mengenai keterkaitan antara etika
protestant dan munculnya kapitalisme di eropa. Sumbangan weber yang tidak kalah
penting ialah kajian mengenai konsep dasar sosiologi. Dalam uraian weber
menyebutkan pula bahwa sosiologi ialah ilmu yang berupa memahami tindakan
sosial.
BAB 2
Pokok-Pokok Bahasan Sosiologi
Pandangan Perintis
Emile durkheim berpendapat bahwa sosiologi ialah
ilmu yang mempelajaari apa yang di namakannya fakta soial merupakan cara
bertindak, berpikir dan berpendapat yang berada di luar individu dan mempunyai
kekuaatan memaksa yang mengendalikannya. Untuk lebih jelasnya durkheim
memberikan contoh salah satu diantaranya ialah pendidikan anak: sejak bayi
seorang anak diwajibkan makan,minum tidur pada waktu tertentu, diwajibkan taat
dan menjaga kebersihan serta ketenangan, diharuskan tenggang rasa terhadap
orang lain, menghormati adat dan kebiasaan. Durkheim mengemukakan bahwa
pembagian kerja dalam massyarakat di masa ini orang mungkin akan lebih cendrung
menggunakan istilah lain seperti spesialisasi dan diferensiasi merupakan fakta
sossial.
Pandangan max weber mengenai pokok pembahasan
sosiologi sangat berbeda dengan pandangan durkheim. Apa yang di maksud max
weber tindakan sosial? Menurutnya tidak semua tindakan manusia dapat di anggap
sebagai tindakan soisal. Suatu tindakan hanya dapat di sebut tindakan sosial
apabila tindakan tersebut di lakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang
lain dan berorientasi pada prilaku orang lain. Menurut weber suatu tindakan
ialah prilaku manusia yang mempunyai makna subjektif bagi pelakunya. Ahli
sosiologi yang hendak melakukan penafsiran bermakna yang hendak memahami makna
subjektif suatu tindakan sosial harus dapat membayangkan dirinya di tempat
pelaku untuk dapat ikut menghayati pengalamanya.
C. Wright Mills brtpendapat bahwa untuk dapat
memahami apa yang terjadi didunia maupun yang ada dalam diri sendiri manusia
memerlukan apa yang dinamakan imajinasi sosiologi. Menurut mills imajinasi
sosiologi ini akan memungkinkan kita untuk memahami sejarah masyarakat, riwayat
hidup pribadi dan hubunganh antara keduanya.mills berpendapat bahwa untuk
melakukan imajinasi sosiologi di perlukan dua peralatan pokok yaitu Trouble of milieu dan public issues of sosial stucture. Trouble (kesusahan) berlangsung dalam
ciri individu dan dalam jangkauan hubungan langsungnya dengan orang lain. Trouble merupakan masalah pribadi dan
merupakan ancaman terhadap nilai yang didukung pribadi. Issues (isu) dipihak lain merupakan hal yang berada diluar
lingkungann setempat individu dan diluar jangkauan kehidupan pribadinya. Issues
merupakan sesuatu hal yang bersifat umum.
Citra pertama menurut berger ialah bukan ciri khas
ahli sosiologi ialah seseorang yang suka bekerja dengan orang lain, menolong
orang lain, melakukan sesuatu untuk orang lain. Citra berikutnya ialah bahwa
ahli sosiologi adalah seorang yang teoretikus dibidang pekerjaan sosial. Citra
lain menggambarkan ahli sosiologi sebagai seorang yang melakukan reformasi
sosial. Dalam gambaran lain seorang ahli sosiologi dianggap sebagai orang yang
mencurahkan perhatianya pada pengembangan metodologi ilmiah untuk dipakai dalam
mempelajari fenomena manusia. Citra lain memandang ahli sosiologi sebagai
seorang pengamat yang memelihara jarak. Suatu kondep lain yang disoroti berger
ialah konsep masalaah sosiologi. Menurutnya masalah yang menjadi pokok
perhatian ahli sosiologi tidak sharus terdiri atas apa yang dilakukan orang
lain dianggap sebagai masalah suatu masalah sosiologi tidak sama dengan masalah
sosial.
Pembagian Sosiologi:
Makrososiologi, Mesososiologi dan mikrososiologi
Ada perintis sosiologi membagi sosiologi dalam
sejumlah statistika sosial dan dinamika sosial ada pula yang membagi sosiologi
dalam sejumlah sub disiplin. Nama yang diberikan untuk masing-masing bagian
tidak selalu sama; broow dan Selznick membedakan antara tatanan makro dan
tatanan mikro. Jack Douglas membedakan antara perspektif makrososial dan
perspektif mikrososial, doylepaul jhonson membedakan antara jenjang makro dan
jenjang mikro dan Randall Collins membedakan antra Makrososiologi dan
Mikrososiologi. Jack Douglas membedakan antara sosiologi kehidupan sehari-hari
menggunakan apa yang dinamakan perspektif sehari-hari interaksionis atau
mikrososial sedangkan sosiologi struktur sosial mempelajari masyarakat secara
keseluruhan serta hubungan antar bagian masyarakat. Collins mengemukakan bahwa
mikrososial melibatkan analisis terinci mengenai apa yang dilakukan, dikatakan
dan dipikirkan manusia dalam laju pengalaman sesaat sedanhgkan makrososial
melihat analisiss proses sosial berskala besar dan berjangka panjang. Dari segi
skala ruang Collins mengemukakan bahwa pokok bahasan sosiologi dapat berkisar
mulai dari seseorang kelompok kecil, kerumunan atau organisai, komiun
itassampai ke masyarakat teritorial. Dari segi waktu pokok bahasan sosiologi
dapat berkisar mulai dari apa yang terjadi dalam suatu detik, menit jam, hari,
bulan, tahun sampai ke suatu abad.
Disamping klasifikasi sosiologi dalam jenjang
analisis ada pula ahli yang membuat pembagian ke dalam tiga jenjang. Gerhard
Lenski mengemukakan bahwa sosiologi terdapat tiga jenjang analisis: Makrososiologi,
Mesososiologi dan mikrososiologi. Jenjang mikrososiologi yang digumuli oleh
para ahli mikrososiologi atau ahli psikologi sosial mempelajari dampak sistem
sosial dan kelompok primer pada individu. Para ahli mesososiologi tertarik pada
institusi khas dalam masyarakat mereka sedangkan para ahli makrososiologi
mempelajari ciri masyarakat secaraa menyeluruh serta sistem masyarakat dunia.
Dalam paandangan inkeles hubungan sosial merupakan molekul kehidupamn sosial.
Menurutnya hubungan sosial merupakan satuan analisis khas sosiologi. Pandangan
inkeles ini antara lain dipengaruhi pandangan max Weber mengenai hubungan sosial
dan tindakan sosial menurut inkeles sosiologi tidak hanya membahyas bagian
tertentu nmasyarakat melainkan dapat pula mempelajari masyarakat itu sendiri
sebagai suatu analisis.
BAB 3
SOSIALISASI
Berger mendifinisikan sosialisasi sebagai proses melalui mana
seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpatisipasi dalam
masyarakat. Definisi ini disajikan dalm suatu pokok bahasan berjudul society in
man dari sini tergambar pandanganya bahwa melalui sosiolisasi masyarakat
dimasukan ke dalam manusia.
Apa yang dipelajari seorang dalam proses sosialisasi? Menurut
berger dan menurtu ejumlah tokoh sosiologi yang teorinya akan kita bahasa yang
diajarkan melalui sosialisasi ialah peran-peran. Oleh sebab itu teori
sosiolisasi sejumlah tokoh sosiologi merupakan teori mengenai peran.
Pemikiran Mead
Salah satu teori peran yang dikaitkan dengan sosialisasi ialah
teori George Herbert mead. Dalam teorinya diuraikan dalam buku mind self and
society mead menguraikan tahap pengembangan diri manusia. Manusia yang baru lahir belum mempunyai diri. Diri manusia mead pengembangan dii manusia ini
berlangsung melalui beberapa tahap yaitu tahap play,game stage dan generalized
other.
Menurut mead pada tahap play stage pertama seorang anak
mulai belajar mengambil peran orang yang berada disekitarnya. Ia mulai meniru
peran yang dijalankan oleh orang tuanya. Dengan demikian kita sering melihat
anak kecil yang dikala bermain meniru peran yang dijalankan ayh,ibu dll. Namun
pada tahap ini sang anak belum sepenuhnya memahami isi peran-peran yang
ditirunya. Pada taham kedua Game Stage seorang anak tidak hanya telah mengetahui
peran yang harus dijalankanya tetapi telah pula mengetahui peran yang harus
dijalankan oleh orang lain dengan siapa ia berinteraksi. Pada tahap awal
sosialisasi interaksi anak biasanya terbatasa pada sejumlah kecil orang lain,
biasanya anggota keluarga. Menurut mead orang yang penting dalam proses
sosialisasi ini dinamakan significant other . pada tahap ketiga
sosialisasi seorang dianggap telah mampu mengambil peran-peran yang dijalankan
orang lain dalam masyarakat. Ia telah mampu berinteraksi dengan orang lain
dalam masyarakat karena telah memahami peranya sendiri serta peran orang lain dengan siapa ia
berinterakssi. Jika seseorang telah mencapai tahap ini maka menurut mead orang
tersebut telah mempunyai suatu diri. Dari pandangan mead nampak jelas
perndirianya bahwa diri seorang terbentuk melalui interaksi dengan orang lain.
Pemikiran
Cooley
Pandangan lain yang juga menekankan pada peran interaksi dalam
proses sosialisasi tertuang dalam buah
pikiran Charles H. Cooley. Menurut Cooley konsep diri seseorang berkembang
melalui interaksi dengan orang lain. Diri yang berkembang melalui interaksi
dengan orang lain oleh Cooley diberi nama looking glass self. Nama ini
diberikan oleh karna ia melihat analogi antara pembentukan diri seseorang
dengan prilaku orang yang sedang bercermin. Cooley berpendapat bahwa looking glass self terbentuk melalui
tiga btahap. Pada tahap pertama seseorang mempunyai persepsi mengenai pandangan
orang lain terhadapnya. Pada tahap berikutnya seorang mempunyai persepsi
mengenai penilaian orang lain terhadap penampilanya. Pada tahap ketiga seorang
mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakanya sebagai penilaian orang lain
terhadapnya itu. Untuk memahami pendapat cooley akan sisajikan contoh seorang
mahasiswa cendrung memperoleh nilaai rendah dalam ujian nsemesternya dia
merassa bahwa para dosen dalam jurusannya menganggap bodoh. Ia merasa pula
bahwa karena ia dinilai bodoh maka ia kurang dihargai para dosennya karne
kurang diohargai sehingga mahasiswa tersebut menjadi murung.
Apa yang terjadi bila seorang anak tidak mengalami sosialisasi?
Karena kemampuan seorang anak untuk mempunyai diri untuk berperan sebagai
anggota masyarakat tergantung pada sosialisasi maka seorang yang tidak mengalami
sosialisasi tidak akan dapat berinteraksi dengan orang lain.
Agen Sosialisai
Siapa yang melaksanakan proses sosialisasi? Fuller dan Jacobs
mengidentifikasi ada empat agen sosialisasi. Yaitu keluarga, teman bermain,
sekolah dan media masa.
Keluarga
Pada awal kehidupan masyarakat biasanya agen sosialisasi terdiri atas
orang tua dan saudara kandung. Gertrude Jeager mengemukakan bahwa peran para
agen sosialisasi pada tahap awal ini terutama orang tua sangat penting. Sang
anak sangat tergantung pada orang tua dan apa yang terjadi antara orang tua dan
anak pada tahap ini jarang diketahui orang luar. Arti penting agen sosialisasi
pertama pun terletak pada pentingnya kemampuan yang diajarkan pada tahap ini.
Kemampuan bahasapun ditanamkan pada tahap ini proses sosialissasi akan gagal
bilamana dilaksanakan terlambat ataupun terlalu dini.
Teman bermain
Setelah mulai
dapat berpergian seorang anak memperoleh agen sosialisai lain, teman bermain
baik yang terdiri atas kerabat maupun tetangga dan teman sekolah. Dsini seoang
anak mempelajari berbagai kemampuan baru, kalau dalam keluarga interaksi yang
dipelajari dirumah melibatkan hubungan
yang tidak sederajat maka dalam kelompok bermain sorang anak belajar
berinteraksi dengan orang yang sederajat karena sebaya. Pada tahap inilah anak
memasuki Game Stage mempelajari aturan yang mengatur peran orang yang
kedudukanaya sederajat.
Sekolah
Agen sosialisasi
berikut tentunya dalam masyarakat yang telah mengenalnya adlah sistem
pendidikan formal. Disini seseorang mempelajari hal baru yang belum dipelajari
dalam keluarga atau kelompok bermain. Pendidikan formal mempersiapkan untuk
penguasaan peran-peran baru dikemudian hari dikala seorang tidak teragantung
lagi pada orang tuanya. Sejumlah ahli sosiologi memusatkan perhatian mereka
pada perbedaan antara sosialisasi yang berlangsung dalam keluarga denghan
sosialisasi pada sistem pendidikan fomal. Robert Dreeben berpendapat bahwa yang
dipelajari anak disekolah disamping membaca, menulis dan berhitung adalah
aturan mengenai kemandirian, prstasi, universalisme dan spesifitas.
Menurut dreeben disekolah seorang anak harus belajar mandiri. Kalau
dirumah anak dapat mengharapkan bantuan orang tuanya dalam melaksanakan
berbagai pekerjaan maka disekolah sebagian besar tugas sekolah harus dilakukan
sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab. Aturan kedua yang dipelajari anak melibatkan
prestasi. Dirumah peran seorang anak terkait dengan askripsi peran-peran yang
dimilikinya seperti peran sebagai anak laki-laki atau perempuan sebagai adik
atau kakak merupakan peran yang dibawa sejak kecil. Disekolah dipihak lain
peran yang diraih dengan prestasi merupakan peran yang menonjol. Aturan ketiga
yang dipelajari anak ialah aturan mengenai universalisme merupakan lawan aturan
mengenai partikularisme. Dalam keluarga seorang anak cendrung mendapat
perlakuan khusus dari orang tuanya karena ia adlah anak mereka disekolah setiap
anak mendapat perlakuan yang sama. Spesfititas merupakan aturan keempat
danmerupakan kebalikan dari kekaburan. Disekolah kegiatan siswa serta penilaian
terhadap kelakuan merek dibatasi secara spesifik.
Media Massa
Light, keller dan Calhoun mengemukakan bahwa media massa
yang teriri atas media cetak, maupun media elektrinik merupakan bentuk
komunikasi yang menjangkau sejumlah besar orang. Media massa diidentifikasi
sebagai suatu agen sosialisasi yang berpengaruh pula terhadap prilaku
khalayaknya. Media massa pun sering digunakan untuk mengukur, membentuk ataupun
mempengaruhi pendapat umum. Kesadaran akan penting media massa bagi sosialisasi
pun telah mendorong para pendidik untuk memanfaatkan media massa. Bagaimana
dampak sebenarnya siaran media nmassa? Fuller dan Jacobs mengemukana bahwa
dampak televisi sebagai agen sosialisasi belum diketahu dengan pasti.
Kesepadanan Pesan agen sosialisasi berlainan
Sebagaimana telah kita lihat dai pemikiran Dreeben mengenai
sosialisasi disekolah maka pesan-pesan yang disampaikan oleh agen sosialisasi
yang berlainan tidak selamanya kepada satu dengan yang lain. Apa yang diajarkan
kelurga mungkin berbeda dan bahkan mungkin bertentangan dengan apa yang
diajarkan disekolah. Hal serupa berlaku pula pada agen sosialisasi lain apabila
pesan-pesan yang disampaikan oleh agen sosialisasi dalam msyarakat sepadanm dan
tidak bertentangan melainkan saling mendukung maka proses sosialisasi
diharapkan dapat berjalan relatif lancar. Namun dalam msyarakat yang didalamnya
terdapat agen sosialisasi dengan pesan yang bertentangan dijumpai cendrung
bahwa warga masyarakat yang menjadi proses sosialisasi sering mengalami konflik
pribadi karena diombang ambingkan oleh agen sosialisai yang berlainan.
Sosialisasi Primer dan Sosialisai Sekunder
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hidup
manusia dalam kaitan inilah para ahli berbicara mengenai bentuk-bentuk proses
sosialisasi setelah masa kanak-kanak, pendidikan sepanjang hidup atau
pendidikan kesinambungan. Brgwr dan Luckman mendifinisikan sosialisasi primer
sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil melalui mana ia
menjadi anggota masyarakat sedangkan sekunder merke mendifiniskan sebagai
proses berikutnya yang memperkena;kian individu yang telah disosialisasi ke
dalam sektor baru dari dunia objektif masyarakatnya. Suatu bentuk desosialisai
dan resosialisai yang banyak dibahas dikaalngan ilmuwan sosial ialah praktik
yang dikenal dengan cuci otak. Sosialisasi antisipatoris merupakan suatu bentuk
sosialisasi sekunder yang mempersiapkan sorang untuk peran yang baru dalam
kajianya terhadap kehidupan dikalangan personel militer A.S Robert K.Merton
antara lain membahas proses Sosialisasi antisipatoris ini khususnya dalam kasus
kenaikan pangkat.
Pola
sosialisasi
Sosialisasi
refrensip menekaankan pada penggunaan hukum terhadap kesalahan. Menurut jaeger
Sosialisasi refrensip pun memkpunyai ciri lain seperti penekanan pada
penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan, penekanan pada kepatuhan anak pad
orang tua, penekanan pada komun ikasi yang bersifat satu arah, noverbal dan
berisi perintah, titik berat sosialisasi pada orang tua dan pada keinginan
orang tua, dan peran keluarga sebagai Significant Other. Pola keduaa yang
disebutkan Jaeger ialah sosialisasi Partisipatoris merupakan pola yang
didalamnya anak diberi imbalan manakah berprilaku baik baik, hukuman dan
imbalan bersifat simbolik, anak diberi kebebasan, penekanan diletakan pada
interaksi, komunikasi bersifat lisan, anak menjadi pusat sosialisasi, keperluan
anak mdianggap pendting dan keluarga menjadi Generalized Other.
BAB 4
INTERAKSI SOSIAL
Interaksi Sosial
Sejumlah ahli sosiologi menghususkan diri pada studi
terhadap interaksi sosial, hal ini sesuai dengan pandangan ahli sosiologi
seperti Max Waber bahwa pokok pembahasan sosiologi ialah tindakan sosial. Dalam
sosiologi, berkembanglah cabang yang menghususkan diri pada kehidupan
sehari-hari salah satunya yang dikenal dengan nama “the sociologi of everyday
life situation” (lihat Douglas, 1973).
Interaksionisme Simbolik
Untuk mempelajari interaksi sosial digunakan
pendekatan tertentu, yang dikenal dengan nama “interctionis perspective”
(Douglas, 1973). Diantara berbagai pendekatan yang digunakan untuk mempelajari
interaksi sosial, dijumpai pendekatan dengan nama interaksionisme simbolik
(symbolic interctionism). Pendekatan ini bersumber pada pemikiran George
Herbert Mead. Dari kata interaksionisme sudah nampak bahwa sasaran pendekatan
ini ialah interaksi sosial, maka simbolik mengacu pada penggunaan simbol-simbol
dalam interaksi. Simbol merupakan sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan
kepadanya oleh mereka yang mempergunakanya. Menurut White makna atau nilai
tersebut tidak berasal dari sesuatu simbol, melainkan hanya dapat ditangkap
melalui cara nonsensoris/melalui cara simbolik. Contohnya, makna suatu warna tergantung
pada mereka yang menggunakannya. Warna merah misalnya, dapat diartikan berani.
Salah seorang penganut pemikiran Mead yang bernama
Herbert Blummer, berusaha menjabarkan pemikiran Mead mengenai interksionisme
simbolik. Menurutnya pokok fikiran interaksionalisme simbolik ada tiga; yang
pertama ialah manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang
dipunyaisesuatu tersebut baginya. Yang
kedua makna yang dipunyai sesuatu tersebut berasal atau muncul dari interaksi
sosial antara seseorang dengan sesamanya. Dan yang ketigamakna diperlakukan
atau diubah malalui suatu proses penafsiran yang digunakan orang dalam
menghadapi sesuatu yang dijumpainya.
Definisi Situasi
Konsep lain yang juga penting diperhaikan dalam
bahasa mengenai interaksi sosial ialah konsep definisi situasi (the definition
of situation) dari W. I. Thomas (1968). Menurut Thomas seseorang tidak segera
memberikan reaksi manakala ia mendapat rangsangan dari luar. Menurutnya
tindakan seseorang selalu didahului suatu tahap penilaian dan pertimbangan,
rangsangan dari luar diseleksi melalui proses yang dinamakannya definisi atau
penafsiran situasi. Thomas membedakan antara dua macam definisi situasi : definisi situasi yang dibuat secara spontan
oleh individu, dan definisi situasi yang dibuat oleh masyarakat.
Aturan Yang Mengatur Interaksi
Definisi situasi yang menurut Thomas dibuat oleh
masyarakat itu merupakan aturan yang mengatur interaksi manusia. Dalam bukunya
Symbols, selves, and society: understanding Interction David A. Karp dan W. C.
Yoels (1979) menyebutkan tiga jenis aturan, yaitu aturan mengenai ruang,
mengenai waktu, mengenai gerak dan sikap tubuh. Karena sebagian uraian mereka
didasarkan pada karya ahli antropologi Edwar T. Hall. Hall mengemukakan bahwa
dalam interaksi dijumpai aturan tertentu dalam hal penggunaan ruang. Pengamatan
Hall terhadap penggunaan ruang beserta teori-teorinya dinamakan proxemics. Hall
menyimpulkan bahwa dalam situasi social orang cenderung menggunakan empat
macam jarak: jarak intim (intimate
distance), jarak pribadi (personal distance), jarak social (social distance),
dan jarak public (public distance). Perlu ditekankan bahwa empat hal yang
dikemukakan oleh Hall diatas hanya berlaku bagi bagian tertentu masyarakat
Amerika,. Dari pengamatannya terhadap interaksi dikalangan warga masyarakat
lain, Hall menyimpulkan bahwa pada masyarakat lain dijumpai aturan berbeda
mengenai jarak.
Kommunikasi Nonverbal
Hall (1971) mengemukakan bahwa komunikasi nonverbal
(nonverbal communication) atau bahasa tubuh (body language), yang menurutnya
ada sebelum ada bahasa lisan dan merupakan bentuk komunikasi pertama yang
pelajari manusia, kita gunakan secara sadar maupun tidak untuk menyampaikan
perasaan kita kepada orang lain. Dengan menggunakann gerak tangan atau tubuh
seperti memicingkan mata, mengancungkan ibu jari, menganggukan kepala dan
lain-lain.
Interaksi dan Informasi
Karp dan Yoels dalam bukunya yang berjudul symbols,
selves and society: understanding interaction (1979) mereka antara lain
mengemukakan bahwa untuk berinteraksi, untuk dapat mengambil pesan orang
seseorang perlu mempunyai informasi mengenai orang yang berada dihadapannya.
Karp dan Yoels juga menyatakan bahwa ketiadaan atau kekurangan informasi
mengenai orang yang tidak dikenal yang kita jumpai kita atasi dengan mencari
informasi. Sumber-sumber informasi yang disebutkan Karp dan Yoels ialah cirri
fisik yang diwarisi sejak lahir seperti, jenis kelamin, usia, ras, serta
penampilan dan percakapan.
·
Warna kulit
Menurut Karp dan Yoels cirri yang dibawa
sejak lahir seperti jenis kelamin, usia dan ras sangat menentukan interaksi.
Dalam masyarakat yang mengenal diskriminasi ras seperti Amerika Serikat
misalnya, interaksi tergantung pada warna kulit orang yang berinteraksi.
·
Usia
Usia juga merupakan factor yang ikut
menentukan pola interaksi. Dalam banyak masyarakat interaksi dengan orang yang
dianggap lebih tua sering berbeda dengan interaksi dengan orang yang sebaya
serta dengan orang yang lebih muda.
·
Jenis kelamin
Untuk menggaris bawahi pentingnya
peran jenis kelamin bagi kelancaran interaksi Karp dan Yoels mengisahkan
kesukaran berinteraksi yang terjadi manakala salah satu pihak jenis kelaminnya
tidak jelas, seperti halnya waria, bagaimana kita harus menyapanya, kasus ini
memperlihatkan bahwa ketidak jelasan mengenai jenis kelamin mempersulit
interaksi.
·
Penampilan Fisik
Karp dan Yoels menyajikan sejumlah hasil
penelitian yang antara lain memperlihatkan bahwa orang yang berpenampilan fisik
menarik lebih mudah memperoleh pasangan, dan bahwa orang yang merasa dirinya
tidak menarik mengeluh karena mengalami kesukaran dalam pergaulan.
·
Bentuk tubuh
Suatu factor lain yang dikemukakan Karp
dan Yoels ialah bentuk tubuh, mereka melaporkan temuan penelitian wels dan
siegal bahwa orang cenderung menganggap adanya keterkaitan antara bentuk tubuh
dan watak manusia.
·
Pakaian
Pernakah anda mengalami bahwa oleh
petugas suatu kantor atau tempat hiburan, anda disapa dengan sebutan “bapak
atau ibu” karena mengenakan busana tertentu, pengalaman-pengalaman seperti ini
menunjukan bahwa pakaian merupakan factor yang mempengaruhi interaksi.
·
Wacana
Karp dan Yoels menyatakan bahwa
pernyataan mengenai tempat tinggal, jumlah anak, pekerjaan, dapat berfungsi
sebagai informasi mengenai status orang, selain merupakan sebagai topic
pembicaraan.
Goffman dan Prinsip Dramaturgi
Salah seorang ahli sosiologi masa kini yang
memberikan sumbangan penting terhadap
kajian interaksi ialah Erving Goffman, ia menggunakan prinsip yang
dinamakan dramaturgi, yang oleh Margaret poloma didefinisikan sebagai
pendekatan yang menggunakan bahasa dan khayalan teater untuk menggambarkan
fakta subjektif dan objektif dari interaksi sosial . Goffman dalam bukunya: the
presentation of self in everyday life (1959), ia memulai uraiannya dengan
menyatakan bahwa individu yang berjumpa orang lain akan mencari
informasimengenai orang yang dijumpainya atau menggunakan informasi yang telah
dimilikinya, antara lain dengan tujuan memanfaatkan informasi tersebut untuk
mendefinisi situasi. Goffman membedakan dua macam pernyataan: pernyataan yang
diberikan, dan pernyataan yang dilepas. Menurut Goffman dalam proses ini
masing-masing pihak akan berusaha mendefinisikan situasi dengan jalan melakukan
pengaturan kesan.
Dari Berjumpa Sampai Berpisah
Ruang
cakupan interaksi cukup luas mulai dari interaksi antar orang yang tidak saling
kenal sampai interaksi antar orang yang berhubungan sangat intim. Mar L.knapp
membahas berbagai tahap yang dapat kita bagi dalam dua kelompok besar, tahap
yang mendekatkan peserta interaksi dan tahap yang menjauhkan mereka.
Tahap
yang mendekatkan dirincikan menjadi tahap memulai, menjajaki, meningkatkan,
menyatupadukan dan mempertalikan. Menurut knapp peningkatan hubungan terjadi
secara hati-hati dan bertahap. Tahap penyatupaduan merupakan suatu tahap antara
yang menjembatani peningkatan hubungan dan tahap pertalian pada tahap ini
masing-masing pihak mulai merasakan dirinya sebagai suatu kesatuan dan pihak
luar pun mulai memperlakukan kedua individu sebagai suatu kesatuan. Pertalian
merupakan tahap terakhir dalam proses interaksi yang mempersatukan dan ditandai
diresmikanya pertalian yang terjalin oleh masyarakat.
Tahap
perenggangan berikutnya ialah kegiatan membatasi. Knapp pada tahap ini
pembahsan mengenai hubungan mulai dihindari. Pokok pembicaraan menjadi lebih
dangkal dengan bantahan, sangkalan, keluhan,larangan, perintah. Tahap terakhir
dalam kerenggangan hubungan ialah tahap pemutusan hubungan. Menurut knapp pada
tahap ini pemutusan dikomunikasikan melalui pernyataan mengenai jarak dan
pemisahan diri. Dengan adanya jarak komunikasi diharapkan agar terhalang dengan
berlangsungnya pemisahan diri masing-masing pihak diharapkan dapat meneruskan
hidupnya tanpa kehadiran pihak lain.
BAB 5
TATANAN SOSIAL DAN PENGENDALIAN SOSIAL
Pokok Pembahsan
Makrososiologi
Sebagaimana telah kita lihat dalam pembahsan
mengenai pembagian sosiologi dalam mikrososiologi dan makrososiologi maka
mesososiologi dan makrososiologi mempelajari tatanan makro mempelajari struktuk
sosial, menurut Randall Cillins makrososiologi menganalisa proses sosial
berskala bersar dan jangka panjang. Dalam skala ruang dan waktu yang disusun
collins pokok perhataian makrososiologi bergerak dan kerumunan, organisasi ke
arah komunitas dan maasyarakat teritorial dan dari hari, minggu, bulan, tahun
ke abd. Makrososiologi tidak memperhatikan apa yang terjadi dengan individu
atau kelompok kecil dan apa yang terjadi dalam jangka waktu pendek seperti
deyik, menit dan jam melainkan proses jangka panjang seperti sekularisasi,
rasionalisasi, industrilisasi, modernisasi munculnya kapitaslisasi dan
urbanisasi.
Berbeda dengan mikrososiologi yang menggunakan sdutu
pandang sehari-hari maka makrososiologi menggunakan sudut pandang struktur, makrososiologi
menggunakan sudut pandang klasik emile durkheim. Menurut Douglas ciri
makrososiologi ialah antara lain mengikuti ilmu-ilmu alamiah seperti pencarian
hukum sebab akibat dalam masyarakat, pengukuran variabel dan pengujian
proposisi dan penekanan pada penlitian terapan.
Apa yang menjadi pokok bahsan makrososiologi?
Menurut aleh inkeles sosiologi mempelajari hubungan sosial, institusi dan
masyarakat. Perumusan emile durkheim mengenai pokok bahasan sosiologi
menunjukan bahwa pokok perhatian sosiologimialah tatanan medo dan makro karena
fakta sosial mengacu pada institusi yang mengendalikan individu dalam msyarakat
selain itu sebagaimana dikemukakan oleh inkeles durkheim berpendapat bahwa
sosiologi ialah ilmu masyarakat dan mempelajari institusi.
Struktur Sosial
Menurut Douglas mikrososiologi mempelajari situasi
sedangkan makrososiologi mempelajari struktur. George C. Homans mengkaitkan
struktur dengan perilaku sosialial elementer dalam hubungan sosial sehari-hari
sedangkan gerhard Lenski berbicara mengenai struktur masyrakat yang diarahkan
olejh kecendrungan jangka panjang yang menandai sejarah. Talcott Parsons
berbicara mengenai struktur ia berbicara mengenai kesalingterkaitan antara
institusi bukan kesalingterkaitan antarmanusia makan coleman melihat struktur
sebagai pola hubungan antarmanusia dan antrakelompokj manusia. Yang penting
untuk diperhatikan ialah bahwa manakalah seorang ahli berbicara mengenai
struktur maka ia berbicara mengenai sesuatu yang terdiri atas bagian yang
saling tergantung dan membentuk suatu pola tertentu.
Dalam pembahsan struktur sosial dikenal dua konsep
penting yaitu status dan peran. Definisi
ralph linton mengenai kedua konsep tersebut status ialah suatu kumpulan
hak dan kewajiban sedangkan peran ialah the dynamic aspect of a status.
Menurutnya seseorang menjalankan peran manakala ia menjalankan hak dan
kewajiban yang merupakan statusnya. Menurut linton status yang diperoleh ialah
status yang diberikan kepada individu tanpa memandang kemampuan atau perbedaan
antarindividu yang dibawa sejak lahir. Menurut merton ciri dasar dari suatu struktur
sosial ialah bahwa status tidak hanya meliobatkan satu peran terkait melainkan
sejumlah peran terakit. Merton memperkenalkan konsep perangkat peran yang
didefinisikan perlengkap hubungan peran yang dipunyai seorang karna menduduki
suatu status sosial tertentun.
Institusi Sosial
Durkheim mengemukakan bahwa sosiologi mempelajari
institusi, dalam bahasa indonesia dijumpai terjemahan berlainan dari konsep
institutional. Kornblum membuat definisi suatu struktur status dan peran yang
diarahkan ke pemenuhan keperluan dasar anggota masyarakat. Harry M. Jhonson
mengemukakan bahwa institusi ialah seperangkat norma yang
terinstitusionalisasi.yaitu telah diterima sejumlah besar anggota sistem
sosial, ditanggapi secara sungguh-sungguh dan diwajibkan ndan terhadap
pelangganya dikenakan sanksi tertentu. Peter L. Berger mendefinisikan institusi
ialah a distinctive complex of social
actions untuk memudahkan pemahaman mengenai konsep institusi berger mengacu
pada pendapat arnol gehlen yang menamakan institusi duatu yang menyalurkan
tindakan manusia laksana mengatur tindakan hewan.
Masyarakat
Marion Levy mengemukakan empat kriteria yang perlu
dipenuhi agar suatu kelompok dapat disebut masyarakat yaitu: kemampuan bertahan
melebihinnmasa hidup seorang individu, rekrutmen seluruh atau sebagian anggota
melalui reproduksi, kesetian pada suatu sistem tindakan uatama bersama, adanya
sistem tindakan bersama yang bersifat swasembada. Inkeles mengemukakan bahwa sesuatu
kelompok hanya dapat kita namakan masyarakat bila kelompok tersebut memenuhi
keempat kriteria tersebut atau bila kelompok tersebut dapat bertahan stabil
untuk beberapa generasi walaupun sama sekali tidak ada orang atau kelompok lain
diluar kelompok tersebut. Talcott Parsons merumuskan kriteria bagi adanya masyarakat
menurutnya masyarakat ialah suatu sistem sosial swasembada melebihi masa hidup
individu norma dan merekrut anggota secara reproduksi biologis serta melakukan
sosialisasi terhadap generasi berikutnya.
Pengendalian Sosial
Dalam uraiannya mengenai konsep fakta sosial
Durkheim menyebutkan bahwa fakata sosial dapat kita ketahui dari kekuatan
paksaan luar yangdijalankanya atau yang dapat dijalankanya terhadap individu.
Menurut durkheim selanjutnya adanya kekuatan paksaan luar ini dapat kita
ketahui dari sanksi tertentu dan perlawanan yang diberikan terhadap setiap
usaha individu untuk melanggar fakta sosial. Durkheim mengemukakan pula bahwa
fakta sosial berada diluar individu ddan memiliki daya paksa untuk
mengendalikan individu tersebut dari perumusan ini nampak bahwa individu harus
menaati sejumlah aturan yang terdapat dalam masyarakat, bahwa masyarakat
menjalankan pengendalian sosial terhadap individu.
Apa yang dimaksud dengan pengendalian soaial? Berger
mendefinisikan penegndalian sosial sebagai berbagai cara yang digunakan
masyarakat utnuk menertibkan anggota yang membangkang. Roucek yang mengemukakan
bahwa konsep pengendalian sosial baru yang digunakan dalam sosiologi pada tahun
1894 oleh small dan vincent pengendalian sosial adalah suatu nistilah kolektif
yang mengacu pada proses terencana mapun tidak melalui mana individu diajarkan, dibujuk ataupun dipaksa untuk
menyesuaikan diri pada kebiasaan dan nilai hidup kelompok. Definisi Roucek ini
nampaknya lebih luas dari pada definisi berger kaarena definisi roucek tidak
hanya terbatas pada tindakan terhadap mereka yang membangkang tetapi mencakup
proses yang dapat kita klasifikasikan sebagai proses soisalisasi.
BAB 6
INSTITUSI SOSIAL
Disini kita akan melihat sejumlah institusi utama
yaitu institusi dibidang ekonomi, politik, keluarga, pendidikan dan nagama.
Institusi
Keluarga
Tipe Keluarga
Dalam sosiologi keluarga biasanya dikenal pembedaan
antara keluaraga bersistem konsanguinal dan konjungal. Kelurga yang bersistem
konsanguinal menekankan pada pentingnya ikatan darah sedangkan kelurga yang
bersistem konjungal menekankan pada pentingnya hubungan perkawinan, ikatan
dengan suami atau istri cendrung dianggap lebih penting dari pada ikatan dengan
orang tua.
Pembedaan tipe keluarga yang dikenal pula ialah
keluarga orientaasi dan keluaraga prokreasi. Keluarga orientasi ialah keluarga
yang didalamnya seseorang dilahirkan sedangkan kelurga prokreasi ialah yang
dibentuk seseorang dengan jalan menikah
dan mempunyai keturunan. Pembagian tipe keluarga yang lain lagi ialah
keluarga batih dan keluargta luas. Keluarga batih merupakan satuan keluarga
terkecil yang terdiri atas ayah, ibu dan anak. Keluarga luas terdiri atas
beberapa keluarga batih. Yang terdiri atas beberapa orang laki-laki kaka
beradik berserta anak-anak mereka dan saudara kandung perempuan mereka yang
belum menikah.
Aturan Mengenai
Perkawinan
Setiap masyarakat mengenai berbagai aturan mengenai
perkawinan. Ada aturan mengenai apakah jodoh harus berasal dari anggota
kelompok sendiri ataukah harus dari kelompok lain. Dan siapa diantara anggota
kelompok sendiri yang boleh ataupun tidk boleh dinikahi, mengenai jumlah norang
yang boleh dinikahi pada waktu yang sama, menganai tempat menetap setelah
perkawinan dan aturan mengenai penentuan garis keturunan.
Incest Taboo
Satu aturan yang dijumpai dalam semua masyarakat
mengatur mengenai siapa yang boleh dan tidak boleh dinikahi. Salah satu
diantaranya ialah incest taboo yang melarang hubungan perkawinan dengan
keluarga yang sangat dekat seperti perkawinan seorang anak dengan salah seorang
orang tuanya atau perkawinan antara saudara kandung.
Bentuk
Perkawinan
Pada dasarnya kita mengenal dua macam bentuk
perkawinan, monogami (perkawinan antara seorang laki-laki dengan seorang
perempuan pada saat yang sama) dan poligami (perkawinan antara seorang
laki-laki dengan perempuan pada waktu yang sama atau antara perempuan dengan
beberapa laki-laki pada waktu yang sama). Pologami dibagi lagi dam bentuk
perkawinan: poligini yaitu perkawinan antara seorang laki-laki dengan lebih
dari seorang perempuan pada waktu yang sama), poliandri yaitu perkawinan antara
seorang perempuan dengan lebih dari seorang laki-laki pada waktu yang sama dan
perkawinan kelompok yaitu perkawinan dua orang laki-laki dengan dua orang
perempuan atau lebih pada waktun yang sama.
Aturan lain yang
berlaku dalam hubungan perkawinan ialah eksogami dan endogami. Eksogami ialah
sistem yang melarang perkawinan dengan anggota kelompok sedangkan endogami
ialah sistem yang mewajibkan perkawinan dengan anggota sekelompok.
Aturan Menganai
Perkawinan
Dalam hal penarikan garis keturunan kita mengenal
aturan partilineal, bilateral, matrilineal dam keturunan rangkap. Pada sistem
patrilineal merupakan sistem yang paling banyak dijumpai garis keturunan
ditarik melalui laaki-laki. Pada sistem bilateral merupakan garis keturunan
ditarik melalui pihak laki-laki dan perempuan. Matrilinealgaris keturunan
ditarik melalui perempaun. Pad sistem keturunan rangkap garis keturunan ditarik
melalui laki-laki secara patrilineal dan melalui perempun secara matrilineal.
Pola Menetap
Dimana pasangan menetap setelah menikah? Mengenai
hal ini dikenal pola yang berbeda-beda yaitun pola patrilokal, pola
matri-patrilokal, pola matrilokal, pola patri-matrilokal, pola bilokal, pola
neolokal serta avunculokal. Pada pola patrilokal pasangan yang baru menikah
menetap bersama keluaraga pihak laki-laki. Pada pola matri-patrilokal suami
mula-mula menetap bersama pihak perempuan. Pola matrilokal pasngan yang menikah
menetap bersama pihak perempuan. Pola patri-matrilokal pasangan yang baru
menikah semula menetap dipihak laki-laki dan kemudian dipindah ke keluaraga
pihak perempuan. Pola bilokal ialah pola yang didalamnya pasangan nyang baru
menikah dapat memilih untuk menetap dikeluarga laki-laki ataupun perempuan.
Pola avunculokal merupakan suatu pola matrilineal yang didalmnya seorang
laki-laki menetap didesa paman dari pihak ibu. Sedangkan pola menetap neolokal
ialah pola yang didalamnya pasangan suami istri setelah menikah bebas untuk
memilih tempat menetap diluar t empat keluarga laki-laki atau pihak
perempuan.
Fungsi Keluarga
Pertama berfungsi untuk mengatur penyaluran dorongan seks. Kedua reproduksi berupa pengembangan
keturunan pun nselalu dibatasi dengan aturan yang menempatkan kegiatan ini dalam
keluarga. Ketiga untuk
menyosialisasikan anggota baru masyarakat sehingga dapat memerankan apa yang
diharapkan darinya. Keempat mempunyai fungsi afeksi, keluarga memberi
cinta kasih pada seorang anak. Kelima memberikan
status pada seorang anak bukan hanya status yang diperoleh seperti status yang
terkai dengan jenis kelamin, urutan kelahiran dan hubungan kekerabatan tetapi
juga termasuk didalamnya status memberikan perlindungan kepada anggotanya baik
perlindungan fisik maupun yang bersifat kejiwaan.
Bertemu dan
Berpisah Dalam Keluarga
Dengan terjadinya perceraan maka dengan sendirinya
fungsi keluarga yang telah disebutkan ndiatas mengalami fganggguan dan pihak
yang bercerai maupun anak-anak harus menyesuaikan diri dengan situasi baru.
Dengan demikian peningkatan angka perceraian dalam masyarakat pun membawa
peningkatan gaya hidup khas keluarga bercerai seperti hidup sendiri menjanda
dan menduda.
Berkembangnya
Gaya Hidup Baru
Dalam berbagai masyarakat baru kini telah berkembnag
gaya hidup yang menyimpang dari pola kehidupan perkawinan dan hidup berkeluarga
yang semula berlaku. Giddens mengidentifikasi tiga bentuk gaya hidup demikian:
hidup bersama diluar nikah, keluarga orang tua homoseks, dan hidup membujang.
Dalam pengamatan giddens hidup tanpa menikahpun merupakan suatu gejala yang
semakin berkembang. Salah satu faktor yang menyebabkan penudaan perkawinan atau
bahkan keinginan untuk tetap hidup membujang di kalangan orang muda ialah
keinginan untuk tetap bebas. Padda usia lebih lanjut kehidupan membujang lebih
cendrung disebabkan faktor lain seperti perceraian atau meninggalnya suami atau
istri.
Kekerasan Dalam
Keluarga
Keluarga memang berfungdi untuk menyalurkan perasaan
anggota keluarga namun keluarga merupakan pula ajang pelampiasan nafsu.
Sehubungan dengan ini gejala yang dikemukakan giddens ialah sering
berlangsungnya kekerasan dalam keluarga, penganiayaan suami terhadap istri,
penganiayaam orang tua terhadap anak dan perkosaan orang tua terhadap anak.
Institusi
Pendidikan
Pokok Bahaasan
Sosiologi Pendidikan
Pendidikan merupakan institusi yang juga mendapat
perhatian besar dari para ahli sosiologi. Pokok bahasan utama dalam sosiologi
pendidikan ialah institusi pendidikan formal dan institusi pendidikan formal
terpenting dalam masyarakat ialah sekolah yang menawarkan pendidikan formal
mulai dari jenjang prasekolah sampai jenjang pendidikan tinggi baik yang
bersifat umum maupun khusus. Namun kita telah mengetahui pula bahwa diluar
sekolah dijumpai berbagai bentuk pendidikan luar sekolah seperti pendidikan
nonformal dan pendidikan informal.
Para ahli sosiologi pendidikan membagai pokok bahasan
mereka menjadi sosiologi pendidikan jenjang makro, meso dan mikro.
Makrososiologi pendidikan mempelajari hubungan antara pendidikan dan institusi
lain dalam masyarakat, mesosoiologi pendidikan mempelajari hubungan antara satu
oragnisasi pendidikan, mikrososiologi pendidikan membahas interaksi sosial yang
berlangsung dalam institusi pendidikan. Mesosoiologi dan Mikrososiologi
pendidikan antara lain mempelajari sekolah sebagai suatu sistem sosial. Pada
jenjang Mesososiologi seorang ahli sosiologi pendidikan dapat mempelajari
sekolah sebagai suatu organisasi. Pada jenjang Mikrososiologi seorang ahli
sosiologi pendidikan antara lain mempelajari hubungan dan interaksi antara
siswa sakolah.
Fungsi
Pendidikan
Institusi pendidikan dikaitkan dengan berbagai fungsi.
Dalam kaitan ini ahli sosiologi yang membedakan antara fungsi manifes dan
laten. Menurut Horton dan Hunt fungsi manifes institusi pendidikan ialah
mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah, mengembangkan bakat
perseorangan demi kepuasan pribadi maupun bagi partisipasi dalam demokrasi dan
sebgainya. Fungsi manifesialah fungsi yang tercantum dalam kurikulum sekolah.
Adanya sekolahpun menanamkan nilai baru yang kadangkalaa bertentangan dengan
apa yang diajarkan dirumah sehingga memperlemah pengendalian orang tua terhadap
anak mereka.
Sekolah pun mempunyai potensi untuk menanamkan nilai
yang menjadi dasar bagi pembangkangan terhadp masyarakat. Oleh sebab sekolah
dan orang tua sering berbeda paham
mengenai pelajaran yang dapat diberikan kepada anak. Selain itu
pendidikan formal pun antaraa lain berfungsi untuk mempertahankan sistem
stratifikasi yang ada dengan jalan menyosialisasikan anak untiu,k menerima
sistem perbedaan prestise, prestise dan status yang ada.
Institusi di
Bidang Agama
Agama merupakan suatu institusi penting yang
mengatur kehidupan manusia. Bahwa bagi durkheim agama ialah suatu sistem
terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal
yang suci dan bahwa kepercayaaan dan praktik tersebut mempersatukan semua orang
yang beriman ke dalam suatu komunitas moral yang dinamakan umat. Perlu
ditambahkan disnini bahwa menurut durkheim semua kepercayaan agama mengenai
pembagian semua benda yang ad dibumi ini baik yang berwujud nyata maupun
berwujud ideal ke dalam dua kelompok yang saling bertentang yaitu hal yang
bersifat profan dan hal yang bersifat suci.
Giddens agama lebih luas dari pada monotheisme dan
mencakup pula politeisme, ada pula yang tidak menetapkan antara moral bagi
umatnya, ada agama yang tidak menjelaskan asal-usul alam semesta dan ada agama
yang tidak mengenal kekuatan adikodrati. Kita perlu memperhatikan padanangan
ahli sosiologi agama Robert Bellah bahwa diluar institusi agama kita adanya
himpunan kepercayaan dan ritual yang dinamakan Civil Religion yang dimaksud
bella ialah kepercayaan dan ritual diluar agama yang dijumpai pada institusi
politik seperti pemujaan pemimpin dll. Karana sukarnya mendifiniskan konsep
agama Light, Killer dan Calhoun memilih untuk memusatkan perhatianya pada unsur
dasar yang dijumpai pada agama yaitu kepercayan agama, simbol agama, praktik
agama, pengalaman agama.
Fungsi Agama
Horton
dan Hunt membedakan antara fungsi manifes dan fungsi laten. Menurut mereka
fungsi manifes agama berkaitan dengan segi doktrin, ritual dan aturan perilaku
dalam agama. Namun yang juga penting diketahui adalah fungsi laten agama.dalam
kaitan ini durkheim terkenal karena pandanganya bahwa agama mempunyai fungsi
positif bagi integrasi masyarakat baik pada tingkat mikro maupun makro. Disegi
makro agamapun menjalankan fungsi positif karena memenuhi keperluan masyarakat
untuk secara berkala menegakan dan memperkuat perasaan dan ide kolektif yang
menjadi ciri dan inti persatuan masyarakat tersebut.
Agama dan
Perubagan Sosial
Para
ahli sosiologi agama mengkaji hubungan antara agama dan perubahan sosial. Dalam
banyak masyarakat perubahan sosial sering diiringi dengna gejala sekularisme
yang oleh giddens didefiniskan proses melalui mana agama kehilangan pengaruhnya
terhadap berbagai segi kehidupan manusia dan oleh light, keller dan Calhoun
didefinisikan sebagai proses melalui mana perhatian terhadap hal yang bersifat
rohania semakin berkurang. Para ahli sosiologi mengemukakan bahwa proses ini
sering kali memancing reaksi dari kalngan agama yang dapat berbentuk perlawanan
maupun penyesuaian diri. Dampak perubahan sosial dapat pula berwujud dalam
perubahan agama. Bellah misalnya mengemukakan bahwa dalam agama secara bertahap
berlangsung evolusi ke arah difrensiasi, kekomprehensifan dan rasionalistas yang
besar.
Agama dan
Institusi lain Dalam Maysarakat
Kesalingterkaitan
antara institusi agama dan institusi lainya merupakan pokok kajian yang
diterkuni berbagai ahli sosiologi agama. Salah satu kerterkaitan dijumpai
dibidang keluarga. Kita pun dapat mengamati keterkaitan agama dengan politik.
Sebelumnya terjadi penyederhanaan partai politik yang diikuti dengan
diterimanya pancasila sebagai satu-satunya asa di mas lalu dinegara kita pernah
terdapat partai politik berbasis agama.
Agama
pun ada kaitanya dengan institusi ekonomi. Keterkaitan antara agama dan ekonomi
ini dikaji weber dengan tesisnya mengenai etika protestan dan semngat
kapitalisme. Di inddonesia Clifford Geertz pun pernah mempelajari keterkaitan
anatara agama dengan kewiraswastaaan yaitu kewiraswastaan yang dijalankan oleh
kaum santri dan kaum bangsawan hindu. Pendidikan pun merupakan institusi yang
terkait dengan agama. Dalam sitem pendidikan kita, mata pelajaran agama
diberikan mulai dari jenjang taman kanak-kanak sampai pendidikan tinggi.
Dalam
pembahasan kita mengenai stratifikasi kita telah menjumpai adanya keterkaitan
antara agama dan stratifikasi. Telah kita lihat bahwa anggota sekte, gereja
atau denominasi berbagai agama di amerika serikat tidak tersebar secara acak di
berbagai lapisan sosial melainkan cendrung mengelompok di kelas tertentu.
Institusi
Ekonomi
Dalam
pembahsan mengenai sosiolologi kehidupan perekonomian. Neil J. Smelser
merincikan pemikiran spancer, Durheim dan weber mengenai integrasi kegiatan
ekonomi. Smelser mengemukakan bahwa dalam pandangan evolusioner spancer masyarakat
secara sislih berganti mengalami proses integrasi dan diferensiasi sehingga
lambat laun tumbuh dari masyarakat homogen menjadi heterogen. Melalui proses
evaluasi ini pula maasyarakat berkembang dari tipe militer yang diintegrasikan
secara paksa menjadi tipe masyarakat industri yang diintegrasikan oleh hubungan
kerja sama secara sukarela yang didasarkan pada kontrak.
Apa
yang dipelajari sosiologi perekonomian? Dalam pandangan smelsel sosiologi
ekonomi merupakan kajian sosiologi terhadap kompleksnya kegiatan yang
melibatkan produksi, distribusi, pertukaraan dan konsumsi bara dan jasa yang
bersifat langka. Perhatian para ahli sosiologi pada kegiatan ekonomi telah
melahirkan beberapa spesialis dalam sosiologi yang menunjang sosiologi
perekonomian. Smelsel menyebutkan antara lain perkembngan sosiologi industri
dan sosiologi profesi.
Ideologi Ekonomi
Dalam
perkembangan sejarah kita menjumpai berbagai ideologi ekonomi. Ideologi ekonomi
tersebut menjdi dasar penciptaanya beraneka sistem ekonomi yang mempengaruhi
operkembangan masyarakat. Kornblum mengidentifikasikan tiga ideologi ekonomi:
merkantilisme, kapitalisme dan sosialisme serta bebrapa variaasi darinya
seperti sosialisaasi demokratis dan walfare capitalisme.
Kapitalisme
Sebagaimana
telah kita lihat dari sejarah dan berkembangnya kapitalisme yaitu sistem
ekonomi yang didasarkan pada pemilikan pribadi atas sarana produksi dan
distribusiuntuk kepentingan pencarian laba pribadi ke arah pemupukan modal
melalui persaingan bebas merupakan gejala yang menjadi pokok perhatian para
perintis sosiologi. Apa yang merupakan prinsip dasar ideologi kapitalisme?
Light, keller dan calhoun mengemukakan bahwa menurut pandangan adam smith
prinsip dasar suatu masyarakat kapitalisme terdiri atas milik pribadi, motif
mencari laba dan persaingan bebas. Light, keller dan calhoun selanjutnya
mengemukakan bahwa sistem kapitalisme modern menganut pula asumsi lain yaitu
pemupukan modal, penciptaan kekayaan dn ekspansionisme. Giddens membedakan
antara tiga macam kapitalisme: kapitalisme keluarga, managerial capitalisme dan
institutional capitalisme.
Sosialisme
Ideologi sosialisme ddapat dibagi ndalam sosiaalisme
non-Marxis dan sosialisme Marxis. Ideologi sosialisme telah ada jauh sebelum
zamanya Marx. Ketidakpuasan dengan terjadinya penderitaan, ketimpangan ekonomi
dan ketidakadilan sebagai akibat berkembanganya industrilisasi dan kapitalisme
telah melahirkan gerakan sosial di berbagai negara eropa abad 19 yang bertujuan
merombak masyarakat ke arah persamaan hak dan pembatasan terhadap hak milik
pribadi.
Perusahaan
Sebagaimana telah disebutkan diatas sosiologi
mempelajari institusi dibidang ekonomi yaitu melaksanakan produksi dan
distribusi barang dan jasa dalam masyarakat. Dalammasyarakat kita menjumpai
berbagai bentuk organisasi yang terlibat dalam proses produksi dan distribusi
barnga dan jasa.
Light, keller dan calhoun mengemukan bahwa dibidang
perindsutrian dikenal adanya oligopoli yaitu industri yang didominasi beberapa
perusahaan raksasa. Sebagaimana disebutkan diatas perusahaan besar dapat
berkembang menjadi perusahaan multinasional yang mempunyai udah dan cabang di
berbagai negara. Menurut Light, keller
dan calhoun perusahaan semacam ini pun sering dikritik karena sangat berkuasa
dan kaya dan mampu menghindari kekuasaan negara dengan jalan memindahkan
asetnya keluar negri.
Institusi
Politik
Kornblum mendifinisikan institusi politik sebagai
perangkat aturan dan status yang mengkhususkan diri pada pelaksaan kekuasaan
dan wewenang. Contoh dari institusi uatama dibidang politik yang diajukannya
ialah eksekutif, legislatif, judikatif, militer, keamanan nasional dan partai
politik.
Tipe Dominasi
Kornblum mengemukan bahwa politik memntukan siapa
memperoleh apa, bilamana dan bagaimana dan bahwa dasar politik ialah persaingan
untuk memiliki kekuasaan. Menurut weber kekuasaan ialah kemungkinan untuk
memaksakan kehendak terhadap perilaku orang lain tersebut dapat dilaksanakan
dalam berbagai bidang kehidupan.
Menurut weber kekuasaan perlu dibedakan dengan
dominasi. Kekhasan dominasi ialah bahwa paa dominasi pihak yang berkuas
mempunyai wewenang sah untuk berkuasa berdasarkan aturan yang berlaku sehingga
pihak yang dikuasi wajib menaati kehendak penguasa.
Weber membedakan antara tiga jenis dominasi:
dominasi kharismatik, tradisional dan legal-rasional. Pada dominasi kharismatik
keabsahan didasrkan pada kepercayaan bahwa sang pemimpin mempunyai kemampuan
luar biasa. Dalam dominasi ini yang
menjadi dasar keabsahan pemimpin ialah kharisma. Salah satu tipe dominasi yang
kemudian dapat berkembang ialah diminasi tradisional yang didalmnyaa penguasa
melanjutkan tradisi yang telah ditegaskan oleh pemimpin kharismatik sebelumnya.
Dalam tipe ini keabsahan kepemimpinan didasarkan pada tradisi. Tipe dominasi
ketiga ialah dominasi Legal-rasional. Dalam tipe dominasi ini kekuasaan
pemimpin didasarkan pada aturan hukum yang dibuat dengan sengaja atas dasar
pertimbangan rasional. Dalam tipe ini keabsahan pemimpin didasarkan pada hukum,
pemimpin ditunjuk atau dipilih atas dasar hukum pula.
Proses Politik
Sosioloi politik mempelajari proses politik. Kita
telah lihat bahwa politik ialah persaingan untuk memperoleh kekuasaan ini dapat
dengan mudah mengarah ke konflik yang dapat mengancam keutuhan masyarakat. Oleh
sebab itu suatu masalah yang menjadi pokok perhatian Lipset ialah faktor yang
menyebabkan terjadinya konflik daan kosensus.
BAB 7
STARTIFIKASI SOSIAL
Konsep
Stratifikasi
Pembedaan anggota msyarakat berdasarjan status yang
dimilikinya dalam sosiologi dinamakan stratifikasi sosial. Berdasarkan status
yang diperoleh dengan sendirinya. Kita menjumpai adanya berbagai macam
stratifikasi. Anggota masyarakat dibeda-bedakan pula berdasarkan status yang
diraihnya sehingga menghasilkan berbagai jenis stratifikasi lain. Suatu bentuk
dari stratifikasi berdasarkan perolehan ialah stratifikasi usia. Dalam sistem
ini anggota masyarakat yang berusia lebih muda mempunyai hak dan kewajiban
berbeda dengan angggota masyarakat yang lebih tua. Asas senioritas yang
dijumpai dalam stratifikasi berdasarkan usia ini dijumpai pula padabidang
pekerjaan.
Masih pentingnya asas senioritas dijumpai pula dlam
sistem kenaikan pangkat dosen. Stratifiksi jenis kelamain pun didasarkan pada
faktor perolehan, sejak lahir laki-laki dan perempuan memperoleh hak dan
kewajiban yang berbeda dan perbedaan tersebut sering mengarah ke suatu herarki.
Ada pula stratifikasi yang didasarkan atas hubungan kekerabatan. Perbedaan hak
dan kewajiban antara pihak anak, ayah, ibu, paman, kakek dan sebagainya sering
mengarah ke suatu herarki.
Ada pula sistem stratifikasi yang didasarkan atas
keanggotaan dalam kelompok tertentu seperti stratifikasi keagamaan,
stratifikasi etnis, stratifikasi ras. Stratifikasi pendidikan, haka dan kewajiban
warga masyarakat sering dibeda-bedakan atas dasar tingkat pendidikan formal
yang berhasil mereka raih. Stratifikasi lain yang kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari ialah stratifikasi pekerjaan. Stratifikasi ekonomi yaitu pmbedaan
warga masyarakat berdasarkan penguasaan dan pemilikan materi pun merupakan
suatu kenyataan sehari-hari.
Konsep
Stratifikasi Tertutup Dan Terbuka
Apa ciri yang membedakan sistem stratifikasi
berdasarkan perolehan dengan stratifikasi berdasarkan raihan? J.Milton Yinger
memcoba merumuskan empat kriteria untuk membedakan sistem kelas, sistem kasta,
dan sistem mayoritass-minoritas. Berdasarkan kriteria Yinger ini suatu sistem
kasta ditandai oleh keanggotaan melalui kelahiran, endogami, kecendrungan
dukungan institusi bagi perlakuan berbeda dan kecendrungan penerimaan status
oleh kelompok yang lebih rendah.
Sistem mayoritas dan minoritas oun masih ditandai
kecendrungan untuk menerima keanggotaan melalui kelahiran dan endogami,
dukungan institusi bagia perlakuan berbeda dan kecendrungan penerimaan status
oleh kelompok yang lebih rendah namun kecendrungan tersebut lebih lemah dari
pada kecendrungan pada sistem kasta. Pada sistem kelas kecendrungan untuk
menerima anggota melalui kelahiran dan pola hubungan endogami masih banyak
dijumpai tetapi dalam frekuensi lebih kecil daripad kecendrungan pada sistem
kasta dan sistem mayoritas dan minoritas dan institusi dalaam masyarakat mulai
cendrung menentang perlakuan berbeda sedangkan sebagian besar anggota kelompok
yang lebih rendah pun tidak menerima status lebih yang mereka duduki.
Dalam sosiologi kita mengenal pembedaan antara
stratifikasi tertutup dan stratifikasi terbuka. Keterbukaan suatu sistem
stratifikasi diukur dari mudah-tidaknya dan sering tidaknya seseorang yang
mempunyai status tertentu memperoleh status dalam strata yang lebih tinggi.
Menurut Yinger suatu sistem dinamakan tertutup samasekali manakala setiap
anggota masyarakat tetap berada pada status yang sama dengan orang tuanya dan
dinamakan terbuka sama sekali manakala setiap anggota masyarakat menduduki
status berbeda dengan status orang tuanya.
Mobilitas Sosial
Dalam sosiologi mobilitas sosial berarti perpindahan
status dalam stratifikasi sosial. Mobilitas sosial dapat mengacu pada individu
maupun kelompok. Suatu pokok bahasan yang banyak mendapaat perhatian ahli
sosiologi ialah masalah mobilitas intragenerasi dan mobilitas antargenerasi.
Mobilitas intragenerasi mengacu pada mobilitas sosial yang dialami seseorang
dalam masa hidupnya.mobilitas antargenerasi mengacu pada perbedaaan status yang
dicapai seseorang dengan status orang tuanya.
Jumlah Lapisan
Sosial Dalam Masyarakat
Berapakah jumlah lapisan sosial yang ada dalam suatu
sistem stratifikasi? Dikalngan para ahli sosiologi kita menjumpai
keanekaragaman dalam penentuan jumlah lapisan sosial. ada yang merasa cukup
dengan kalisifikasi dalam dua lapisan. sejumlah ilmuwan membedakan antara tiga
lapisan atau lebih.
Bernard berber memperkenalkan beberapa koncep yang
mempertajam konsep stratifikasi. Salah satu diantaranya ialah koncep rentang
yang mengacu pada perbedaan antara kelas teratas dengan kelas terbawah. Konsep
terkait lainya yang dialukan barberd ialah konsep bentuk yang mengacu pada
proporsi orang yang terletak dikelas sosial yang berlainan. Suartu startifikasi
dapat berbentuk segi tiga. Ini berarti bahwa semakin tinggi posisi dalaam
startifikasi semakin sedikit jumlah posisi yang tersedia.
Stratifikasi tidak selalu berbentuk segi tiga atau
piramida karena kita sering menjumpai situasi yang di dalamnya terdapat
sejumlah besar posisi rendah dan sejumlah kecil posisi tinggi. Dalam masyarakat
industri maju dapaat dijumpai stratifikasi yang berbentuk intan, posisi di
lapisan bawah dan atas berjumlah relatif sedikit bila dibandingkan dengan
posisi di lapisan menengah.
Dimensi
Stratifikasi
Diatas telah dibahas penggolongan anggto masyarakat
berdasarkan berbagai deimensi ada dimensi Usia, jenis kelamin, agama, kelompok
etnik, kelompok ras, pendidikan formal, pekerjaan, ekonomi. Dimensi apakah yang digunakan para tokoh sosiologi
klasik untuk mengkaji startifikasi sosial? Dengan demikian tidaklah mengherankan
mengapa difrensiasi sosial merupakan pokok bahasan yang sejak awal sosiologi
telah menarik perhatian para perintisnya.
Pandangan mengenai startifikasi yang sangat menonjol
dalam sosiologi ialah pandangan mengenai kelas yang di kemukakan oleh Karl Marx.
Menurut Marx kehancuran feudalisme serta lahir dan berkembangnya kapitalisme
dan industri modern telah mengakibatkan terpecahnya masyarakat menjadi dua
kelas yang saling bermusuhan. Pandangan Marx ini dikecam oleh banyak ilmuwan
sosial, kritik utama di tujukan pada digunakanya hanya satu dimensi yaitu
dimensi ekonomi untuik menetapkan stratifikasi sosial. Banyak ilmuwan
berpendapat bahwa disamping dimensi ekonomi juga dijumpai pula dimensi lain
untuk membedakan anggota masyarakat. Kritik lain bahwa dalam kenyataan
masyarakat industri mengenai lebih dari dua kelas
Max Weber termasuk dianatara ilmuwan ssosial yang
tidak sepakat dengan penggunaan dimensi ekonomi semata-mata untuk menentukan
stratifikasi sosial. Oleh akrena itu ia mengemukakan bahwa di samping stratifikasi
menurut dimensi ekonomi kita akan menjumpai pula stratifikasi menurut dimensi
lain. Menurut Weber kelas ditandaai oleh beberapa hal. Pertama kelas merupakan sejumlah orangb yang mempunyai persamaan
dalam hal peluang untuk hidup dan nasib, peluang untuk hidup tersebut
ditentukan oleh kepentingan ekonomi berupa penguasaan atas barang serta
kesempatan untuk memperoleh pemnghasilan dalam pasaran komoditas atau pasaran
kerja.
Dimensi lain yang menurut weber digunakan orang
untuk mebeda-bedakan anggota masyarakat ialah dimensi kehormatan. Menurut Weber
manusia dikelompokan dalam kelompok status yang menurutnya laksana komunitas
yang tak berbentuk. Kelompok status merupakan orang yang berbeda daalam situasi
status yang sama yaitu orang yang berpeluang hidup atau nnasibnya ditentukan
oleh ukuran kehormatan tertentu. Weber mengemukakan bahwa persamaan status
terutama dinyatakan melalui persamaan gaya hidup. Menurut Weber warga
masyarakat dapt dibedakan pula berdasarkan kekuasaan yang dipunya.
Suatu hal yang ditekankan Weber ialah adanya kemungkinan adanya hubungan
antara kedudukan menurut beberapa dimensi. Maksudnya seseorang yang mempunyai
kekuasaan politik mungkin saja menduduki posisi terhormat dalam hirarki status
dan bahkan menduduki posisi tinggi dalam hirarki kelas. Tetapi perbedaan
anatara ketiga macam hirarki pun tetap diperhatikan ddan adanya
ketidaksepadanan antara posisi ddalam dua atau tiga hirarki berlainan pun
merupakan kemungkinan yang dapat saja terjadi.
Kelas Sosial
Konsep
kelas merupakan suatu konsep suatu konsep yang sudah lama digunakan dalam ilmu
sosial. Makna yang diberikan paada konsep tersebut berbeda-beda meskipun konsep
tersebut menduduki posisi sangat penting dalam teori Marx namun ia pun tidak
pernah mendifinisikan secara tegas.
Bagaimana
para ilmuwan sosial masa kini mendefinisikan konsep kelas? Peter berger yang
menganggap sistem kelas sebagaai tipe stratifikasi terpenting dalam masyarakat
barat masa kini. Mendifinisikan a type of
stratification in which one’s general position in society is basically
determined by economic criteria. Jeffries pun mendasarkan pandanganya
mengenai kelas pada pandangan para tokoh klasik tersebut diatas. Ia mengatakan
bahwwa kelas sosial merupakan social and
economic groups constituted by a coalescence of economic, occupational and
educational bonds.
Secara
ideal sistem kelas merupakan suatu sistem stratifikasi terbuka karena status di
dalmnya dapat diraih melalui usaha pribadi. Dalam kenyataan sering terlihat
bahwa sistem kelas mempunyai ciri sistem tertutup seperti misalnya endogami
kelas.
Penjelasan Bagi
Adanya Stratifikasi
Moore dan Davis mengemukakan stratifikasi dibutuhkan
demi kelangsuangan hidup maasyarakat. Dalam masyarakat terdapat status yang
harus ditempati agar masyarakat dapat berlangsung. Sejumlah ahli sosiologi
lainmelihat bahwa stratifikasi timbul karena dalam masyarakat berkembang
permbagian kerja yang memungkinkan perbedaan kekayaan, kekuasan dan prestise.
Kekayaan, kekuasaan dan prestise tersebut berjumlah sangat terbats sehingga
sejumlah besar anggota masyarakat bersaing dan bahkan terlibat dalam konflik
untuk memilikinya.
Dampak Stratifikasi
Perbedaan gaya hidup ini tidak hanya dijumpai pada
herarki prestise tetapi juga pada herarki kekuasaan dan privilese. Dalam
pembedaan antarkelas ini para ahli sosiologi sering berbicara mengenai simbol
status yaitu simbol yang menandakan status seseorang dalam masyarakat. Berger misalnya menjelaskan
konsep simbolisme status sebagai berikut bahwa orang senantiasa memperlihatkan
kepadd orang lain apa yang telah diraihnya dengan memaki berbagai simbol kita
dapat menyimpulkan bahwa simbol status berfungsi untuk memberitahu status yang
diduduki seseorang. Dalam kehidupan sehari-hari kita senantiasa menjumpai
simbol status demikian salah diantaranya ialah cara menyapa.
Perbedaan status tidak hanya tercermin daricara
menyapa, berbahsa dan cara bergaya. Dalam interaksi antara orang yang statusnya
berbeda perbedaan status ini dapat dilihat pula dari pola komunikasi nonverbal
yang terjadi. Status seseorang tercermin pula dari tipe dan letak tempat
tinggalnya.
Dalam sosiologi masyarakat amerika simbol status
merupakan satu konsep yang telah lama dan digunakan. Dalaam masyarakat tersebut
perbaikan status dan pencapaiaan sukses melalui usaha dan prestasi merupakan
kegiatan yang tiddak hanya dibenarkan tetapi bahkan dianjurkan. Dorongan untuk
maju ini mengakibatkan suatu lomba meraih status yang dikenal dengan nama rat
race. Untuk menunjukan status yang telah dicapai itulah simbol status menduduki
tempat penting.
Makna
Stratifikasi Bagi Peluang Hidup dan Perilaku
Kedudukan dalam suatu kelas sosial tertentu
mempunyai arti penting bagi seseorang. Kita telah melihat bahwa Mmax Weber
mengaitkan kedudukan dalam suatu kelas dengan peluang untuk hidup. Dalam buku class, status and power Bendix dan
Lapset menyajikan sejumlah tulisan berbagai ilmuwan sosial yang memperlihatkan
adanya perbedaan dalam perilaku kelas. Antara laain disebutkan bahwa perbedaan
kelas sosial berkait dengan perbedqaan fertilitas, harapan hidup bayi pada
waktu laahir, kestabilan keluarga, kesehatan mental, perilaku seks, kehidupan
beragama, mode dan sikap politik.
Cara mempelajari
Stratifikasi Sosial
Bagaimana kita dpaat mengenal stratifikasi sosial?
Menurut Zanden dalam sosiologi digunakan tiga pendekatan berlainan untuk
mempelajari stratifikasi sosial.
Pendekatan pertama yaitu pendekatan objektif
demikian karena menggunakan ukuran objektif berupa variabel yang mudah diukur
secara statistik seperti pendidikan, pekerjaan atau penghasilan. Menurut Zanden
dalam pendekatan ini kelas dilihat sebagai suatu kategori statistik dengan
memakai pendekatan objektif ini seorang ilmuwan sosial dapat menciptakan
kategori statistik sendiri.
Pendekatan subjektif merupakan pendekatan yang
menurut Zanden melihat kelas sebagai suatu kategori sosial sehingga ditandai
oleh kesadaran jenis. Stratifikasi menurut pendekatan subjektif ini
disusun dengan meminta pada responden survei
untuk menilai status sendiri dengan jalan menempatkan diri pada suatu skala
kelas. Data yang terkumpul memberikan gambaran subjektif mengenai stratifikasi.
Dalam pendekatan ketiga pendekatan reputational para
subjek penelitian diminta melihat status orang lain dengan jalan menempatkan
orang lain tersebut pada suatu skala tertentu. Menurut Zanden disini kelas
dipandang sebagai suatu kelompok sosial yang ditandai oleh kesadaran kelompok
dan interaksi antar anggota. Dengan cara lain antara lain dapat disusun suatu skala prestise pekerjaan yang
memperlihatkan peringkat prestise suatu pekerjaan tertentu dalam suatu
komunitas.
Upaya Mayarakat
Untuk Mengurangi Ketidaksamaan
Sebagaimana telah kita lihat masyarakat mempunyai
sistem stratifikasi tertutup menunjang ketidaksamaan sosial sehingga tidak
menganjurkan mobilitas sosial. Masyarakat dengan sistem stratifikasi terbuka
dipihak lain menganut atas persamaan sosial dan membenarkan serta menganjurkan
mobilitas sosial. Dalam masyarakat demikian setiap orang mengharapkan perlakuan
dan kesempatan yang sama tanpa memandang perbedaan yang dibawa sejak lahir
seperti perbedaan jenis kelamin, usia, ras, bangsa dan agama.
Persamaan yang bagaimana yang dihendaki maasyarakat?
Mengani hal ini terdapat perbedaan pandangan berbeda ada masyarakat yang
berpandangan bahwa apa yang dapat diperoleh seorang anggota masyarakat
tergantung pada kemampuanya. Maasyarakat lain lebih menekankan asas yang
menyatakan bahwa pemerataan berarti pemerataan pendapat. Meskipun asas ini
sangat menonjol pad komunisme yang berpandangan bahwa seseorang diharapkan
menyumbangkan tenaganya pada masyarakat sesuai dengan kemampuanya tetapi akan
memperoleh imbalan sesuai dengan keperluanya namun asas bahwa pemberian imbalan
dalam masyarakat perlu didasarkan pada pemenuhan keperluan pokok anggota
masyarakat pun dianut oleh banyak masyarakat yang tiddak menganut komunisme.
Untuk mengurangi ketiddaksamaan dalam masyarakat
pemerintah berbagai negara menerapkan berbagai program. Dalm masyarakat kita
pun terdapat berbagai usaha untuk membantu angota masyarakat yang tidak mampu
memenuhi kerpluan pokok mereka. Beberapa masyarakat bahkan berusaha mengurangi
ketidaksamaan dalam masyarakat dengan jalan membatasi perbedaan antarindividu.
Usaha membatasi perbedaan anatr individu ini sering dilmulai sejak mas bayi.
Karena disadari bahwa keluarga merupakan sumber utama ketidaksamaan
sosial.
BAB 8
JENIS KELAMIN DAN GENDER
Dari temuanya dilapangan mengani tiddak aanya
hubungan antara kepribadian dengan jenis kelamin ini Mead menyimpul;kan bahwa
kepribadian laki-laki dan perempuan tidak tergantung pada faktor jenis kelamin
melainkan dibentuk oleh faktor kebudayaan. Perbedaan kepribadian
antarmasyarakat maupun antarindividu menurut Mead merupakan hasil proses
sosialisasi terutama pola asuhan dini yang dituntut oleh kebudayaan masyarakat
yang bersangkuta.
Jenis Kelamin
Konsep seks atau jenis kelamin mengacu pada
perbedaan biologis antara perempuan dan laki-laki pad perbedaan antara tubuh
laki-laki dan perempuan. Dengan demikian manakala kita berbicar mengenai
perbedaan kromosom pada jaanin. Pembahsan mengani bilologis yang umumnya
dijumpai antara kaum laki-laki dan kaum perempuan seperti perbedaan pada bentuk
, tinggi serta beraat badan, pad struktur organ reproduksi dan fungsinya, pad
suara, pada bulu dll.
Gender
Menurut
definis Giddens konsep gender menyangkut perbedaan psikologis sosial dan budaya
antara laki-laki dan pertempuan. Macionis mendefinisikan gender sebagai arti
penting yang diberikan masyarakaat pada kategori biologis laki-laki dan
perempuan. Sedangkan Lasswell mendefinisikan gender sebagai pada pengetahuan
dan kesadaran baik secara sadar ataupun tidak. Bahwa pada diri seseorang
tergolong dalam suatu jenis kelamin tertentu dan bukan jenis kelamin lain.
Kalau
Giddens menekankan pada perebedaan psikologis, sosial dan budaya antara
laki-laki dan perempuan maka ahli lain menenkankan pada perbedaan yang
dikonstruksikan secara sisual, perbedaan budaya, perilaku, kegiatan, sikap,
perbedaan perilaku, atau pada perbedaan pengetahuan dan kesadaran seseorang.
Gender dan
Sosialisasi
Sebagaimana
dikemukakan oleh kerstan gender tidak bersifat biologis melainkan
dikonstruksikan secara sosial. Gender tidak dibawa sejak lahir melainkan
dipelajari melalui sosialisasi. Oleh sebab itu menurutnya gender dapat berubah.
Keluarga Sebaga Agen Sosialisasi Gender
Sebagaimana
bentuk-bentuk sosialisasi yang lain maka sosialisasi gender pun berawal padda
keluarga. Keluargalah yang mula-mula mengajarkan seseorang anak laki-laki untuk
menganut sifat maskulin dan seorang anak perempuan menganut sifat feminim.
Melalui proses pembelajaran gender yaitu proses pembelajaran feminimitas dan
maskulinitas yang berlangsung sejak diri seseorang mempelajari proses gender
yang oleh masyarakat dianggaap sesuai dengan jenis kelamin.
Proses
sosialisasi ke dalam peran perempuan dan laki-laki sudah berawal semenjak
seorang bayi dilahirkan.slah satu mediaa yang digunakan orang tua untuk
memperkuat identitas gender ialah mainanyaitu menggunakan mainan yang berbeda
untuk tipe jenis kelamin.buku cerita kanak-kanak merupakan media lain untuk
melakukan sosialisasi gender selain menggarisbawahi peran gender buku-buku
demikian sering menonjolkan tokoh laki-laki yang penuh ambisius sedangkan perempuan
yang berstaatus sebagai gadis , istri ataupun ibu diberi peran sebagai tokoh
pembantu yang lebih pasif.
Kesaddaran
akanaadanya sosialisasi melalui pola asuh anak ialah menimbilkan keinginan
untuk menerapkan pola asuh uang tidak bersifat seksis namun ddalam praktiknya
terbukti bahwa ide semacm ini tidk mudah dilaksanakan.
Kelompok Bermain Sebagai Agen Sosialisasi Gender
Dibidang sosialisasi gender pun kelompok bermain
menjalankan peran cukup besar. Dijumpainyasegregasi menurut jenis kelamin anak
perempuan bermain dengan ank perempuan dan laki-laki bermain dengan nak
laki-laki merupakan suatu kebiasaan yang cendrung memperkuat identitas gender.
Pola segregasi menurut seks yang bermula daan bahkan sering dapat berlanjut
sampai jenjang pendidikan tinggi. Sebagai agen sosialisasi kelompok bermain pun
menerapkan kontrol sosial bagi anggota yang tidak menaatinya.
Sekolah Sebagai Agen sosialisasi Gender
Sebagaimana agen sosialisasi gender sekolah
menerapkan pembelajaran gender melalui media utamanya yaitu kurikulum formal.
Pembelajaran gender di sekolah pun berlangsung semalui buku teks yang di
gunakan. Bentuk pembelajaran lain berlangsung melalui apa yang oleh Moore daan
Sinclair dinamakan kurikulum terselubung, para guru sering memperlakukan siswi
secara berbeda dengan siswa. Perilaku dan sikap yang ditoleransi bila dilakukan
siswa misalnya ada yang tidak dapaat ditoleransi bila dilakukan oleh siswi.
Pemisahan
yang mengarah ke segregasi menurut jenis kelamin sering terjadi manakala siswa
mulai dijuruskan ke bidang ilmu tertentu. Siswi sering di kelompokan ke bidang
ilmu sosial dan humaniora sedangkan siswa sering dikelompokan ke bidang ilmu
pengetahuam alam.
Media Masa Sebagai Agen Sosialisasi Gender
Sebagaiman dengan buku cerita untuk kanak-kanak dan remaja
serta buku pelajaran di sekolah maka medi masa pun sangat berperan alam
sosialisasi gender baik melalui pemberitahuanya, kisah fiksi yang dimuatnya,
maupun melalui iklan yang dipasang di dalmnya. Media massa bai media cetak
maupun elektronik sering memuat iklan yang menunjang tereotip gender.
Gender dan
Stratifikasi
Macionis mendefinisikan stratifikasi gender sebagai
ketimpangan dalam pembagian kekayaan, kekuasaan dan privilese anatara laki-laki
dan perempuan. Menurut Macionis ketimpangan ini dijumpai di berbagai bidang,
didunia kerja, dalam pelaksanaan pekerjaan rumah tangga, dibidang pendidikan
dan bidang politik. Selain ituperempuan pun cendrung menjadi korban kekerasan
laki-laaki dari padda sebaliknya.
Gender dan Pendidikan
Dalam berbagai msyarakat maupun dalam kalangan
tertentu dalam masyarakat daapat kita jumpai nilai dan aturan agama ataupun
adat kebiasaan yang tidak mendukung dua bahkan melarang keikutsertaan anak
perempuan dalam pendidikan formal. Meskipun demikian hingga kini kesenjangan pendidikan
antara laki-laki masih tetap menandai dunia pendidikan dan pendidikan bagi
semua orang masih merupakan suatu hatrapan yang masih jauh dari kenyatan di
lapangan.
Gender dan Pekerjaan
Salah satu masalaah yang di hadapi kaum perempuan di
berbagai masyarakat ialah adanya diskriminasi terhadap perempuan di bidang
pekerjaan. Kasus ekstrim adalaah aturan yang melarang perempuan untuk bekerja
di ranah publik. Ada masyarakat yang menerapkan berbagai macam diskriminasi di
bidang pekerjaan seperti dalam hal rekrutmen, pelatihan, magang atau pemutusan
hubungan pekerjaan.
Suatu bentuk diskriminaasi yang sering di alami
pekerjaan perempuan ialah diskriminasi terhadap orang hamil. Diskriminasi
terhadap orang hamil tersebut dapat berbentuk penolakan untuk mempekerjakanya,
pemutudan hubungan kerja, keharusan cuti daan sanksi lain.
Semakin meningkatnya tingkat pendidikan penduduk di
seluruh dunia telah mengakibatkan berkurangnya kesenjangan antara kedudukan
laki-laki dan perempuan di bidang pekerjaan.namun bilamana jumlah perempuan
dalam penduduk dijadikan patokan untuk mengukur kesenjangan maka kesenjangan
yang di jumpai dalam angkatan kerja masih sangat lebar.
Gender dan Penghasilan
Kesejangan apa yang dijumpai pekerjaan perempuan
dalam bidang pengahsilan? Dalam banyak masyarakat seornag pekerja apapun
jeniskelaminya upa yang sama untuk pekerjaan sama. Namun di berbagai masyarakat
lain pekerjaan laki-laki memperoleh upah lebih tinggi dari pada upah pekerjaan
perempuan walupun pekerjaan yang di lakukan sama. Gejala semacm ini dinamakan
diskriminasi upah berdasarkan jenis kelamin.
Gender dan
Kekuasaan
Gender dan Politik
Hak perempuan untuk memilih dan dipilih. Kalau
selama beberapa dasawarsa kita telah menyaksikan keikutsertaan kaum perempuan
di negara kita dalam pemilihan umum tidak untuk memilih anggota DPR,DPRD
tingkat I dan II maupun dalam pemilihan umum memilih kepala desa maka kiata
tentu membayangkan bahwa di masa lalu kaum peremp[uan tidak mempunyai hak
pilih. Namun kita perlu ingat bahwa salah satu ketidaksamaan hak dalam politik
yang hingga kini masih di alami kaum perempuan dalam banyak masyarakat ialah
tidak di milikinya hak memilih dan dipilih.
Masa relatif terbatasnya jumlah posisi di dalm
publik yang berhasil diraih kaum perempuan seperti misalnya di bidang eksekutif
dan yudikatif di tingkat lokal regional maupun nasional serign di jadikan
indikasi mengenai besarnya kesenjangan antara peralihan status perempuan dan
laki-laki di bidang politik
Gender dan Keluarga
Dalam banyak rumah tangga kita menemkan ketimpangan
antara kekuasaa suami dan istri. Hal ini mengherankan karena berbagai
masyarakat masih banyak dianut pandangan lama bahwa tempat seorang perempuan
ialah di rumah dan di belakang dapur. Kajian terhadap pembagiuan kekuasaan
antara suami dan istri telah melahirkan konsep keluarga simetri dan nkeluarga
asimetris dari Willmoot dan Young dalam mana konsep pertama mengacu pda
kekuasaan seimbang dan konsep kedua pada kekuasaan tidak seimbang.
Para ahli telah menggunakan berbagi indikator untuk
mengukur pwmbGIn kerja dan kekuasaan
suami-istri dalam rumah tangga. Salah satucara ialah dengan merincikan
pekerjaan ruma tangga apa saja dilakukan oleh siapa. Konsep Pahl untuk mengacu
pada berbagai pola kekuasaan mengelolah keuangan rumah tangga ialah konsep wife
controlled polling, husband controlled pooling dan husband control.
Kekerasaan
Terhadap Perempuan
Dalam interaksinya dengan laki-laki kaum perempuan
sering mengalami berbagai bentuk kekerasan. Kekerasan tersebut dapat berbentuk
hubungan seks secara paksa, kekerasan fisik ataupun pelecehan secaraa lisan.
Ada yaang berbentuk perkosaan, kekerasan sewaktu kencan, kekerasan dalam ruamh
tangga, kekerasan terhadap mitra intim dan pelecehan seksual.
Perkosaan
Kejahatan berupa perkosaan seakan-akan menjaddi
bagian tetap kehidupan sehari-hari kita. Dalam media massa hampir tiap hari
kita menemui berita mengenai berbagai bentuk perkosaan yanbv di alami warga
masyarakat kita. Moore dan Sinclair menyajikan beberapa fakta daata mereka
perkosaan sering di lakukan terhadap perempuan berusia muda oleh orang yang
telah di kenal korban seperti tetangga, teman kencan, pacar atau kerabat. Fakta
lain ialah bahwa perkosaan sering terjadi di dalam rumah korban sendiri.
Dikemukaakan pula bahwa peristiwa perkosaan jarang di laporkan ke pihak
berwajib. Karena perkosaan jarang di laporkan atau didiagnosisi maka America MedicalAssociation menganggap
perkosaan sebagai epidemi kekerassan yang sunyi.
Mengapa perkosaan jarang di laporkan ke piha yang
berwajib? Menurut Giddens perkosaan sering tidak dilaporkan karena sang korban
ingin secepat mungkin melupakan kejadian yang telah mempermalukanya itu. Selain
itu sang korban mungkin pula tidak tahu mengdu karena tidak bersedia menjalani
pemeriksaan medik, pemeriksaan polisi dan pemeriksaan oleh hakim dn pengacara
di pengadilan yang menurut pandanganya akan semakin mempermalukanya.
Kekerasan Domestik
Dalam kehidupan sehari-hari banyak orang baik
perempuan maupun laki-laki megalami kekerasan di tangan orang yang dekat meeka.
Dalam literatur kekerasan jenis ini dinamakan kekerasan domestik. The Family Violence Prevention Fund and the
Trauma Fondation merumuskan kekerasan domestik sebagai tindakan ataupun
ancaman tindakan pelecehan fisik, seks, psikologis ataupun ekonomis oleh
seorang terhadap orang lain yang menjadi ataupun pernah menjadi mitr intimnya. Center For Disease Control pun mengamati
bahwa kekerasan sering terjdi waktu dua orang yang belum terikat hubungan
pernikahan sedang kencan sehingga menganggap perlu memperkenalkan konsep
kekerasan waktu kencan. Karen dalam ranah domestik maupun publik kekuasaan
perempuan cendrung lebih kecil dari pada laki-laki maka korban kekerasan
domestik kekerasan terhadap mitra intim maupun kekerasan waktu kencan cendrung
terdiri atas perempuan.
Pelecehan Seksual
Anda mungkin pernah menyaksikan bagaimana seorang
atau beberapa laki-laki menggoda seorang perempuan di tempat umum dengan
mengucapkan kata-kata tidak senonoh atau melakukan gerakan yang merupakan
simbol hubungan seks. Berbagai bentu perlakuan tidak menyenangkan terhadap
seseorang terutama kaum perempuan dinamakan pelecehan skes yang oleh Macionis
didefinisikan sebagai komentar, isyarat atau kontak fisik yang bersifat seks,
diulang-ulang dan tidak dikehendaki.
BAB 9
KELOMPOK SOSIAL
Kelompok
sosial merupakan suatu gejala yang sangat penting dalam kehidupan manusia
karena sebagian besar kegiatan manusia berlangsung di dalamnya. Kalau pada awal
hidup pergaulan anda cendrung terbatas pada interaksi dengan anggota keluarga,
maka dalam tahap berikut anda mulai menjadi anggota kelompok lain, kelompok
teman bermain. Setelah mencapai usia
sekolah anda menjadi anggota suatu prganisasi formal, sekolah dan mulai bergaul
dengan teman sekolah, karyawan sekolah dan guru dan dalam sekolah anda pun
menjadi berbagai anggota kelompok seperti OSIS, PMR, Pramuka dll. Setelah
meninggalkan bangku sekolah anda akan bergabung dalam berbagai kelompok lain
diberbagai bidang kehidupan, dibidang ekonomi, politik, keagamaan, kesenian.
Disamping berbagai pengelompokan yang telah disebutkan oleh berbagai instansi
andda juga akan digolongkan dalam berbagai kategori tertentu ke dalam jenis
kelamin, golongan darah, kelompok usia dan sebagainya. Dari hal tersebut bahwa
tanpa kita sadari sejak lahir hingga ajal kita sebenarnya menjadi anggota
berbagai jenis kelompok. Oleh karna itu tidaklah mengherankan mengapa para
tokoh sosiologi senantiasa mempunyai perhatian besar terhadap gejala
pengelompokan manusia.
Konsep
Kelompok
Klasifikasi Bierstedt
Bierstedt
mengemukakan tiga kriteria untuk membedakan jenis kelompok yaitu ada tidaknya
Organisasi, Hubungan sosial dianatara kelompok, kesadaran kenis. Berdasrkan
ketoga kriteria tersebut Bierstedt kemudian membedakan empat jenis kelompok:
kelompok statistik, kelompok kemasyarakatan, kelompok sosial, kelompok
asosiasi.Kelompok Asosiatif ini para
anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan menurut Bierstedt pada kelompok ini
dijumpai persamaan kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama. Kelompok kemasyarakatan merupakan kelompok yang
hanya memnuhi satu persyaratan yaitu kesadaran akan persamaan diantara mereka.
Didalam kelompok jenis ini belum ada kontak dan komunikasi diantara anggota dan
juga belum ada organisasi. Menurut Bierstedt kelompok ini dijumpai persamaan
kepentingan pribadi tetapi bukan kepentingan bersama. Kelompok Sosial merupakan kelompok yang
anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan berhubungan satu dengan yang lain
tetapi tidak terikat dalam ikatan organisasi. Kelompok Statistik merupakan kelompok yang tidak memenuhi ketiga kriteria
tersebut. Kelompok yang tidak merupakan organisasi, tidak adda hubungaan sosial
antara anggota, ada tidak adanya kesadaran jenis. Oleh Bierstedt dikemukakan
bahwa kelompok statistik ini hanya ada dalam arti analitis dan merupakan hasil
ciptaan para ilmuan sosial.
Klasifikasi
Merton
Robert K. Merton merupakan salah
satu seorang ahli sosiologi yang banyak menulis mengenai konsep kelompok.
Dalaam salah satu tulisan merton mendefinisikan konsep kelompok secara sosiologi
sebagai sekelompok orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola yang telah
mapan. Merton menyeburkan tiga kriteria objektif bagi suatu kelompok. Pertama kelompok ditandai oleh sering
terjadinya interaksi. Kedua pihak
yang berinteraksi mendefinisikan diri mereka sebagai anggota. Ketiga pihak yang berinterakssi
didefinisikan oleh orang lain sebagai anggota kelompok. Konsep lain yang
diajukan pula oleh Merton ialah konsep kategori sosial. Kategori sosial adalah
suatu himpunan peran yang mempunyai ciri sama seperti jenis kelamin atau usia.
Anatara para pendukung peran tersebut tidak dapat interaksi.
Klasifikasi
Kelompok
Durkheim:
solidaritas mekanik dan solodaritas organik
Salah
satu ahli sosiologi awal yang secara rinci membahas perbedaan dalam pengelompokan
ini ialah Emile Durkheim. Dalam bukunya the divinision labor in societyia
membedakan anatara kelompok yang didasarkan pada solidaritas mekanik dan
kelompok slodaritas yang didassarkan pada solidaritas organik. Solidaritas
mekanik merupakan ciri yang menandai masyarakat masih sederhana yang oleh
durkheim dinamakan segmental. Dalam masyarakat demikian kelompok manusia
tinggal secara tersebar dan hidup terpisah satu dengan yang lain.
Solidaritas
organik merupakan bentuksolidaritas yang mengikat masyarakat kompleks masyrakat
yang telah mengenal pembagian kerja yang rinci dan dipersatukan oleh
kesalingtergantungan antarbagian. Tiap anggota menjalankan peran berbeda dan
dianatara berbagai peran yang ada terdapat kesalingtergantungan laksana kesalingtergantungan
antara bagian suatu organisme biologis. Karna adanya kesalingtergantungan ini
maka ketidakhadiran pemegang peran tertentu akan mengakibatkan gangguan pada
kelangsungan hidup masyarakat. Pada masyarakat dengan solidaritas organik ini
ikatan utama yang mempersatukan maasyarakat bukan lagi kesadaran kolektif atau
hati nurani kolektif melainkan kesepakatan yang terjalin dianatara berbagai
kelompok profeksi.
Tonnies:
Gemeinschaft dan Gesellschaft
Ferdinand Tonnies dalam bukunya Gemeinschaft
and Gesellschaft ia mengadakan pembedaan anatara dua jenis kelompok yang
dinamakan Gemeinschaft dan Gesellschaft. Disini Gemeinschaft digambarkan
sebagai kehidupan bersama yang intim, pribadi dan eksekutif, suatu keterikatan
yang dibawa sejak lahir. Tonnies misalnya menggambarkan ikatan pernikahan
sebagai suatu Gemeinschaft of life. Ia pun berbicara mengenai suatu Gemeinschaft
dibidang rumah tangga, agama, bahasa, adat yang dipertentangkanya dengan Gesellschaft
dibidang ilmu atau perdagangan.
Menurut Tonnies Gesellschaft
merupakan suatu nama dan gejalan baru. Gesellschaft dilukiskan sebagai
kehidupan publik, sebagai orang yang kebetulan hadir bersama tetapi
masing-masing tetap mandiri. Tonnies mengemukakan bahwa Gemeinschaft ditandai
oleh kehidupan organik sedangkan Gesellschaft ditandai oleh struktur mekanik.
Cooley:
Primary Group
Pada tahun 1909 Charles Horton
Cooley memperkenalkan konsep Primery Group yang didefinisikan sebagai kelompok
yang ditandai oleh pergaulan dan kerjasama tatap muka yang itim. Menurutnya
ruang lingkup terpenting dari kelompok primer ini adalahkeluarga, temanm pada
anak kecil dan rukun warga serta komunitas pada orang dewasa. Menurut Coser dan
Rosenberg kelompok primery merupakan agen sosialisasi yang menjalankan peran
penting dalam pengalihan kebudayaan.meskipun Coser dan Rosenberg mengakui bahwa
tidak semua kebudayaan dialihkan melalui kelompok primer namun mereka
mengemukakan bahwa kelompok primer penting bagi pengalihan kebudayaan khusus.
Faris melihat bahwa konsep kelompok primer yang di perkenalkan Cooley yang
mengandung unsur tatap muka, pengutamaan pengalaman serta perasaan kebersamaan
yang terwujud dalam ungkapan “kita” mengandung berbagai persoalan.
Summer:
In Group dan Out Group
W.G. Summer mengemukakan bahwa
“masyarakat primitif” yang merupakan kelompok kecil yang tersebut disuatu
wilayah nmuncul diferensiasi antara kelompok kita atau kelompok dalam dengan
orang lain: kelompok orang lain atau kelompok luar. Menurut summer selanjutnya
perasaan yang berkembang pada masyarakat modern ialah patriotisme. Meskipun
dalam masyrakat modern batas kelompok telah diperluas dan keanggotaan yang
dijadikan acuan ialah kewarganegaraan namun dalam patriotisme kesetiaan pada
kelompok dan pemimpin kelompok serta perasaan etnosentrisme tetap
dipertahankan. Setiap warga di harapkan berkorban untuk negaranya. Dalam
pandangan summer patriotisem ini bahkan dapat berkembang menjadi chauvinisme.
Merton:
Membership Group dan Refrence Group
Merton
memusatkan perhatian pada kenyataan bahwa keanggotaan dalam suatu kelompok
tidak berarti bahwa seorang akan menjadikan kelompoknya menjadi acuan bagi cara
bersikap, melihat maupun bertindak. Kadang-kadang perilaku seseorang tidak
mengacu pada kelompok yang di dalmnya ia menjadi angggota, melainkan pada
kelompok lain. Merton menekankan bahwa dalam berprilaku dan bersikap seseorang
dapat menunjukan konformitas pada kelompok luar. Pada aturan dan nilai kelompok
lain. Merton pun membahas perubahan kelompok acuan manakala keanggotaan
kelompok seseorang berubah. Menurut merton gejala in i menarik karena kedua
peristiwa tersebut tidak berlangsung pada saat yang bersamaan: perubahan
kelompok acuan sering mendahului oerubahan keanggotaan kelompok.
Parsons:
Variabel Pola
Talcott Parsons memperkenalkan perangkat variaebl
pola yang oleh banyak ahli sosiologi sering dianggap sebagai salah satu
sumbangan teoritis yang terpenting. Menurut Parsons variabel pola merupakan
seperangkat dilema universal yang dihadapi dan harus dipecahkan seorang pelaku
dalam setiap situasi sosial. Variabel pola ini memungkinkan dilakukanya
perbandingan antara bermacam-macam kelompok, termasuk di dalmnya yang berada
dalam kebuidayaan lain.
Parsons mengidentifikasi lima perangkat Affectivity-Affectivity Neutrality, Speecificity diffuseness,
universalism patriculasris, Quality
Performance, Self orientation, Collectivity orientation. Dikotomi
yang pertama Affectivity-Affectivity Neutrality
mengacu pada dilema antara ada tidaknya perasaan kasih sayang ataupun kebencian
dalam suatu interaksi. Kedua Speecificity
diffuseness mengacu pada dilema antara kekhususan dan kekaburan. Ketiga universalism patriculasris mengacu pada
dilema anatara dipakai tidaknya ukuran universal. Kempat Quality Performance mengacu pada situasi yang di dalmnya orang harus
memutuskan apakah yang penting faktor yang di bawa sejak lahir ataukah suatu
perangkat prestasi tertentu. Kelima Self orientation dan Collectivity orientation menitikberatkan
pda orientasi pelaku dalam suatu hubungan.
Geetrz: Priyayi,
Santri dan Abangan
Suatu klasifikasi yang digali dari masyarakat jawa
ialah antara kaum abngan, santri dan priyayi. Menurut Geetrz pembagian
maasyarakat diteliti ke dalam tiga tipe budaya ini didasarkan atas perbedaan
pandangan hidup dianatara mereka. Substansi abangan yang menurut Gettrz di
warnai berbagai upacara selamatan, praktik pengobatan tradisional serta
kepercayaan pada makhluk halus dan kekuatan ghaib itu terkait pada kehidupan di
pedesaan. Substansi santri yang ditandai oleh ketaatan pada ajaran islam serta
keterlibatan dalam berbagai organisasi sosial dan politik yang bernafaskan
islam di jumpai di kalngan pengusaha yang banyak bergerak di pasar maupun di
desa selaku pelaku agama. Sunstansi priyayi di tandai pengaruh mistik hindu
budha prakolonial maupun pengaruh kebudayaan barata dan birokasi pemerintahan,
dengan demikian Gettrz melihat adanya keterkaitan erat antara ketiga substansi
ini dengan desa, pasar dab birokaso pemerintah.
Organisasi
Formal
Dengan semakin meningkatnya pembagian kerja dalam
masyarakat dengan semakin meningkatnya Gesellchaftdalam
masyarakat maka organisasi formal menjadi suatu
bentuk kelompok yang semakin penting dalam maasyarakat. Salah seorang
tokoh sosiologi yang mencurahkan banyak perhatian pada organisasi formal ialah
Mx Weber.
Weber memusatkan perhatian organisasi formal dalam
masyarakat moder. Menurutnya dalam masyarakat modern kita menjumpai suatu
hubungan kekuasaan rasional legal, suatu sistem jabatan modern yang dijumpai
baik dibidang pemerintahan maupun dibidang swasta. Menurut Geetrz Reinhard
Bendix organisasi birokasi di seburt Weber mengandung sejumlah prinsip yaitu
1. Urusan kedinasan dilaksanakan secara bersinambung
2. urusan kedinasan di dasarkan pada aturan dalam
suatu badan administratif
3. tanggung jawab dan wewenang tiap pejabat
merupakan bagian dari suatu herarki wewenang
4. pejabat dan pegawai administratif tidak memiliki
sarana dan prasarana yangh diperlukan untuk pelaksanaan tugas
5. para pemangku jabatan tidak dapat
memperjualbelikan jabatan laksana milik pribadi
6. urusan kedinasan di laksanakan dengan menggunakan
dokumen tertulis.
Perlu di catat bahwa prinsip yang disebut Weber ini
hanya di jumpai pada birokasi yang oleh Weber disebut tipe iadeal yang tidak
akan kita jumpai dalam masyarakat.
Kelompok Formal
dan Kelompok Informal
Suatu gejala yang menarik perhatian banyak ilmuwan
sosial ialah adanya keterkaitan anatara kelompok formal dan Informal. Segera
setalah seorang menjadi anggota organisasi formal seperti sekolah, universitas,
perusahaan atau kantor ia sering mulai menjalinhubungan persahabatan dengan
anggota lain dalam organisasi formal tersebut sehingga dalam organisasi formal
akan terbentuk berbagai kelompok informal seperti kelompok teman sebaya,
kelompok yang tempat tinggalnya berdekatan, kelompok yang bertugas dalam suatu
bagian kantor yang sama, kelompok yang bertugas dalam suatu bagian sekolah
seangkatan dan sebagian.
Suatu gejala yang telah diamati para ilmuwan sosial
ialah bahwa dalam organisasi formal sering terbentuk kelompok informal yang
nilai dan normanya dapat bertentangan dengan nilai dan aturan yang berlaku
dalam organisasi formal. Hubungan antara organisasi dormal dan informal dapat
kita jumpai dalam bidang pekerjaan.
BAB 10
HUBUNGAN ANTARKELOMPOK
Konsep kelompok
dan hubungan kelompok
Dalam
pembahasan kita mengenai kelompok kita telah melihat tipologi kelompok menurut
Robert Bierstedt yaitu pembagian dalam empat tipe kelompok yaitu Statistical Group, Societal Group,Social
Group dan Assiciational Group.
Dalam pembahasan kita menganai hubungan antarkelompok yang dimaksud kelompok
mencakup keempat btipe kelompok yang disebutkan oleh Bierstedt tersebut. Dengan
demikian kita menggunakan konsep kelompok dalam arti luas.
Klasifikasi
Kelompok Yang Terlibat Dalam Hubungan Antarkelompok
Dalam
bahasan berikut ini kata kelompok dalam konsep hubungan antarakelompok mencakup
semua kelompok yang di klasifikasikan oleh Kinloch. Kriteria pertama yang di
sebut Kinloch terdiri atas ciri Fisiologis atas dasar ini di jumpai
pengelompokan di dasarkan pada persamaan jenis kelamin, usia, ras. Kriteria
Kedua ialah kebudayaan menurut Kinloch kategori ini mencakup kelompokmyang
diikat oleh persamaan kebudayaan.
Kriteri ketiga ialah kriteria ekonomi atas dasar kriteria ini Kinloch
membedakan anatara mereka yang tidak mempunyai kekuasaan ekonomi dan mereka
yang mempunyainya. Kriteria terakhir ialah perilaku. Atas dasar ini di jumpai
pengelompokan berdasarkan cacad fisik berdasarkan cacad mental dan penyimpangan
terhadap aturan masyarakat.
Dimensi Hubungan
Antarkelompok
Hubungan
anatarkelompok mempunyai berbagai dimensi. Dimensi utama yang dijabarkan ialah
dimensi sejarah, dimensi demografi, dimensi sikap, dimensi institusi, dimensi
gerakan sosial dan dimensi tipe utama hubungan antarkelompok. Kajian dari sudut
dimensi sejarah diarahkan pada masalah tumbuh dan berkembangnya hubungan
antarkelompok. Melalui dimensi dikap kita mengamati sikap anggota kelompok
terhadap anggota lain dan sebaliknya. Dimensi gerakan sosial merupakan suatu
dimensi lain dalam hubungan antarkelompok. Kajian dari sudut pandangn ini
memperhatikan berbagai gerakan sosial yang sering di lancarkan suatu kelompok
untuk membebaskan diri dari dominasi kelompok lain. Disamping dimensi yang
telah disebutkan Kunloch dalam hubungan antarkelompok maih ada dominasi lain
yang perlu kita perhatikan yaitu dimensi perilaku dan dimensi prilaku kolektif.
Yang termasuk dalam dimensi perilaku ialah perilaku suatu kelompok terhadap
anggota kelompok lain. Selain itu hubungan antarkelompok pun sering di warnai
dengan peristiwa perilaku kolektif seperti demonstrasi protes, hura-hura,
perusakan dan pembunuhan serta bentrok fisik.
Kelompok
Mayoritas dan Minoritas
Suatu bentuk hubungan yang disoroti dalam kajian
terhadap hubungan antarkelompok ialah hubungan masyoritas dan minoritas. Dari
definisi Kinloch kita dapat jumpoai beberapa unsur. Mayoritas didefinisikan
sebagai suatu kelompok kekausaan, kelompok tersebut menganggap dirinya normal,
sedangkan kelompok lain dianggap tidak normal serta lebih rendah karena dinilai
mempunyai ciri tertentu atas dasar anggapan tersebut kelompok lain itu
mengalami eksploitasi dan deskriminasi.
Dalam definisi Kinloch ini kelompok mayoritas
ditandai adanya kelebihan kekuasaan konsep mayoritas tidak dikaitkan dengan
jumlah anggota kelompok. Menurut Kinloch mayoritas dapat dajaa terdiri atas
sejumlah kecil orang yang berkuasa atas sejumlah besar orang lain. Mely G. Tan membedakan
antara golongan mayoritas dan minoritas atas dasar kelompok kecil masyarakat
kota dan kelompok besar masyarakat desar, anatara kelompok kecil kaum terdidik
dan masa tak terdidik, antara sejumlah kecil orang kecil dengan sejumlah besar
orang miskin, serta klasifikasi yang terkait dengan sifat majemuk masyarakat
indonesia.
Ras
Banton
mengemukakan bahwa kelompok ras dapat di definisikan secara fisik maupun secara
sosial. Namun menurutnya kedua definisi tersebut tidak pernah dapat identik
karena pendefinisian secara fisik selalu mengalami distrosi demi kepentingan
definisi sosial sehingga antara definisi fisik dan definisi sosial terjadi
kesenjangan.
Bagi
baton ras merupakan suatu tanda peran perbedaan fisik di jadikan dasar untuk
menetapkan peran yang berbeda. Dalam msyarakat ras majemuk yang menghubungkan
ras dengan harapan peran, kedudukan seorang dalam dimensi kekuasaan, prestise,
dan privilese tergantung pada ciri fisik yang dibawanya sejak lahir. Redfielf
pun melihat bahwa konsep ras merupakan suatu gejala sosial yang berlainan
dengan konsep ras sebagai suatu gejala biologis.
Kelompok Etnik
Kalau
konsep kelompok ras didasarkan pada persamaan ciri fisik makan kmonsep kelompok
etnik di dasarkan pada persamaan kebudayaan. Francis menklasifikasikan kelompok
etnik sebagai suatu bentuk Gemeinschaft yang
ditandai persamaan warisan kebuidayaan dan ikatan batin diantara
anggotanya. Menurut Francis kelompok
etnik merupakan sejenis komunitas yang menampilkan persamaan bahasa, adat
kebiasaan, wilayah, sejarah, sikap dan
sistem politik.
Apa beda konsep suku bangsa dengan kelompok etnik?
Koentjaraningrat berpendapat bahwa kedua konsep bermakna sama namun mengusulkan
agar istilah kelompok etnik diganti dengan istilah golongan etnik atau suku
bangsa dengan alasan bahwa suku-suku bangsa bukan kelompok melainkan golongan.
Rasisme
Menurut
Kornblum rasisme didefinisikan sebagai suatu ideologi. Ideologi ini didasarkan
pada keyakinan bahwa ciri tertentu yang dibawa sejak lahir menandakan bahwa
pemilik cii tersebut lebih rendah sehingga mereka dapat didiskriminasi. Dalam
definisi Berger menjelaskan bahwa ciri yang di peroleh melalui kelahiran itu
dikaitkan dengan ada tidaknya ciri dan kemampuan sosial tertentu sehingga
perlakuan berbeda terhadap suatu kelompok ras tertentu di benarkan.
Seksisme
Para penganut ideologi ini misalnya percaya bahwa
dalam hal kecerdasan dan kekuatan fisik laki-laki melebihi perempuan atau
bahkan perempuan lebih emosional daripada laki-laki . atas dasar ideologi ini
dilakukan diskriminasi terhadap perempuan dalaam hal pendidikan dan pekerjaan.
Dalam
masyarakat kita masih menjumpai orang tua yang lebih mengutamakan pendidikan
formal bagi anak-anak laki-laki dari pada anak perempuan mereka dengan akhirnya
mereka akan menjadi ibu rumah tangga.
Ageism
Ideologi
yang dikaitkan dengan ciri yang dibawa sejak lahir ialah ideologi bahwa orang
pada usia tertentu layak didiskriminasian karena mereka kurang mampu apablia di
bandingkan dengan orang dalam kelompok usia lain. Dalam hal pendapatan misalnya
orang dibawah umur dan orang berusia lanjut cendrung menerima lebih sedikit
dari pada orang dewasa yang berada dalam usia kerja karena adanya ideologi
bahwa orang pada usia kerja lebih produktif dari pada anak-anak atau berusia
lanjut.
Dibidang kekuasaaan kita sering menjumpai bahwa orang
yang berada pada usia kerja pun cenderung mengambil keputusan-keputusan yang
menyangkut nasib anak di bawah umur serta orang berusia lanjut. Startifikasi
berdasarkan kesehatan mental melibatkan perbedaan kekuasaan, prestise,
privilese. Orang yang dinilaai cacat mental oleh masyarakat harus tunduk pada
kekuasaan orang yang dinilai bermental sehat. Di bidang prestise dan privilese
status mereka rendah pula karena mereka dinilai tidak mampu bertindak mandiri
sehingga dalam semua urusan harus di wakilkan orang.
Rasianlisme
Dikala
kita berbicara mengnai rasisme kita berbicara mengenai ideologi yang
membenarkan diskriminasi terhadap anggota kelompok ras lain apabila kita
berbicara tentang rasialisme di pihak lain kita tidak berbicara mengenai
ideologi melainkan mengenai praktik disrkiminasi terhadap kelompom ras lain. Praktik
berupa penolakan menjual atau menyewakan rumah atau kamar kepada anggota
kelompok ras atu etnik tertentu atau penolakan lamaran kerja atau lamaran masuk
sekolah yang diajukan oleh anggota kelompok ras atau etnik tertentu apabila
didasarkan pertimbangan rasisme merupakan praktik rasialis.
Hubungan
Antarakelompok: Dimensi Sejarah
Menurut Noel stratifikasi etnik mencakup pula
stratifikasi ras, agamadan kebangsaan hanya terjadi apabila tiga prasyarat
terpenuhi yaitu: etnosentrisme, persaingan dan perbedaan kekuasaan. Oleh Summer
etnosentrisme di definiskan sebagai suatu sudut pandang yang menempatkan
kelompok sendiri di atas segala-galanya dan menilai kelompok lain yang
menempatkan kelompok sendiri sebagai acuan. Etnosentrisme dan persaingan tanpa disertai
perbedaan kekuasaan menurut Noel hanya akan menghasilkan persaingan
berkepanjangan tanpa penyelesaiaan.
Startifikasi jenis kelamin merupakan suatu gejala
yang diusahakan untuk dijelaskan oleh berbagai ilmuwan sosial. Dalam kaitan ini
Ransford menyajikan beberapa pandangan anatara lain dari raandall Collins dan
Talcott Parsons. Collins berpandangan bahwa satu-satunya faktor yang mengawali
dan mendasari dominasi dan ekspoitasi laki-laki atas perempuan ialah kekuatan
fisik.
Parsons mengakitkan stratifikasi jenis kelamin
dengan industrialisasi. Menurutnya dalam masa praindustri belum ada pembagian
kerja yang jelas dan tegas anatara laki-laki dan perempuan. stratifikasi usia
merupakan suatu pokok bahasan yaang diulas secara rinci oleh Ransford. Menurut
Ransford kekhususan startifikasi usia terletak pada kenyataan bahwa status dalam
jenjang kekuasaan, prestise, privilese
berbentuk kurvilinear pada usia muda dan usia status seseorang rendah sedangkan
status tinggi dimiliki di kala seorang berusia dewasa. Pola
Hubungan Antar Kelompok
Atas
dasar perjalanan sejarah hubungan antarkelompok para ilmuwan sosial telah
mengidentifikasi berbagai kemungkinan pola hubungan. Baton misalnya
mengemukakan bahwa kontak anatar dua kelompok ras dapat diikuti proses
akulturasi, dominasi, paternalisme, pluralisme atau integrasi.
Akulturasi terjadi manakala kebudayaan kedua kelompok ras yang
bertemu mulai berbaur dan berpadu. Akulturasi sering terjadi antara kebudayaan
dua masyarakat yang posisimya relatif sama namun tidak menutup kemungkinan
terhadap bentuk akulturasi antara dua masyarakat yang posisinya tidak sama.
Menurut v.b Berghe dalam sejumlah kasus akulturasi disertai pulaa oleh proses
dekulturasi.
Dominasi terjadi bilamana suatu kelompok ras menguasai
kelompok lain. Dalaam kaitan dengan dominasi ini ada baiknya kita memperhatikan
empat macam kemungkinan proses yang menurut Kornblum dapat terjadi dalam suatu
hubungan antarkelompok yaitu pembunuhan secara sengaja dan sistematis terhadap
anggota suatu kelompok tertentu, pengusiran, perbudakan, segregasi dan
asimilasi.
Paternalisme
adalah suatu bentuk dominasi kelompok ras pendatang atas kelompok ras pribumi.
Baton mengemukakan bahwa pola ini muncul manakala kelompok pendatang yang
secara politik lebih kuat mendirikan koloni di daerah jajahan. Dalam pola ini
hubungan ini baton membedakan tiga macam masyarakat: masyarakat metropolitan,
masyarakat kolonial yang terdiri atas para pendatang serta sebagian dari
masyarakat pribumi dan masyarakat pribumu yang dijajah.
Integrasi
yang dimaksud Baton ialah suatu pola
hubungan yang mengakui adanya perbedaan ras dalam masyarakat tetapi tidak
memberikan makna penting pada perbedaan ras tersebut. Hak dan kewajiban yang
terkait dengan ras seseorang hanya terbatas pada bidang tertentu saja dan tidak
ada sangkut pautnya dengan bidang pekerjaan atau status yang diraih dengan
usaha.
Pluralisme merupakan suatu pola hubungan yang didalmnya
mengenai pengakuan persamaan hak politik dan hak perdata semua masyarakat namun
memberikan arti penting lebih besat pada kemajuan kelompok ras daripada dal
pola integrasi. Dalam pola ini soildaritas dalam masing-masing kelompok ras
lebih besar.
Stanley
Lieberson pun mencoba mengklasifikasikan pola hubungan antarkelompok.
Menurutnya kita dapat membedakan antara dua pola utama: pola dominasi kelompok
pendatang atas kelompok pribumi dan pola dominasi kelompok pribumi atas
kelompok pendatang. Menurut Lieberson perbedaan pola hubungan superordinasi-subordinasi
anatar migran penduduk asli menentukan pula hubungan antar kelompok.
Dalam bidang kontak dengan kelompok etnik lain
Lieberson melihat bahwa dalam rangka memanfaatkan kepentingan mereka kelompok
migran dominan kadang kala mengubah komposisi penduduk dengan jalan
mendatangkan migran dari masyarakat lain. Perbendaan lain yang melihat
Lieberson terletak di bidang konflik dan asimilasi.
Lieberson melihat bahwa dalam situasi dominasi
migran sering terjadi perang antara migran dan penduduk setempat, dan bahwa di
kalangan penduduk setempat sering berkembang tradisionalisme kuat. Dalam
situasi dominasi penduduk setempat di pihak lain kelompok migran cendrung
mengasimilasi diri dengan penduduk setempat.
Dimensi Sikap
Prasangka
Prasangka merupakan suatu istilah yang mempunyai
berbagai makna. Namun dalam kaitanya dengan hubungan antarkelompok istilah ini
mengaccu pada sikap bermusuhan yang ditujukan terhadap suatu kelompok tertentu
atas dasar dugaan kelompok tersebut mempunyai ciri yang tidak menyenangkan.
Sikap ini dinamakan prasangka sebab dugaan yang dianut orang yang berprasangka
tidak didasarkan pada pengetahuan, pengalaman ataupun buku yang cukup memadai.
Menurut banton dalm hal tertentu istilah prasangka
mempunyai makna hampir serupa dengan istilah antaginisme dan antipati. Beda utamanya
ialah bahwa antagonisme atau antipati dengan dikurangi atai diberantas melalui
pendidikan sedangkan sikap bermusuhan pada orang yang berprasangka bersifat
tidk rasional dan berada dibawah sadar sehingga sukar diubah meskipun orang
yang berprasangka tersebut diberi penyuluhan, pendidikan dan bukti yang
menyangkal kebenaran prasangka yang dianut.
Stereotip
Stereotip merupakan suatu konsep yang erat kaitanya
dengan konsep prasangka: orang yang menganut
Stereotip mengenal kelompok lain cendrung berprasangka terhadap kelompok
tersebut. Menurut Kornblum Stereotip merupakan citra yang kaku mengenai suatu
kelompok ras atau budaya yang dianut tanpa memperhatikan kebenaran citra
tersebut.
Menurut Banton Stereotip mengacu pada kecendrungan
bahwa sesuatu yang dipercayai orang yang bersifat terlalu menyederhanakan dan Tidak peka terhadap fakata objektif.
Suatu klasifikasi menarik dikemukakan oleh Pettigrew menurutnya perlu
memperhatikan dua macam Stereotip negatif yang saling bertentangan yang
diajukan oleh Janowitz dan Bettelheim: Stereotip superego dan Stereotip id.
Stereotip
superego melihat bahwa suatu kelompok mempunyai sifat pribadi tertentu seperti
sifat berambisi, rajin, penuh usaha, cerdas, curang, tidak jujur. Stereotip id
di pihak lain melihat bahwa suatu kelompok yang cendrung berada pada lapisan
bawah masyarakat bersifat malas, tanpa tanggung jawab, tidak berambisi, bodoh,
malas, tidak dapat menahan diri.
Dimensi
Institusi
Menurut
Kinloch kajian mengenai dimensi Institusi meliputi institusi dalam mmasyarakat
institusi sosial, politik, ekonomi yang mengatur hubungan
antarkelompok.kebijaksanaan lain yang pernah di terapkan di daerah selatan
ialah pemisahan warna kulit secara fisik. Kebijaksanaan segregasi yang dikenal dengan
nama Jim Crow. Praktik ketiga yang
menurut v.d. Berger di suatu masa pernah diterapkan didaerah selatan amerika
serikat ialah kebiasaan di luar jalur hukum untuk menyebarkan rasa takut dalam
mbentuk teroro terhadap orang kulit hitam, antara lain berupa intimidasi,
penganiayaan dan praktik pembunuhan oleh massa yang dikenal istilah Lynching.
Di
indonesia pun dikenal berbagai kebijaksanaan yang mengatur hubungan
antarkelompok. Setelah kemerdekaan kita mengenal berbagai peraturan yang
mengatur hubungan antarkelompok khususnya antara kelompok pribumi dan kelompok
tionghoa. Leo Suryadinata menjabarkan berbagai kebijaksanaan pemerintah di
bidang kebudayaan, politik dan ekonomi. Di bidang kebudayaan di terapkan
pengaturan sekolah tionghoa, pembatasan penggunaan bahasa dan huruf tionghoa
dan terhadap agama dan adat istiadat tionghoa.
Dibidang
ekonomi pernah diterapkan kebijaksanaan seperti sistem benteng, gerakan assaat
dan peraturan pemerintah No.10/1958. Dibidang politik di kenal berbagai
kebijaksanaan politik luar negri terhadap RRT dan Taiwan yang membawa dampak
terhadap orang tionghoa di indonesia.
Diskriminasi
institusi dijumpai pula terhadap anggota kelompok tertentu seperti kaum
perempuan, kaum penyandang cacat fisik atau mental, kaum muda, kaum tua dan
kaum “penyimpang” sepeti para nara pidana, tunawisma, mpekerja seks, waria dan
homoseks.
Dimensi Gerakan
Sosial
Hubungan
antarkelompok baik yang berbentuk hubungan antaras, antaretnik, antaragamaa,
antargenerasi, antarjenis kelamin, antar penyandang cacat mental dan fisik
dengan mereka yang sehat jasmani dan rohani ataupun antara para konformis
dengan para penyimpang sering melibatkan gerakan sosial baik yang di prakarsai
oleh pihak yang menginginkan perubahan maupun oleh mereka yang ingin
mempertahankan keadaan yang ada. Dipihak lain kita sering pula menjumpai
gerakan yang bertujuan mempertahankan tatanan yang ada.
Dimensi Perilaku
dan Perilaku Kolektif
Dimensi Perilaku
Diskriminasi dalaam kehidupan sehari-hari hubungan
antarkelompok terwujud dalam interaksi dengan anggota kelompok lain. Salah satu
bentuk perilaku yang banyak di tampilkan dalam hubungan antarkelompok ialah
diskriminasi, suatu konsep yang oleh banton di definisikan sebagai The differential treatment of persons
ascribed to particular categories
Ransford membedakan antara diskriminasi individu dan
diksriminasi institusi. Berbeda dengan diskriminasi individu yang menurut
Ransford merupakan tindakan seorang pelaku yang berprasangka maka diskriminasi
institusi merupakan diskriminasi yang tidak ada sangkut pautnya dengan
prasangka individu melainkan merupakan dampak kebijaksanaan atau praktik
tertentu berbagai institusi dalam masyarakat.
Prasangka pun tidak selalu dikut diskriminasi. Jarak
sosial menurut banton di definisikan sebagai perlakuan berbeda terhadap orang
yang termasuk dalam kategori tertetnu, mewujudkan jarak sosial. Pernikahan
tidak hanya memungkinkan hubungan prinadi yang intim antara kedua mempelai tetapi
juga hubungan sosial erat anatara keluarga kedua belah pihak sehingga
dimungkinkan seorang anggota suatu kelompoik menikah dengan anggota kelompok
lain dapat digunakan sebagai petunjuk kuat mengenai ketiadaan jarak sosial
antara mkedua kelompok yang bersangkutan. Perilaku mengelompok dan menghindari
kelompok lain ini menghasilakan kawasan pemukiman yang tersegregasi.
Demensi Perilaku Kolektif
Hubungan antar kelompok sering berwujud perilaku
kolektif. Banyak diantara perilaku kolektif terbatas pada gerakan protes dan
demonstran belaka. Namun tidak jarang pula suatu gerakan anatarkelompok
berkembang menjadi huru-hara yang dapat mengakibatkan pengrusakan harta benda
atau bahkan mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Dengan sendirinya perilaku
kolektif tidak hanya dijumpai dalam hubungan antarras tetapi juga dalam
hubungan antarkelompok lainnya.
BAB 11
STUDI PENDUDUK
Menurut Smelser dan Davis pertumbuhan demografi di
awali pada abad 17 dan 18 dan pada waktu itu masih diberi nama political arithmetic. Pertumbuhan
demografi sangat ditunjang oleh perkembangan sistem pencatatan dan sensus.
Biasanya para ahli membedakan antara demografi formal dan demografi sosial.
Demografi formal melibatkan pengumpulan, analisis dan penyajian data mengenai
penduduk. Perhatian para ahli sosiologi lebih cendrung terpusat pada bagian
demografi yang dinamakan demografi sosial yang mempelajari kesalingterkaitan
antara variabel. Variabel sosiologi dengan variabel demografi. Mereka menyadari
bahwa pokok perhatian sosiologi masyarakat, institusi sosial, interaksi sosial
sangat erat dengan masalah demogrfi.
Melalui dempgrafi sosial para ahli sosiologi dapat
mempelajari misalnya dampak masalah kependudukan pada struktur sosial seperti
misalnyapengaruh kepadatan penduduk pada bentuk interaksi sosial. Sebaliknya
mereka pun dapat mempelajari dampak faktor sosial pada faktor demografi seperti
misalnya dampak faktor kepercayaan atau adaat terhadap tingkah kelahiran atau
kematian.
Perubahan
Penduduk
Jumlah penduduk cendrung meningkat tetapi dapat pula
stabil dan bahkan menurun. Masalah besar, komposisi, distribusi dan perubahan
penduduk ini dipelajari para ahli demografi dengan mempelajari tingkat
kelahiran, kematian dan migrasi.
Kelahiran
Para ahli demografi mempelajari angka kelahiran.
Salah satu indikatornya ialah angka kelahiran kasar. Laju kelahiran ini
dihitung dengan menghitung jumlah kelahiran hidup dalam suatu tahun pada 1.000
penduduk pada pertengan tahun. Angka fertilitas merupakan suatu indikator
mengenai jumlah rata-rata anak yang secara nyata dilahirkan oleh seorang wanita
ddan dinyatakan dengan jumlah kelahiran per 1.000 wanita usia subur sedangkan Fecundity mengacu pada potensi biologis
seorang wanita untuk melahirkan.
Kematian
Konsep
lain yang dipakaai untuk mengukur pertumbuhan penduduk ialah kematian kasar
yaitu jumlah kematian pada 1.000 penduduk dalam satu tahun pada pertengahan
tahun. Konsep yang berkaitan dengan laju kematian ialah kematian bayi yang
mengacu pada jumlah bayi yang dalam waktu tahun lahir hidup dan meninggal
seblum mencapai usia tahun. Suatu indikator untuk mengukur panjang usia
penduduk ialah konsep harapan hidup yang merupakan angka rata-rata lamanya
seorang diharapkan dapat hidup dan konsep rentangan hidup yang mengacu pada usia
maksimum yang dapat dicapai seseorang.
Migrasi
Faktor
dasar lain yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk ialah perpindahan penduduk
atau migrasi. Misalnya bahwa dengan semakin meningkatnya industrialisasi
biaasanya jumlah penduduk yang pindah dari daerah pedesaaan ke daerah perkotaan
pun meningkat.
Bertalian
denan beranekaragamnya bentuk migrasi tersebut maka biasanya diadakan pembedaan
antara berbagai jenis migrasi. Antara lain dibedakan antara migrasi intern, dan
migrasi international. Sebelum dunia dilandai krisis ekonomi dan moneter pada
tahun 1997 frekuensi migrasi international dari negara kita ke berbagai negara
asia cukup tinggi.
Para
ahli merinci ada dua jenis penyebab penduduk bermigraasi yaitu faktor pendorong
berupa keadaan politik, keamanan dan ekonomi yang dirasakan tidak memadai dan
faktor penarik yang menarik orang untuk bermigrasi ke negara lain pun dapat
terjadi atas berbagai faktor seperti sistem politik yang lebih menjamin
kebebbasn dan hak kewarganegaraan bagi tiap individu, situasi keamanan yang
lebih baik dan faktor ekonomi seperti perekonomian yang lebih berkembang yang
menawarkan yang menawarkan lebih banyak kesempatan belajar dan kesempatan kerja
seperti penghasilan yang lebih tinggi daripada di negara asal.
Komposisi
Penduduk
Komposisi Penduduk merupakan suatu konsep yang
mengacu pada susunan penduduk menurut kriteria tertentu. Keyfitz dan Nitisastro
misalnya menyebutkan bahwa penduduk dapat disusun menurut berbagai ukuran
seperti jenis kelamin, usia, pekerjaan, suku bangsa, kebangsaan, pendidikan,
tempat tinggal, dan penghasilan.
Data yang sering ndi gunakan menggambarkan komposisi
penduduk ialah usia dan jenis kelamin. Data mengenai struktur penduduk menurut
usia dan jenis kelamin tersebut di sajikan secara grafis dalam apa yang
dinamakan piramida penduduk. Para ahli demografi membedakan lima bentuk atau
model piramida penduduk. Piramida model pertama berdasarkan lebar serta
kemiringanya tidak curam. Piramida model kedua berdasarkan relatif lebih lebar
dan mempunyai kemiringan lebih curam. Model piramida ketiga tingkat kelahiran
maupun kematian yang rendah, usia median tinggi dan beban tanggung jawab rendah.
Model piramida keempat berbentuk lonceng. Model piramida kelima dijumpai pada
piramidapenduduk jepang dan menunjukan tingkat kelahiran dan kematian yang
sangat rendah.
Teori Malthus
Pada
tahun 1798 Thomas Robert Malthus seorang pendeta kristen yang hidup di inggris
menerbitkan suatu esai berjudul an Essy on the Principle Of Population. Inti
argumen Malthus ialah bahwa jumlah penduduk berkembang menurut deret ukur
sedangkan jumlah bahan makanan hanya dapat ditingkatkan menurut deret hitung
sehingga perkembangan penduduk yang tak terbendung akan terbentuk pada
keterbatasan penyelidikan bahan makanan.
Menurut
Malthus jumlah penduduk tidak dapat melewati daya dukung sumber daya alam
karena adanya berbagai mekanisme pencegah. Mekanisme pencegah yang disebut
”positive Checks” dan terdiri atas perang, kelaparan dan penyakit tingkat
kematian, sedangkan mekanisme yang dinamakan “Preventif Checks” berupa abortus
pembunuhan bayi dan pengendalian kelahirran akan membatasi tingkat kelahiran.
Teori Malthus ini telah dibantah berbagai pihak. Dimekumakan antara lain bahwa
Malthus tidak dapat meramalkan akan terjadinya revolusi industri dan revolusi
dalam teknologi pertanian yang memungkinkan peningkatan produksi bahan makanan
yang jauh melebihi peningkatan jumlah penduduk.
Teori Transisi
Demografi
Teori ini sebenarnya merupakaan pula bantahan
terhadap teori Malthus karena memperlihatkan bahwa tingkat kelahiran dan tingkat
kematian rendah dimungkinkan dan bahwa keadaan dimana jumlah penduduk tidak
berkembang merupakan hal yang dimungkinan.
Teori
trasnsisi demografi menjelaskan proses perubahan demografi penduduk dengan
angka kelahiran dan angka kematian tinggi ke angka kelahirn dan angka kematian
rendah. Menurut teori ini suatu masyarakat yang mengalami proses
industrialisasi akan melewati tiga tahap. Tahap pertama yaitu tahap
praindustri, tahap kedua tahap transisi, tahap ketiga tingkat kelahiran dan
tingkat kematian rendah dan stabil.
Kebijakan
Kependudukan
Masalah
khas di bidang kependudukan yang menurut pandangan pemerintah suatu negara sedang
mereka hadapi sering mendorong pemerintah tersebut untuk menganut suatu
kebijakan kependudukan tertentu. Para ahli mengelompokan kebijakan kependudukan
yang ada dalam mdua kelompok besar: kebijakan yang bersifat pronatal dan
kebijakan yang bersifat antinatal.
Kebijakan Pronatal
Kebijakan Pronatal merupakan suatu kebijakan yang
menunjung angka kelahiran tinggi. Kebijakan ini dianut di negara-negara yang
pertumbuhan penduduknya menurun karena mengalami penurunan angka kelahiran
sehingga pemerintahanya berpandang bahwa gejala ini merupakan masalah yang
perlu di tanggulangi dengan kebijakan pronatal.
Kebijakan Antinatal
Kebijakan Antinatal merupakan kebijakan yang
bertujuan membatasai tingkat kelahiran. Sebagaimana hanya dengan kebijaksanaan
prontal maka kebijaksanaan antinatal di terapkan dengan berbagai cara penetapan
bataas usia pernikahan, penetapan bataas jumlah anak, anjuran mekai kontrasepsi
untuk membatasi kelahiran serta pelaksanaan berbagai cara mulai yang bersifat
persuasif sampai ke cara radikal.
BAB 12
KONFORMITAS DAN PENYIMPANGAN
Konformitas
Konformitas merupakan bentuk interaksi yang
didalamnya seseorang berprilaku terhadap orang lain sesuai dengan harapan
kelompok. Pada umumnya kita cendrung bersifat konformitas. Berbagai studi
memperlihatkan bahwa manusia mudah di pengaruhi orang lain. Konformitas pun
terwujud di kala terjadi pengumpulan tanda tangan di kalngan suatu kelompok
untuk tujuan tertentu. Kejadian sehari-hari di jalan raya pun sering
menampilkan konformitas.
Penyimpangan
Penyimpangan
merupakan perilaku yang sejumlah besar dianggap sebagai hal yang tercela dan
diluar batas toleransi (James vander Zenden). Meskipun masyarakat telah berusaha agar setiap
angggota berprilaku sesuai dengan harapan maasyarakat namun dalam tiap
masyarakat kita selalu menjumpai adanya anggota yang menyimpang, menjumpai
adanya penyimpangan atau nonkonformitas. Menurut kornblum di samping
penyimpangan kita menjumpai pula institusi menyimpang ialah kejahatan
terorganisasi.
Definisi Sosial
Penyimpangan
Menurut
para ahli sosiologi penyimpangan bukan sesuatu yang melekat pada bentuk
perilaku melainkan diberi ciri penyimpangan melalui definisi sosial. Definisi
tersebut dapat bersumber pada kelompok yang berkuasa dalam masyarakat atau pun
masyarakat umum.
Teori Mengenai
Penyimpangan
Dalam
sosiologi untuk menjelaskan mengapa penyimpangan terjadi. Ada teori yang
mencoba menjelaskan penyimpangan dari segi mikrososiologi dengan mencari akar
penyimpangan pada interaksi sosial dan ada yang menjelaskan dari segi
makrososiologi dengan mencari sumber penyimpangan pada struktur sosial. Selain
itu ada pula teori lain seperti teori biologi dan teori psikologi yang juga
menjelaskan mengapa sosiologi melakukan penyimpangan.
Teori Differential
association menurut pandangan
Sutherland penyimpangan bersumber pada pergaulan yang berbeda. Penyimpangan di
pelajari melalui proses ahli budaya. Melalui proses belajar ini seseorang
mempelajari suatu subkebudayaan menyimpang. Teori
Labeling menurut lemert seseorang menjadi penyimpang karena proses
labeling, pemberian julukan, cap, etika, merek yang di berikan masyarakat
kepaddanya.
Teori merton menjelaskan penyimpangan sosial pada jenjang makro
yaitu paada jenjang struktur sosial. Menurut argumen merton struktur sosial
tidak hanya menghasilkan perilaku konformitas tetapi menghasilkan pula perilaku
menyimpang, menciptakan keadaan yang menghasilkan pelanggaran terhadap aturan
sosial, menekan orang tertentu ke arah perilaku nonkonformitas. Merton
mendifinisikan lima tipe cara adaptasi individu terhadap situasi tertentu empat
di antara kelima perilaku peran dalam menghadapi situaasi tersebut merupakan
perilaku menyimpang.
Cara
pertama Konformitas merupakan cara yang paling banyak dilakukan. Disini
perilaku mengikuti tujuan yang ditentukan masyarakat dan mengikuti cara yang
ditentukan masyarakat untuk mencapai tujuan tersebut.
Cara
kedua inovasi merupakan cara dalam mana perilaku mengikuti tujuan yang
ditentukan masyarakat tetapi memakai cara yang dilarang oleh masyarakat.
Cara
ketiga ritualisme merupakan perilaku seseorang telah meninggalkan tujuan
buidayaa namun maih tetap berpegang pada cara yang telah digariskan masyarakat.
Cara
keempat Retreatism perilaku seseorang tidak mengikuti tujuan budaya dan juga
tidak mengikuti carauntuk meraih tujuan budaya.
Cara
kelima pemberontakan merupakan orang tidak lagi mengakui struktur sosial yang
ada dan berupaya menciptakan suatu struktur sosial yang lain.
Teori fungsi Durkheim menuirut Durkheim
keseragaman dalam kesadaran moral semua anggota masyarakat tidak dimungkinkan
tiap individu berbeda dengan yang lain karena do pengaruhi secara berlainan
oleh berbagai faktor seperti faktor keturunan, lingkungan, fisik dan lingkungan
sosial.
Teori
konflik para penganut marx mengemukakan bahwa kejahatan terkait erat dengan
perkembangan kapitalisme. Menurut pandangan ini apa yang merupakan perilaku
menyimpang di definisikan oleh kelompok berkuasa dalam masyarakat untuk
melindungi kepentingan mereka sendiri.
Tipe Kejahatan
Light, Keller dan Calboun membedakan antara
kejahatan tanpa korban , kejahatan terorganisir, kejahatan oleh orang
terpandangn dan berstatus tingggi yang dinamakan kejahatan kerah putih, dan
kejahatan yang dilakukan atas nama perusahaan yaitu kejahatan korporat.
Menurut Light, Keller dan Calboun tidak semua
kejahatan mengakibatkan penderitaan pada korban sebagai akibat tindak pidana
oleh orang lain. Kejahatan jenis ini yang mereka namakan kejahatan tanpa korban
antara lain meliputi perbuatan seperti berjudi, penyalahgunaan obat bius,
bermabuk-mabukan dan hubungan seks tidak ara lain sah yang dilakukan secara
sukarela antara orang dewasa.
Kejahatan terorganisisr dirumuskan sebagai komplotan
berkesinambungan untuk memperoleh uang atau kekuasaan dengan jalan menghindari
hukum melaluio penyebaran ras takut atau melalui korupsi. Kejahatan
terorganisir transnasional merupakan kejahatan terorganisir yang melampaui
batas negara yang dilakukan oleh organisasi-organisasi dengan jaringan global.
White collar crimemerupakan suatu konsep yang
diperkenalkan oleh Sutherland dan mengacu pada kejahatan yang dilakukan oleh
terpandang atau orang berstatus tinggi dalam rangka pekerjaan. Kejahatan yang
digolongkan dalaam kategori ini antara lain meliputi penghindaran pajak,
pnggelapan uang perusahaan, penipuan.
Giddens menyeburkan jenis kejahatan lain: Govermental Crime yaitu kesalahan moral
oleh para pejabat pemerintah yang membawa dampak mengerikan. Dengan
berkembangnya teknologi informasi kini muncul suatu jenis kejahatan baru yang
dinamakan Cybercrime yaitu kejahatan
berupa penyebaran virus komputer melalui internet dengan maksud mengubah
ataupun merusak sistem informasi organisasi yang bergabung dengan internet.
BAB 13
PERILAKU KOLEKTIF DAN GERAKAN SOSIAL
Perilaku
Kolektif
kita
telah nmelihat bahwa pada umumnya warga masyarakat cendrung berprilaku dengan
berpedoman pada institusi yang adda dalam masyarakat. Namun dalam kenyataan
kita kadangkala dapat melihat bahwa sejumlah warga masyarakat secara
berkelompok ataupun berlkrumun menampilkan perilaku yang tidak berpedoman pada
institusi yang ada.
Kita kini akan berpaling pada jenis-jenis perilaku
kelompok sejenis ini yaitu yang tidak berpedoman pada institusi yang terdapat
dalam masyarakat.perilaku kolektif merupakan perilaku menyimpang sebagaiman
yang telah kita bicarakan dalam bab 12 perilaku kolektif sebagaiman dapat kita
lihat dari namanya merupakan tindakan bersama oleh sejumlah besar orang bukan
tindakan individu semata-mata. Perilaku kolektif di picu oleh suatuy
rangsangaan yang sama, rangsangan ini menurut Light, Keller dan Calboun dpat
terdiri atas suatu perisita, benda atai
ide.
Perilaku
Kerumunan
Suatu
konsep yang penting di pahami dalaam kaitanya dengan perilaku kolektif ialah
konsep kerumunan karena perilaku kolektif selalu melibatkan perilaku sejumlah
orang yang berkerumunan. La Bon berpendapat bahwa dalam pengertian sehari-hari
istilah kerumunan berarti sejumlah individu yang karena satu dan lain hal
kebetulan berkumpul bersama namunmenurutnya dari segi psikologis istilah
kerumunan mempunyai makna lain yaitu sekumpulan orang yang mempunyai ciri baru
yang berbeda sama sekali dengan ciri individu dalm kumpulan orang tersebut
berhaluan sama kesadaran perseorangan lenyap.
Dari
perumusan Le Bon ini nampak bahwa
kerumunuanan mempunyai ciri baru yang semula tidak dijumpai pada masing-maasing
anggotanya. Dikalangan para ahli sosiologi terdapat perumusan berbea mengenai
konsep kerumunan. Ada definisi yang lebih mendekati apa yang menurut Le bon
merupakan pengertian sehari-hari dan ada pula derfinisi yang menekankan pada
adanya interaksi dalam kerumunan. Definisi Kornblum mendekatkan pengertian
sehari-hari karena menekankan pada segi jarak kerumunan di definisikan sebagai
sejumlah besar orang yang berkumpul bersama dalam jarak dekat. Definisi Giddens
dan Light, Keller dan Calboun di pihak lain menyebutkan faktor interaksi.
Definisi Giddens menitikberatkan pada segi interaksi dan tempat berlamngsungnya
interaksi tersebut dalam definisi ini kerumunan terdiri atas sekumpulan orang
dalam jumlah relatif besar yang berlangsung berinterkasi satu dengan yang lain
di tempat umum
Tipologi
perilaku kerumunan. Definisi-definisi di atas memberikan gambaran mengenai
beranekaragamnya kumpulan orng yang dapat di namakan kerumunan. Oleh sebab itu
Blumer membuat suatu klasifikasi jenis-jenis kerumunan dengan membedakan antara
kerumunan sambil lalu, kerumunan konvensional, kerumunan ekspresif, kerumunan
bertindak.
Mengamati
pedagang kaki lima menjual obat di tepi jalan, kecelakaan lalu lintas,
kebakaran, pawal anggota suatu partai politik tertentu dalam rangka kampanye
menjelang pemilihan umum atau penggusuraran rumah dengan memaki alat berat.
Kerumunan semacam ini di mklasifikasikan secara sambil lalu.
Dalam
kategori ini dapat kita golongkan para penumpang yang berkumpul di terminal
bis, bandara udara atau pelabuhan, para pengunjung pasar atau toko, para
penonton pertandingan olahraga atau pertunukan kesenian para hadirin suatu
tempat ibadah, suatu pesta, pertemuan ilmiah, konperensi atau rapat paratai
politik. Blumer menamakan kumpulan oraqng seperti ini kerumunan konvensional.
Faktor penyebab
perilaku kerumunan: Teori Le Bon
Le Bon menyebutkan sejumlah faktor yang menurutnya
menjadi penyebab terjadinya kerumunan. Faktor pertama ialah bahwa karena
kebersamaan dengan banyak orang lain maka individu yang semula dapat
mengendalikan nalurinya kemudian memperoleh perasaan kekuatan luar biasa yang
mendorongnya untuk tunduk pada dorongan naluri. Karena seakan-akan telar
terlebur dalamm kerumunan sehingga menjadi anomim maka rasa tanggung jawab yang
semula mengendalikan individupun lenyap.
Faktor kedua ialah apa yang oleh Le Bon di sebut
penularan dan apa yang menurutnya ddapat diangap sebagai suatui gejala
hipnisis, dalam suatu kerumunan tiap perasaan dan tindkan bersifat menular,
Faktor ketiga merupakan faktor terpenting ialah apa
yang dinamakan Suggestibility dalam kerumunan individu mudah di pengaruhi,
percaya, taat. Ia seakan-akan telah di hipnosisi.
Karena le Bon menekankan pada faktor penularan maka
teorinya sering dinamakan teori penularan. Kini gambaran Le Bon mengenal
anggota kerumunan sebagai orang yang hanya mengikuti naluri, tidak rasional,
dan tidak mampu mengndalikan perilaku ditolak oleh banyal ilmuwan sosial. Tutnrt
dan Killian mengemukakn bahwa dalaam kerumunan pun muncul aturan baru. Oleh
sebab itu teori mereka di namakan energentnorm Theory. Menurut teori ini dalm
interaksi yang tidak ada atirnya sering muncul aturan baru yang diikuti para
anggota kerumunan.
Suatu teori lain yang disebut Horton dan Hunt ialah
apa yang dinamakan teori konvensional. Menurut teori ini perilaku kerumunan
muncul dari sejumlah orang yang mempunyai dorongan maksud kebutuhan serupa.
Faktor Penentu
Perilaku Kolektif: Teori Smelsel
Menurut
teorinya perilaku kolektif ditentukan oleh enam faktor yang berlangsung secara
beruntun. Menurut Smelsel perilaku kolektif mula-mula diawali oleh faktor yang
dinamakan struktur conducivenses faktor struktur sosial yang menurutnya
memudahkan terjadinya perilaku kolekktif.
Faktor
kedua ialah ketegangan struktur 7semkain besar ketegangan struktur semakin
besar pula peluang terjadinya perilaku kolektif. Kesenjangan dan
ketidakserasian antarkelompok sosial, etnik, agamadan ekonomi yang bermukim
berdekatan misalnya membuka peluang bagi terjadinya berbagai bentuk ketegangan.
Faktor
ketiga berkembang dan meyebarnya suatu kepercayaan umum merupakan persyaratan
berikutnya bagi terjadinya perilaku kolektif. Faktor keempat terdiri atsa
faktor yang mendahului. Faktor ini merupakan faktor penunjang kecurigaan dan
kecemasan yang dikandung mashyarakat. Faktor kelima ialah mobilitas para
peserta untuk melakukan tindakan. Faktor keenam ialah berlangsungnya
pengendalian sosial. Faktor keenam ini merupakan kekuatan yang menurut Smelsel justru
dapat mencegah, menggangu ataupun menghambat akumulasi kelima faktor penentu
sebelumnya.
Gerakan Sosial
Dalam
sosiologi gerakan sosial di klasifikasikan sebagai bentuk prtilku kolektif
tertentu yang diberi nama gerakan sosial. Jary mendefiniskan gerakan sosial
sebagai suatu aliansi sosial sejumlah besar orang yang berserikat untuk
mendorong atapun menghambat suatu perubahan sosial dalam suatu masyarakat.
Berbeda
dengan perilaku kolektif yang telah dibahas terdahulu maka gerakan sosial
ditandai oleh adanya tujuan dan kepentingan bersama. Gerakan sosial dipohak
lain ditandai dengan adanya tujuan jangka panjnag yaitu untuk mengibah ataupun
mempertrahankan masyarakaat atau institusi yang ada di dalamnya.
Giddens
dan Light, Keller dan Calboun menyebutkan ciri lain gerakan sosial yaitu
penggunaan cara yang berada diluar institusi yang ada. Karena keanekarahamaan
gerakan sosial sangat besar maka berbagai ahli sosiologi mencoba
mengklasifikasikan dengan menggunakan nkriteria tertentu, david Aberle
mngguanakn kriteria tipe perubahan yang di khendaki dan besarnya perubahan yang
dinginkan membedakan empat tipe gerakan sosial.
Alternative Movement merupakan gerakan
yang bertujuan mengubah sebagaian perilaku perseorang. Redemtive Movement lebih luas dari yang seblumnya karena yang
hendalk dicapai ialah perubahan menyeluruh pada perilaku perseorngan. Reformative Movenment yang hendak diubah
bukan perseorangan melainkan masyarakat namun ruang lingkuop yang hendak diubah
hanya segi-segi tertentu masyarakaat. Transformative
Movenment gerakan untuk mengubah masyarakat secara menyeluruh.
Meurut
Giddens suatu revolusi harus memnuhi tiga kriteria: melibatkan gerakan sosial
secara masal, menghasilkan proses reformasi atau perubahan, melinbatkan ancaman
atau penggunaan kekerasan. Gerakan yng berusaha mempertahan nilai atau
institusi masyarakat disebut Kornblum gerakan Konservatif. Suatu gerakan
disebut gerakan reaksioner manakala tujuannya ialah untuk kembali ke institusi
dan nilai di masa lampau dan meninggalkan institusi dan nilai masa kini.
Faktor Penyebab
Gerakan Sosial
Orang
melibatkan diri dalam gerakan sosial karena menderita deprivasi. Mereka
menunjukan pada fakta bahwa gerakan sosial sering muncul justru pada saat
masyarakat menikmati kemajuan di bidang ekonomi. Oleh sebab itu dirumuskan
penjelasan yang memaki konsep deprivasi relatif.
James
Davies mengemukakan bahwa meskipun tingkat kepuasaan masyarakat meningkat terus
namun mungkin saja terjadi kesenjangan antara
harapan masyarakaat dengan keadaan nyata yang di hadapi kesenjangan
antara pemenuhan kebutuhan yang diinginkan masyarakat dengan apa yang diperoleh
secara nyata.
Sejumlah
ahli sosiologi lain berpendapat bahwa deprivasi tidak dengan sendirinya akan
mengakibatkan terjadinya gerakan sosial.menurut penjelasan yang mengaitkan
gerakan sosial dengan deprivasi ekonomi dan sosial orang melibatkan diri dalam
gerakan sosial karena menderita deprivasi. Beberapa orang ahli sosiologi kurng
sepandapat dengan penjelasan deprivasi semata-mata dan merumuskan penjelasan
yang memaki konsep deprivasi relatif kesenjangan antara harapan masyarakat
dengan keadaan k=nyata yang dihadapi.
Sejumlah
ahli sosiologi lain berpendapat bahwa perubahan sosial memerlukan pengerahan
sumber daya manusia maupun alam. Tanpa adanya pengerahan sumber daya suatu
gerakan sosial tidak akan terjai meskipun deprivasi tinggi.
BAB 14
PERUBAHAN SOSIAL
Kita pun telah menyinggung beberapa teori perubahan
sosial, seperti teori Marx mengenai perubahan sistem feodal menjadi kapasitas
dan kemudian sosialis, teori Marx mengenai munculnya kapitalisme dalam
masyarakat feodal, teori Durkheim mengenai perubahan solidaritas mekanik
menjadi organik. Sekrang pusat perhatian kita akan beralih pada segi dinamika
masyarakat pada perubahn sosial.
Pola Perubahan
Sosial
Pola Linear
Etzioni Halevy dan etzioni mengemukakan bahwa
pemikiran para tokoh sosiologi klasik mengenai perubahan sosial dapat di
golongkan ke dalam beberpa pola. Pola pertama ialah pola linear menurut
pemikiran ini perkembangan masyarakat mengikuti suatu pola yang pasti.
Pemikiran mengenai polaperkembangan kita temukan
dalam karya Comte. Menurut Comte progresif peradaban manusia mengikuti suatu
jalan yang alami, pasti sam dan tak terelakan. Dalam teorinya yang dikenal
dengan nama “ Hukum Tiga Tahap” Comte mengemukakan bahwa sejarh memperlihatkan
adanya tiga tahap yang di laluio peradapan. Pada tahap pertama yang diberi
namka tahap teologis dan militer Comte melihat bahwa semua hubungan sosial
bersifat militer, masyarakat senantiasa bertujuan menundukan masyarakat lain.
Tahap kedua tahap metafisik dan Yuridis merupakan
tahap antara yang menjebatani masyarakat militer degan masyarakat industri.
Pengamatan masih dikuasi imajinasi tetapi lambat laun semakin merubahnya dan
menjadi dasar bagi penelitian.
Pada tahap ketiga dan terakhir tahap ilmu
pengetahuan dan industri. Industri mendominasi hubungan sosial dan produiksi
menjadi tujuan utama masyarakat. Imajinasi telah digeser oleh pengamatan daan
konsep-konsep teoritik telah bersifat positif.
Pemikiran unlinear kita jumpai pula dalam mkarya
Specer. Specer mengemukakan bahwa struktur sosial berkembang secara evolusioner
dari struktur yang homogen menjadi heterogen. Comte dan Specer berbicara
mengenai perubahan yang bsenantiasa menuju ke arah kemajuan. Namun ada
pandangan unlinear yang cendrung mengagung-agungkan masa lampau dan melihat
bahwa masyarakat berkembang ke arah kemunduran.
Pola Siklus
Menurut
pola kedua pola siklus masyarakat berkembang laksana suatu roda: kadang kala
naik ke atas kadang kala turun kebawah. Pandangan mengenai siklus kita jumpai
dalam karya Vilfredo Pareto. Preto mengemukan bahwa dalam tiap masyarakat
terdapat dua lapisan, lapisan bawah atau nonelite dan lapisan atas atau elite
yang terdiri atas klaum aristokrat dan terbagi lagi dalam dua kelas: elite yang
berkuasa dan eloite yang tidak berkuasa.
Gabungan Beberapa Pola
Sejumlah
teori menampilkan penggabungan antara kedua pola tersebut diatas. Pandangan
Marx bahwa sejrah manusia merupakan sejarah perjuangan terus-menerus antara
kelas-kelas dalam masyarakat sebenarnya mengandung benih panangan siklus karena
setelah suatu kelas berhasil menguasi kelas lain menurutnya siklus serupa akan
berulang lagi.
Pandangan-pandangan
para tokoh sosiologi klasik tersebut sudah banyak yang ditinggikan oleh para
tooh sosiologi modern. Meskipun banyak tokoh sosiologimodern khususnya
penbganut fungsionalisme seperti Talcott Parsons dn Neil J. Smelser menganut
pandangan megenai perkembangan masyarakat secara evolusionernamun suatu
perkembangan linear laksana teori tiga tahap Comte tidak dianut l;agi.
Perubahan Sosial
Abad Ke-20
Teori-teori
yang dikemukan para perintis awal sosiologi muncul sebagai reaksi terhadap
perubahan sosial bersar terjadi pada masyarakat barat terutama eropa barat. Di
kala itu peroses-proses perubahan besar yang terjadi semnjak abad ke-18 seperti
detradisionalisasi, defeodalisasi, urbanisasi, industrialisasi perkembangan
kapitaalisme dan sosialisme memang baru terbatas pada masyarakat eropa barat.
Berakhirnya
perang dunia ll diikuti perubahan-perubahan sosial besar di mkawasan asia,
afrika, amerika selatan baiuk di negara-negara yang telah ada maupun di
negara-negara bnaru yang telah bebas dari penjajahan. Perhatian sejumlah
ilmuwan sosial mulai di pusatkan pada proses perubahan di kawasan di man
masyoritas masyarakat dunia hidup dan sebgaai akibatnya muncul berbagi teori
mengenai perubahan-perubahan di negara-negara di kawan ini.
Giddens
mengemukakn bahwa kesalingrtergantungan masyarakat dunia semkain mningkat.
Proses peningkatan kesaalingtergantungan masyaarakat dunia ini dinamakannya
globalisasi. Dan ditandai kesenjangan besar antara kekayaan dan tingkat hidup
masyarakat, masyarakat industri dn masyarakat-masyarakat dunia ketiga.
Gejala-geja aperubahan sosial lain yang dicatat Gidedens ialah tumbuh dan
berkembangnya negara-negaraa industri baru dan semakin meningklatnya komunikasi
antarnegara sebagai dampak teknologi komunikasi yang semakin canggih.
Waters
berpendapat bahwa globalisasi berlangsung di tiga bidang kehidupan yaiut
perekonomian, politik dan budaya. Menurutnya globalisasi ekonomi berlangsung di
bidang perdagangan, peroduksi, investasi, ideologi organisasi, pasar modal dan
pasar kerja. Globalisasi politik terjadi di bidang kedaulatan negara, fokus
kegiatan pemecahan masalah, organisasi international, hubungan international,
dan budaya politik.dan globalisasi budaya terjadi dalam bidang yang dinamakan
ide keagamaan, etnisitas, pola pertukaran benda berharga, produksi dan distribusi
gambar sama ke seluruh dunia, pariwisata.
Teori-teori
Modern Mengenai Perubahan Sosial
Teori-teori
modern yang terkenal ialah teori-teori modernisasi para penganut pendekatan
fungsionalisme seperti Neil J. Smelsel dan Alex Inkeles, Teori ketergantungan
Andre Gunder Frank yang merupakan pendekatan Konflik dan teori mengenai sistem
dunia dari Wellerstein.
Teori-teori
modernisasi pun cendrung melihat bahwa perkembangan masyarakat dunia ketiga
berlangsung secara evolusioner dn liinear dan bahwwa maasyarakat bergerak ke
arah kemajuan dari tradisi ke modernitas.teori modernisasi menganggap bahwa
negara-negara terbelakang akan menempuh jalan sama dengan negara idustri maju
di barat sehingga kemudian akan menjadi negara berkembang pun melalui proses
modernisasi. Teori ini berpendapat bahwa masyarakat-masyarakat yang belum
berkembang perlu mengatasi berbagai kekurangan dan masalahnya sehingga dpat
mencapai tahap tinggal landas kearah perkembangan ekonomi.
Teori
ketergantungan yang didasarkan pada pengalaman negara-negara amerika latin ini
perkembangan dunia tidak merata, negara-negara industri menduduki posisi
dominan sedngkan negara-negara dunia ketiga secara ekonomis tergantung padanya.
Perkembangan negara-negara industri dan keterbelakangan negara-negara dunia
ketiga menurut teori ini berjalan bersamaan dikala negara-negara indsutri
mengalami perkembanagan maka negara-negara dunia ketiga yang mengklami
kolonialisme dan neokolonialisme.
Teori
sistem dunia menurut teori ini yang dirumuskan Wallerstein perekonomian
kapitalisme dunia kini tersusun atas tiga jenjang, negara-negara inti,
negara-negara semi periferi, negara-negara periferi
Perubahan Sosial
si Asia Tenggara
Kemajemukan
masyarakat-masyarakat di asia tenggara telah memungkinkan munculnya berbagai
konsep dan teori yang di landaskan pada pengalaman khas sebagai masyarakat asia
tenggara. Dual societies pada awal abad ini J.H Boeke seorang ahli ekonomi
belanda yang pernah kerja di indonesia mempertanyakan mengapa dalam masyarakat
barat kekauatan kaptalisme telah membawa peningkatan taraf hidup dan persatuan
masyaralkat, sedangkan dalam masyarakat timur kapitalisme justri bersifat
merusak.
Plural
societies konsep masyarakat majemuk di popilerkan oleh J.S Furnival masyarakat
majemuk adalah a society that is
comprising two or more element or social orders which live side by side yet
without mingling in one political unit. Inovolution dampak pengaruh kehidupan
kaptalisme terhadap msyarakat pribumi. Menurut Geertz kontak dengan kapitalisme
barat tidak menghasilkan peruabahn socara evolusioner pada masyarakat pedesaaan
jawa melainkan suatu proses yang dinamakan inovasi.
BAB 15
TEORI SOSIOLOGI
Teori Paradigma
dan Penjelasan Sosiologis
Dalam
perumusan kornblum maupun Turner ysng ditekankan ialah penjelasan sebab terjadi
suatu gejala yang diamati. Disamping
penjelasan kausal dikenal pula bentuk penjelasan lain. Durkheim membedakan dua
macam penjelasan fungsional dan penjelasan kausal. Fungsional yang terdiri atas pencarian suatu fungsi
sosialo dan penjelasan kausal mencari sebab sebab terjadinyta suatu fakta
sosial.
Sebagaimana
juga halnya dengan ilmu-ilmu lainya maka sosiologipun mempunyai teorinya
sendiri, mempunyai konsep, hipotesis, proposisi, variabelnya sendiri. Suatu
ciri yang di jumpai sosiologi sebagai suatu bidang ilmu ialah bahwa sosiologi
mempunyai banyak teori. Sosiologi mempunyai banyak paradigma, sosiologi suatu
ilmu berparadigma majemuk karena mempunyai tiga paradigma.
Pandangan
hampir serupa kita jumpai pula dalam pandangan C. Wright Mills. Menurut Mills
pertanyaan yang diliput para ahli sosiologi dapat digolongkan ke dalam tiga
kelompok. Kelompok pertama melibat struktur seluruh masyarakat, bagian-bagian
yang utama, hubungan antara satu bagian dengan bagian yang lain, beda satu
masyarakat dengan maasyarakat lain, sumbangan unsur tertentu bagi kesinambungan
dan perubahanya. Kelompok kedua menyangkut letak maassyarakat dalam sejarah,
mekanisme perubahanya dalam perkembangan kemanusiaan. Kelompok ketiga
mempermasalahkan jenis laki-laki dan perempuan yang kini terdapat dalam
mmasyarakat, jenis bagaimana yang akan bertahan, cara mereka dibentuk,
diselksi, dibuat peka dan seterusnya.
Klasifikasi
Teori Sosiologi
Collins
mengidentifikasi empat tradisi sosiologi 1. Tradisi konflik, 2. Tradisi
rasional/utiliter 3. Tradisi Durkheim, 4. Tradisi mikrointeraksi. Collins
merincikan kalsifikasi ini lebih lanjut. Teori makro Collins menempatkan teori
evolusionisme, teori sistem, ekonomi, politik, konflik dan perubahan sosial
serta teori konflik multidimensi dan stratifikasi. Teori meso mencakup hubungan
mikro-makro, teori jaringan dan organisaso. Sedangkan teori mikro mencakup
ritual, strukturalisme dan sosiolinguistik serta pertukaran sosial dan teori
terkait.
Aliran-aliran
utama teori sosiologi yang dicatat Ritzer ialah 1. Fungsionalisme struktural
dan teori konflik, 2. Berbagai ragam teori sosiologi neo-Marxis, 3. Interaksionalisme
simbolik, 4. Sosiologi fenomenologi dan etnometodologi, 5. Teori pertukaran dan
sosiologi perilaku, 6. Teori feminis masa kini, 7. Teori sosiologi struktur.
Teori
Makrososiologi (1): fungsionalisme
Tokoh fungsionalisme klasik
Durkheim
mengemukakan bahwa ikatan solidaritas mekanik yang dijumpai pada masyarakat
yang masih sederhana laksana kohesi antara benda-benda mati sedangkan ikatan
slidaritas yang dijumpai pada masyarakat yang komplek laksana kohensi antara
organ hidup. Gambaran yang disajikan
Dahrendorf mengenai poko teori fungsionalisme adalah sebagai berikut: setiaap
masyarakat merupakann suatu struktur unsur yang relatif gigih dan stabil,
mempunyai struktur unsur yang terintegrasi dengan baik, setiap unsur dalam
masyarakat mempunyai fungsi, memberikan subangan pada terpelhiranya masyarakat
sbagai suatu sistem dan setiap struktur sosial yang berfungsi didasarkan pada
konsensus mengenai nilai di kalangan anggotanya.
August
Comte teori yang dikenal dengan berbagai nama seperti teori struktur fungsi,
fungsionalisme dan fungsionalisme struktur merupakan teori tertua dan hingga
kini oaling luas pengaruhnya. Turner mengemukakn bahwa Comte merupakan perintis
pendekatanh positivisme yang memaki metode ilmiah untuk mengumpulkan data
empiris.
Emile
Durkheim merupakan tokoh sosiologi klasik yang secara rinci membahas konsep
fungsi dan menggunakanya dalam analisis terhadap berbagai pokok pembahasannya. Selain
membahas secara rinci konsep fungsi ia pun membahas fungsi pembagian kerja
dalam masyarakat.
Tokoh
Fungsionalisme Modern
Talcott
Parsons merupakan tokoh sosiologi moder yang mengembangkan analisis fungsional
dan secara ssangat rinci menggunakanya dalam karyanya. Karya pertama yang
memakai analisis fungsional adalah buku the
Social System. Dlam karya berikutnya parsons secara rinci mrnguraikan
fungsi berbagai struktur bagi di pertahankannya sistem sosial.
Karya
pandangan parsons yang terkenal ialah kajian mengenai fungsi struktur bagi di
pecahkanya empat masalah: adaptaasi, pencapaian tujuan, integrasi, pemeliharaan
pola dan pengendalian kategangan. Robert K. Merton merupakan seorang tokoh
sosiologi modern yang melakukan rinci lebih lanjut dalam analisis fungsional
dengan memperkenalkan konsep fungsi, disfungsi, fungsi laten dan fungsi
manifes.
Teori
Makrososiologi (2): Teori Konflik
Tokoh Awal: Karl Marx
Pengembangan
kapitalisme memperuncing kontradiksi antara kedua kategori sosial sehingga pad
akhirnya terjadi konflik di antara kedua kelas. Menurut ramalan Marx kaum
proletar akan memenangkan perjuangan kelas ini dan akan menciptakan masyarakat
tanpa kelas dan tanpa negara. Konsep penting
lain yang dikembangkan Marx ualah konsep alienasi. Marx melihat bahwa sejumlah
manusia memperlihatkan peningkatan penguasaan manusia terhadap alam serta
peningkatan alienasi manusia.
Tokoh Awal: Max Weber
Karya weber sering dikaitkan dengan teori sosiologi
yang berbeda, uraian Webern mengenai tindakan sosial sebagai pokok perhatian
sosiologi dijadikan dasar bagi penegmbangan teori interaksionalisme simbolik
weber pun diangap sebagai tokoh yang memberikan sumbangan terhadap
fungsionalisme awal namun Weber dianggap pula sebagai penganut teori Konflik.
Tokoh Moder: Ralf Dahrendorf
Perubahan
sosial tidak hanya datang dari dalam tetapi dapat juga daru luar masyarakat
bahwa perubahan dari dalam masyarakat tidak selalu disebabkan konflik sosial
dan bahwa disamping konflik sosial terdapat pula konflik sosial yang berbentuk
lain. Ia pun mengamati bahwa konflik tidak selalu mengahsilkan revolusi dan
bahwa perubahan sosial dapat terjadi tanpa revolusi.
Menurut
teori konflik versi Dahrendorf masyarakat terdiri atas organisasi-organisasi
yang didasarkan pada kekuasaan atau wewenang yang dinamakan asosiai yang di
koordinasi secaraa praktis. Dengan demikian konflik menurut Dahrendorf
merupakan sumber terjadinya perubahan sosial.
Tokoh Modern: Lewis Coser
Coser
terkenal karena pandanganya bahwa konflik mempunyai fungsi positif bagi
masyarakat. Ia mengembangkan sejumlah proposisi memngenai fungsi konflik atas
dasar asas. Menurut definisi kerja Coser konflik adalah perjuangan mengenai
nilai serta tuntunan atas status kekuasaan dan sumber daya yang bersifat
langkah dengan maksud menertalkan, mencederai atau melenyapkan lawan. Kajian
Coser terbatas pada fungsi positif dari konflik yaitu dampak yang mengakibatkan
peningkatan dalam adaptasi hubungan sosial atau kelompok tertentu.
Tokoh
mikrososiologi (1): Teori Pertukaran
Turner meringkas pokok pikiranteori pertukaran
sebagai berikut: Manusia selalu berusaha mencari keuntungan dalam transaksi
sosialnya dengan orang lain, dalam melakukan transaksi sosial manusia melakukan
perhitungan untung-rugi, manusia cendrung menyadari adanya berbagai anternatif
yang tersedia baginya, manusia bersaing satu dengan yang lain, hubungan
pertukaran secara umum antarindividu berlangsung dalaam hampir semua konteks
sosial dan individu dan mempertukarkan berbagai komoditas tak berwujud seperti
perusahaan dan jasa.
Teori Pertukaran Klasik
Teori pertukaran berakar pada
pemikiran ahli filsafat sosial abad ke-18. Teori pertukaran awal mula
dikembangkan para ahli antropologi inggris dan diperhaalus oleh ahli
antropologi prancis. Inti dari teori ini adalah manusia adalah makhluk yang
mencari keuntungan dan menghindari biaya. Manusia dalam perspektif para
penganut teori pertukaran merupakan makhluk pencari imbalan.Dalam perkembangan
teori ini mulai meninggalkan beberapa asumsi utama dari aliran utilitarianisme.
Teori Pertukaran Modern
George
C. Homans merupakan salah seorang tokoh teori pertukaran modern. Pemikiran
antara lain dipengaruhi ahli psikologi Skinner. Homans berpendapat bahwa
pertukaran yang berulang-ulang mendasari hubungan sosial yang berkesinambungan
antara orang tertentu. Pater Blau berbeda dengan Homans yang membatasi
analisisnya pada jenjang mikrososiologi walaupun menurutnya proses perilaku
sosial pada jenjang mikro tersebut mempunyai dampak pada makrososiologi maka
teori Blu berusaha menjembatani kedua jenjang analisis sosiologi. Perbedaan
lain ialah bahwa Blau membatasi diri pada interaksi yang melibatkan asas
pertukaran dengan mengaku bahwa tidak semua interaksi melibatkan pertukaran.
Teori
Mikrososiologi (2) : Interaksionisme Simbolik
Turner mencatat bahwa mereka sepakat mengenai
beberapa hal. Pertama terdapat
kesepakatan bahwa manusia merupakan makhluk yang mampu menciptakan dan
menggunakan simbol. Kedua manusia
memakai simbol untuk saling berkomunikasi. Ketiga
manusia berkomunikasi melalui
pengambilan peran. Keempat masyarakat tercipta, bertahan dan berubah
berdasarkan kemampuan manusia untuk berfikir untuk mendefinisikan untuk
melakukan renungan dan untuk melakukan evaluasi.
Interaksionisme Simbolik Klasik
Teori
yang mengkhususkan diri pada interaksi sosial mula-mula bersumber pada
pemikiran para tokoh sosiologi klasik dari eropa seperti Georg Simmel dan Max
Weber. Simmel berpendapat bahwa muncul dan berkembangnya kepribadian seseorang
tergantung pada jaringan hubungan sosial yang dimilikinya. Max Weber menyatakan
bahwa sosiologi ialah ilmu yang berusaha memahami tindakan sosial dan dengan
mendefinisikan dan membahas konsep dasar yang menyangkut interaksi seperti
tindakan, tindakan sosial dan tindakan nonsosial dan hubungan sosial.
Interaksionisme Simbolik Modern
Tokoh
sosiologi modern yang merintis pemikiran dasar mengenai interaksionisme ialah
antara lain James, Cooley, Dewey dan Mead, james terkenal karena pendapatnya
bahwa perasaan seseorang mengenai dirinya sendiriseseorang muncul dari
interaksinya dengan orang lain. Cooley terkenal karna antara lain mengembangkan
konsep Looking glass Self yang intinya ialah bahwa seseorang mengevaluasi diri
sendiri atas dasar seikap dan perilaku orang lain terhadapnya.
Dewey
pikiran seseorang berkembang dalam rangka usahanya untuk menyesuaikan diri
dengan lingkunganya dan bahwa pikiran tersebut ditunjang oleh interaksinya
dengan orang lain. Sumbangan Mead antara lain terletak pada pandnganya bahwa
diri seseorang berkembang melalui tahap tertentu dan bahwa dalam proses
perkembangan diri seseorang belajar mengambil peran orang lain.
Thomas
memperkenalkan konsep definisi situasi dalam sosiologi interaksi yaitu intinya
bahwa sebelum bertindak untuk menanggapi suatu ransangan dari luar, individu
selalu memberi makna pada situasi yang dihadapinya blumer menjabarkan lebih
lanjut pemikiran interaksionisme simbolik.
Dalam
teori Goffman individu digambarkan sebagai pelaku yang melalu interaksi secara
aktif mempengaruhi individu lain. Perter Berger membuat suatu kerangka
pemikiran untuk memperlihatkan hubungan antara individu dan masyarakat. Menurut
Ritzer teori sosiologi di amerika sebelum tahun 80-an ditandai oleh ekstremisme
mikro-makro yaitu konflik antara teori dan teoretikus eksrem mikro dan ekstrem
mikro.
BAB 16
METODE SOSIOLOGI
Dalam
usaha mengumpulkan data yang menghasilkan temuan-temuan baru dalam sosiologi
para ahli sosiologi perlu memperhatikan tahap penelitian yang saling berkaitan
secara erta. Walupun jumlah serta jenis tahap yang dijabarkan dalam berbagai
buku penuntun metode penelitian tidak selalu sama namun dalam kebanyakan buku
tersebut dijumpai beberapa tahap yang dianggap pokok yaitu tahap perumusan
masalah, penyususnan desain penelitian, pengumpulan data, analisis data dan
penulisan alporan penelitian.
Perumusan Masalah
Sebelum
memulai suatu usaha penelitian seseorang ahli sosiologi terlebih dahulu harus
melakukan tinjauan pustaka yaitu tinjauan terhadap bahan-bahan pustaka yang ada
di bidang yang bersangkutan agar dapat mengetahui temuan-temuan apa sajakah
yang sebelumnya pernah dilakukan oleh ahli sosiologi lain.
Kadang-kadang
seorang peneliti melakukan penelitian terhadap suatu objek tertentu tanpa
terlalu memperhatikan hasil karya ahli sosiologi lain yang berkecimpung dalam
bidang yang sama. Dalam hal demikian mungkin saja beberapa orang peneliti
melakukan kegiatan penelitian serupa tanpa saling mengetahui kegiatan
masing-masing dan masing-masing mungkin lalu merasakan bahwa ia melakukan
sesuatu yang asli, menemukan sesuatu yang baru. Dalam sejarah ilmu pengetahuan peristiwa
semacam ini banyak dijumpai dan tidak jarang menimbulkan konflik perihal
masalah keaslian temuan yang telah dilakukan masing-masing penelitian.
Selain
mempelajari karya ahli sosiologi tertentu dan menggunakanya dalam rangka
usahanya untuk merumuskan maslah penelitian maka seseorang ilmuwan wajib pula
menyatakan pengakuanya terhadap hasil karya ahli sosiologi lain tersebut dengan
jalan menyebutkan nama dan hasil karya mereka di dalam tulisanya.
Sebagaimana
halnya dengan hasil penelitian para perintis ilmu-ilmu sosial dimas lampau maka
berbagai hasil penelitian maka kini terhadap masyarakat kita pun mencerminkan
keinginan para ahli ilmu sosial menjawab suatu pertanyaan yang dianggap
mendasar.
Tahap Penyusunan
Desain Penelitian dan Pengumpulan Data
Sebelum
pertanyaan dirumuskan sedemikian rupa sehingga penelitian mempunyai suatu
gambaran mengenai apa yang hendak diketahuinya melaui penelitian maka ia harus
menentukan metode penelitian yang akan dipilihnya untuk untuk mengumpulkan
data. Dalam ilmuilmu sosial sosial dikenal berbagai metode pengumpulan data
seperti metode survey serta beberapa metode nonsurval seperti metode pengamatan
dan metode eksperimen.
Metode-Metode
Utama Pengumpulan Data
Penelitian
survey ialah suatu jenis penelitian yang di dalamnya hal yang hendak diketahui
peneliti tuangkan dalam suatu daftar pertanyaan baku. Pengamatan merupakan
suatu metode penelitian nonsurvei. Dengan metode ini peneliti mengamati secara
langsung perilaku para subjek penelitianya. Riwayat hidup merupakan suatu
teknik pengumpulan data dalam sosiologi yang jarang digunakan tetapi dianggap
dapat mengungkapkan data yang penting mengenai pengalaman subjektif yang
penting bagi pengembangan teori sosiologi.
Studi
kasus dalam penelitian denganmenggunakan teknik studi kasus berbagai segi
kehidupan sosial suatu kelompok sosial menyeluruh. Analisis isis suatu maslah
penelitian dapat pula diungkapkan dengan jalan menganalisis sisi berbagai
dokumen seperti surat kabar, dokumen resmi maupun naska dibidang seni dan sastra.
Penggunaan data yang tersedia, suatu penelitian dapat pula dilakukan dengan
mengkaji data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain. Eksperimen meskipun
teknik eksperimen lebih banyak dijumpai dalam ilmu sosial lain seperti
psikologi namun dalam hal tertentu kita pun menjumapi eksperimen dalam
sosiologi.
Penelitian
Kualitataif dan Kuantitatif
Dalam
penelitian sosial sering dibedakan penelitian kuantitatif dan kaualitatif.
Penelitian yang memakai metode survai dan sensus menggunakan pendekatan
kuantitatif karena disini peneliti mengumpulkan data yang diukur. Pendekatan
kuantitaif dapat pula dilakukan dengan memakai metode penelitian lain seperti
eksperimen, pengguanaan data yang tersedia atau analisis isi.
Penelitian
kualitataif dipihak lain merupakan penelitian yang mengutamakan segi kualitas
data. Teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain terdiri atas berbagai
teknik pengamatan yang telah diuraikan ditas dan wawancara mendalam ruang
lingkup penelitian kualitatif pun jauh lebih terbatas daripada penelitian
kuantitaif.
Etika Penelitian
Penelitian
merupakan suatu usaha untuk meningkatkan ilmu. Kepentingan ilmu dan kepentingan
masyarakat yang menjadi subyek penelitian tidak selalu sepadan dalam pencarian
maupun pemanfaatan ilmu tersebut dapat melakukan hal yang melanggar aturan
etika. Dalam pembahsan mengenai survai Babbie menyebutkan beberapa auran etika
yang harus dihormati setiap peneliti. Walaupun Babbie hanya membahas survai
namun asas yang dikemukakan umumnya berlaku pula bagi penelitian yang memakai
metode lain.
Babbie
menyebutkan dua asas penting lain untuk melindungi identitas subyek penelitian
yaitu asas anonimitas dan kerahasiaan. Dalam penelitian survai subyek
penelitian adalah anonimnamanya tidak dicantumkan pada daftar pertanyaan.
Pemberian keterangan yang keliru untuk mendorong subyek agar mau ikut serta pun
merupakan praktik yang menurut Babbie melanggar etika. Penulisan data penyajian
penelitian pun merupakan kegiatan yang terikat pada berbagai aturan etika. Babbie
mengemukakan bahwa penelitian bahwa penelitian dituntut untuk menyajikan data
penelitian secara jujur.
Analisis Data
dan Penulisan Hasil Penelitian
Setelah
penelitian lapangan selesai data kemudia diolah dan dianalisis. Dalam tahap
analisis data kuantitatif jawaban diberikan para subjek suatu penelitian suvai
dihitung frekuensinya untuk mencari keteraturan sosial. Dengan memakai data
kauntitatif peneliti dapat mempelajari ada-tidaknya kecendrungan tertentu dalam
masyarakat.
Analisis
data ubivariat biasanya menghasilkan data yang memberikan gambaran mengenai
satu gejala. Analisis data dapat pula berbentuk bivariat seorang peneliti
menerapkan analisis bivariat bila ia ingin mengetahu hubungan antara dua
variabel.kalau analisis data univariat hanya memungkinkan dilakukanya deskripsi
maka analisis data bivariat dan multivariat memungkinkan untuk melakukan
penjelasan sebab akibat.
Hubungan
Metode,Teori dan Paradigma Sosiologi
Metode penelitian yang dipergunakan ahli sosiologi
sering terkait dengan teori dan paradigma sosiologi yang dianutnya. Dalam
kaitan dengan paradigma ini Ritzer mengemukakan pandanganya bahwa parafigma
adalah a fundamental image of the subject
matter within a science.
Menurut Ritzer sosiologi merupakan suatu ilmu yang
berparadigma majemuk karena mempunyai tiga paradigma yaitu paradigma fakta sosial,
paradigma definisi sosialdan paradigma perilaku sosial. Menurut Ritzer metode
penelitian yang kita gunakan sangat tergantung pada paradigma yang kita anut.
Paradigma pertama fakta sosial berteladan pada karya Durkheim menggunakan fakta
sosial sebagai pokok bahasan sosiologi dan menganut nteori struktur-fungsi atau
teori konflik.
Pandangan kedua definisi sosial berorientasi pada
karya Max Weber mengenai tindakan sosial. Dalam paradigma ini pokok bahasan
sosiologi terdiri atas definisi situasi serta dampaknya terhadap tindakan
sosial. Paradigma ketiga perilaku sosial berteloadan pada karya Skinner.
Perkembangan
Mutakhir dalam Metode Penelitian
Dalam
dasawarsa terakhir telah berkembang berbagai metode penelitian baru dalam
ilmu-ilmu sosial. Ada yaang berorientasi pada masyarakat pedesaan dan ada yang
berorientasi pada masyarakat perkotaan. Pun ada yang khas peruntukkan bagi kaum
nperempuan sebagai sibjek. Ada yang menenkankan pada segi kecepatan dan ada
yang menekankan pada segi partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.
Teknik
analisis data kuantitatif pun berkembang pesat dengan memanfaatkan perkembangan
dalam statistik. Perkembangan ini mengakibatkan kesenjangan antara teknik yang
digunakan dalam komuniukasi ilmiah ditingkat internasional dengan nteknik yang
kini masih mendominasi buku teks, bahan kulaih dan praktik kuantitatif para
ilmuwan sosial kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar