Senin, 14 Januari 2013

Sosiologi


Nama         :        A.Hatimi
Nim            :        11521001
Kelas          :        BPI-Kesejahteraan Sosial
BAB 1 
SEJARAH PERKEMBANGAN SOSIOLOGI
Istilah Sosiologi sebagai cabang Ilmu Sosial dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, bernama August Comte tahun 1842 dan kemudian dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan / teman, sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan. Ungkapan ini dipublikasikan pertama kalinya dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte (1798-1857).
Umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat. Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya. Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan berbagai organisasi politik, ekonomi, sosial. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.
            Menurut berger sosiologi berkembang manakalah masyarakat menghadapi ancaman terhadap hal yang selama ini dianggap sebagai hal yang memang sudah seharusnya demikian, benar dan nyata. Setiap ilmu pengetahuan mempunyai tokoh tertentu yang dianggap sebagai perintis Diantaranya:
August Comte (1798-1857)
            Nama sosiologi memang merupakan hasil comte suatu gabungan antara kata romawi socius dan kata yunani logos coser mengisahkan bahwa compe semula bermaksud memebrikan nama social physics bagi ilmu yang akan diciptakan itu namun kemudian mengurungkan niatnya karna istilahnya tersebut telah digunakan oleh seorang tokoh lain. Karena memeperkenalkan metode positif maka comte dianggap sebagai positivisme.ciri metode ini bahwa objek yang dikaji harus berupa fakta dan kajian harus bermanfaat serta mengarah ke kepastian dan kecermatan.

Karl Marx (1818-1883)
            Sumbangan utama karl marx sosiologi terletak pada teorinya mengenai kelas yang disajikan dalam berbagai tulisan termasuk dalam the communist manifesto marx berpendapat bahwa sejarah masyarakat manusia merupakan sejarah perjuangan kelas. Menurut marx perkembangan pembagian kerja dalam kapitalisme menumbuhkan dua kelas yang berbeda yaitu kaum bourgeouisie dan kaum proletar.
Emile Durkheim (1858-1917)
     Didalam buku the devision of labor in society merupakan suatu upaya durkheim untuk memahami fungsi pembagian kerja dalam masyarakat serta untuk mengetahui faktor penyebabnya. Durkheim berpendapat bahwa setiap manusia memerlukan solidaritas. Dalam buku rules of sociological method durkheim menawarkan definisi mengenai sosiologi.
Max Weber (1864-1920)
            Weber merupakan seorang ilmuan yang sangat produktif. Salah satu bukunya yang terkenal ialah the protestant ethic and the spirit of capitalisme. Dalam buku ini ia mengemukakan tesisnya yang terkenal mengenai keterkaitan antara etika protestant dan munculnya kapitalisme di eropa. Sumbangan weber yang tidak kalah penting ialah kajian mengenai konsep dasar sosiologi. Dalam uraian weber menyebutkan pula bahwa sosiologi ialah ilmu yang berupa memahami tindakan sosial.

BAB 2
Pokok-Pokok Bahasan Sosiologi
Pandangan Perintis
Emile durkheim berpendapat bahwa sosiologi ialah ilmu yang mempelajaari apa yang di namakannya fakta soial merupakan cara bertindak, berpikir dan berpendapat yang berada di luar individu dan mempunyai kekuaatan memaksa yang mengendalikannya. Untuk lebih jelasnya durkheim memberikan contoh salah satu diantaranya ialah pendidikan anak: sejak bayi seorang anak diwajibkan makan,minum tidur pada waktu tertentu, diwajibkan taat dan menjaga kebersihan serta ketenangan, diharuskan tenggang rasa terhadap orang lain, menghormati adat dan kebiasaan. Durkheim mengemukakan bahwa pembagian kerja dalam massyarakat di masa ini orang mungkin akan lebih cendrung menggunakan istilah lain seperti spesialisasi dan diferensiasi merupakan fakta sossial.
Pandangan max weber mengenai pokok pembahasan sosiologi sangat berbeda dengan pandangan durkheim. Apa yang di maksud max weber tindakan sosial? Menurutnya tidak semua tindakan manusia dapat di anggap sebagai tindakan soisal. Suatu tindakan hanya dapat di sebut tindakan sosial apabila tindakan tersebut di lakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain dan berorientasi pada prilaku orang lain. Menurut weber suatu tindakan ialah prilaku manusia yang mempunyai makna subjektif bagi pelakunya. Ahli sosiologi yang hendak melakukan penafsiran bermakna yang hendak memahami makna subjektif suatu tindakan sosial harus dapat membayangkan dirinya di tempat pelaku untuk dapat ikut menghayati pengalamanya.
C. Wright Mills brtpendapat bahwa untuk dapat memahami apa yang terjadi didunia maupun yang ada dalam diri sendiri manusia memerlukan apa yang dinamakan imajinasi sosiologi. Menurut mills imajinasi sosiologi ini akan memungkinkan kita untuk memahami sejarah masyarakat, riwayat hidup pribadi dan hubunganh antara keduanya.mills berpendapat bahwa untuk melakukan imajinasi sosiologi di perlukan dua peralatan pokok yaitu Trouble of milieu dan  public issues of sosial stucture. Trouble (kesusahan) berlangsung dalam ciri individu dan dalam jangkauan hubungan langsungnya dengan orang lain. Trouble merupakan masalah pribadi dan merupakan ancaman terhadap nilai yang didukung pribadi. Issues (isu) dipihak lain merupakan hal yang berada diluar lingkungann setempat individu dan diluar jangkauan kehidupan pribadinya. Issues merupakan sesuatu hal yang bersifat umum.   


Citra pertama menurut berger ialah bukan ciri khas ahli sosiologi ialah seseorang yang suka bekerja dengan orang lain, menolong orang lain, melakukan sesuatu untuk orang lain. Citra berikutnya ialah bahwa ahli sosiologi adalah seorang yang teoretikus dibidang pekerjaan sosial. Citra lain menggambarkan ahli sosiologi sebagai seorang yang melakukan reformasi sosial. Dalam gambaran lain seorang ahli sosiologi dianggap sebagai orang yang mencurahkan perhatianya pada pengembangan metodologi ilmiah untuk dipakai dalam mempelajari fenomena manusia. Citra lain memandang ahli sosiologi sebagai seorang pengamat yang memelihara jarak. Suatu kondep lain yang disoroti berger ialah konsep masalaah sosiologi. Menurutnya masalah yang menjadi pokok perhatian ahli sosiologi tidak sharus terdiri atas apa yang dilakukan orang lain dianggap sebagai masalah suatu masalah sosiologi tidak sama dengan masalah sosial.
Pembagian Sosiologi: Makrososiologi, Mesososiologi dan mikrososiologi
            Ada perintis sosiologi membagi sosiologi dalam sejumlah statistika sosial dan dinamika sosial ada pula yang membagi sosiologi dalam sejumlah sub disiplin. Nama yang diberikan untuk masing-masing bagian tidak selalu sama; broow dan Selznick membedakan antara tatanan makro dan tatanan mikro. Jack Douglas membedakan antara perspektif makrososial dan perspektif mikrososial, doylepaul jhonson membedakan antara jenjang makro dan jenjang mikro dan Randall Collins membedakan antra Makrososiologi dan Mikrososiologi. Jack Douglas membedakan antara sosiologi kehidupan sehari-hari menggunakan apa yang dinamakan perspektif sehari-hari interaksionis atau mikrososial sedangkan sosiologi struktur sosial mempelajari masyarakat secara keseluruhan serta hubungan antar bagian masyarakat. Collins mengemukakan bahwa mikrososial melibatkan analisis terinci mengenai apa yang dilakukan, dikatakan dan dipikirkan manusia dalam laju pengalaman sesaat sedanhgkan makrososial melihat analisiss proses sosial berskala besar dan berjangka panjang. Dari segi skala ruang Collins mengemukakan bahwa pokok bahasan sosiologi dapat berkisar mulai dari seseorang kelompok kecil, kerumunan atau organisai, komiun itassampai ke masyarakat teritorial. Dari segi waktu pokok bahasan sosiologi dapat berkisar mulai dari apa yang terjadi dalam suatu detik, menit jam, hari, bulan, tahun sampai ke suatu abad.
Disamping klasifikasi sosiologi dalam jenjang analisis ada pula ahli yang membuat pembagian ke dalam tiga jenjang. Gerhard Lenski mengemukakan bahwa sosiologi terdapat tiga jenjang analisis: Makrososiologi, Mesososiologi dan mikrososiologi. Jenjang mikrososiologi yang digumuli oleh para ahli mikrososiologi atau ahli psikologi sosial mempelajari dampak sistem sosial dan kelompok primer pada individu. Para ahli mesososiologi tertarik pada institusi khas dalam masyarakat mereka sedangkan para ahli makrososiologi mempelajari ciri masyarakat secaraa menyeluruh serta sistem masyarakat dunia. Dalam paandangan inkeles hubungan sosial merupakan molekul kehidupamn sosial. Menurutnya hubungan sosial merupakan satuan analisis khas sosiologi. Pandangan inkeles ini antara lain dipengaruhi pandangan max Weber mengenai hubungan sosial dan tindakan sosial menurut inkeles sosiologi tidak hanya membahyas bagian tertentu nmasyarakat melainkan dapat pula mempelajari masyarakat itu sendiri sebagai suatu analisis.
BAB 3
SOSIALISASI
Berger mendifinisikan sosialisasi sebagai proses melalui mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpatisipasi dalam masyarakat. Definisi ini disajikan dalm suatu pokok bahasan berjudul society in man dari sini tergambar pandanganya bahwa melalui sosiolisasi masyarakat dimasukan ke dalam manusia. 
Apa yang dipelajari seorang dalam proses sosialisasi? Menurut berger dan menurtu ejumlah tokoh sosiologi yang teorinya akan kita bahasa yang diajarkan melalui sosialisasi ialah peran-peran. Oleh sebab itu teori sosiolisasi sejumlah tokoh sosiologi merupakan teori mengenai peran.
Pemikiran Mead
Salah satu teori peran yang dikaitkan dengan sosialisasi ialah teori George Herbert mead. Dalam teorinya diuraikan dalam buku mind self and society mead menguraikan tahap pengembangan diri  manusia. Manusia  yang baru lahir belum mempunyai diri. Diri  manusia mead pengembangan dii manusia ini berlangsung melalui beberapa tahap yaitu tahap play,game stage dan generalized other.
Menurut mead pada tahap play stage pertama seorang anak mulai belajar mengambil peran orang yang berada disekitarnya. Ia mulai meniru peran yang dijalankan oleh orang tuanya. Dengan demikian kita sering melihat anak kecil yang dikala bermain meniru peran yang dijalankan ayh,ibu dll. Namun pada tahap ini sang anak belum sepenuhnya memahami isi peran-peran yang ditirunya. Pada taham kedua Game Stage  seorang anak tidak hanya telah mengetahui peran yang harus dijalankanya tetapi telah pula mengetahui peran yang harus dijalankan oleh orang lain dengan siapa ia berinteraksi. Pada tahap awal sosialisasi interaksi anak biasanya terbatasa pada sejumlah kecil orang lain, biasanya anggota keluarga. Menurut mead orang yang penting dalam proses sosialisasi ini dinamakan significant other . pada tahap ketiga sosialisasi seorang dianggap telah mampu mengambil peran-peran yang dijalankan orang lain dalam masyarakat. Ia telah mampu berinteraksi dengan orang lain dalam masyarakat karena telah memahami peranya sendiri  serta peran orang lain dengan siapa ia berinterakssi. Jika seseorang telah mencapai tahap ini maka menurut mead orang tersebut telah mempunyai suatu diri. Dari pandangan mead nampak jelas perndirianya bahwa diri seorang terbentuk melalui interaksi dengan orang lain.
Pemikiran Cooley
Pandangan lain yang juga menekankan pada peran interaksi dalam proses sosialisasi  tertuang dalam buah pikiran Charles H. Cooley. Menurut Cooley konsep diri seseorang berkembang melalui interaksi dengan orang lain. Diri yang berkembang melalui interaksi dengan orang lain oleh Cooley diberi nama looking glass self. Nama ini diberikan oleh karna ia melihat analogi antara pembentukan diri seseorang dengan prilaku orang yang sedang bercermin. Cooley berpendapat bahwa  looking glass self terbentuk melalui tiga btahap. Pada tahap pertama seseorang mempunyai persepsi mengenai pandangan orang lain terhadapnya. Pada tahap berikutnya seorang mempunyai persepsi mengenai penilaian orang lain terhadap penampilanya. Pada tahap ketiga seorang mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakanya sebagai penilaian orang lain terhadapnya itu. Untuk memahami pendapat cooley akan sisajikan contoh seorang mahasiswa cendrung memperoleh nilaai rendah dalam ujian nsemesternya dia merassa bahwa para dosen dalam jurusannya menganggap bodoh. Ia merasa pula bahwa karena ia dinilai bodoh maka ia kurang dihargai para dosennya karne kurang diohargai sehingga mahasiswa tersebut menjadi murung.
Apa yang terjadi bila seorang anak tidak mengalami sosialisasi? Karena kemampuan seorang anak untuk mempunyai diri untuk berperan sebagai anggota masyarakat tergantung pada sosialisasi maka seorang yang tidak mengalami sosialisasi tidak akan dapat berinteraksi dengan orang lain.
Agen Sosialisai
Siapa yang melaksanakan proses sosialisasi? Fuller dan Jacobs mengidentifikasi ada empat agen sosialisasi. Yaitu keluarga, teman bermain, sekolah dan media masa.
Keluarga
Pada awal kehidupan masyarakat biasanya agen sosialisasi terdiri atas orang tua dan saudara kandung. Gertrude Jeager mengemukakan bahwa peran para agen sosialisasi pada tahap awal ini terutama orang tua sangat penting. Sang anak sangat tergantung pada orang tua dan apa yang terjadi antara orang tua dan anak pada tahap ini jarang diketahui orang luar. Arti penting agen sosialisasi pertama pun terletak pada pentingnya kemampuan yang diajarkan pada tahap ini. Kemampuan bahasapun ditanamkan pada tahap ini proses sosialissasi akan gagal bilamana dilaksanakan terlambat ataupun terlalu dini.
Teman bermain
            Setelah mulai dapat berpergian seorang anak memperoleh agen sosialisai lain, teman bermain baik yang terdiri atas kerabat maupun tetangga dan teman sekolah. Dsini seoang anak mempelajari berbagai kemampuan baru, kalau dalam keluarga interaksi yang dipelajari dirumah melibatkan hubungan  yang tidak sederajat maka dalam kelompok bermain sorang anak belajar berinteraksi dengan orang yang sederajat karena sebaya. Pada tahap inilah anak memasuki Game Stage mempelajari aturan yang mengatur peran orang yang kedudukanaya sederajat.
Sekolah
            Agen sosialisasi berikut tentunya dalam masyarakat yang telah mengenalnya adlah sistem pendidikan formal. Disini seseorang mempelajari hal baru yang belum dipelajari dalam keluarga atau kelompok bermain. Pendidikan formal mempersiapkan untuk penguasaan peran-peran baru dikemudian hari dikala seorang tidak teragantung lagi pada orang tuanya. Sejumlah ahli sosiologi memusatkan perhatian mereka pada perbedaan antara sosialisasi yang berlangsung dalam keluarga denghan sosialisasi pada sistem pendidikan fomal. Robert Dreeben berpendapat bahwa yang dipelajari anak disekolah disamping membaca, menulis dan berhitung adalah aturan mengenai kemandirian, prstasi, universalisme dan spesifitas.
Menurut dreeben disekolah seorang anak harus belajar mandiri. Kalau dirumah anak dapat mengharapkan bantuan orang tuanya dalam melaksanakan berbagai pekerjaan maka disekolah sebagian besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab.  Aturan kedua yang dipelajari anak melibatkan prestasi. Dirumah peran seorang anak terkait dengan askripsi peran-peran yang dimilikinya seperti peran sebagai anak laki-laki atau perempuan sebagai adik atau kakak merupakan peran yang dibawa sejak kecil. Disekolah dipihak lain peran yang diraih dengan prestasi merupakan peran yang menonjol. Aturan ketiga yang dipelajari anak ialah aturan mengenai universalisme merupakan lawan aturan mengenai partikularisme. Dalam keluarga seorang anak cendrung mendapat perlakuan khusus dari orang tuanya karena ia adlah anak mereka disekolah setiap anak mendapat perlakuan yang sama. Spesfititas merupakan aturan keempat danmerupakan kebalikan dari kekaburan. Disekolah kegiatan siswa serta penilaian terhadap kelakuan merek dibatasi secara spesifik.
Media Massa
            Light, keller dan Calhoun mengemukakan bahwa media massa yang teriri atas media cetak, maupun media elektrinik merupakan bentuk komunikasi yang menjangkau sejumlah besar orang. Media massa diidentifikasi sebagai suatu agen sosialisasi yang berpengaruh pula terhadap prilaku khalayaknya. Media massa pun sering digunakan untuk mengukur, membentuk ataupun mempengaruhi pendapat umum. Kesadaran akan penting media massa bagi sosialisasi pun telah mendorong para pendidik untuk memanfaatkan media massa. Bagaimana dampak sebenarnya siaran media nmassa? Fuller dan Jacobs mengemukana bahwa dampak televisi sebagai agen sosialisasi belum diketahu dengan pasti.
Kesepadanan Pesan agen sosialisasi berlainan
            Sebagaimana telah kita lihat dai pemikiran Dreeben mengenai sosialisasi disekolah maka pesan-pesan yang disampaikan oleh agen sosialisasi yang berlainan tidak selamanya kepada satu dengan yang lain. Apa yang diajarkan kelurga mungkin berbeda dan bahkan mungkin bertentangan dengan apa yang diajarkan disekolah. Hal serupa berlaku pula pada agen sosialisasi lain apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh agen sosialisasi dalam msyarakat sepadanm dan tidak bertentangan melainkan saling mendukung maka proses sosialisasi diharapkan dapat berjalan relatif lancar. Namun dalam msyarakat yang didalamnya terdapat agen sosialisasi dengan pesan yang bertentangan dijumpai cendrung bahwa warga masyarakat yang menjadi proses sosialisasi sering mengalami konflik pribadi karena diombang ambingkan oleh agen sosialisai yang berlainan.
Sosialisasi Primer dan Sosialisai Sekunder
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia dalam kaitan inilah para ahli berbicara mengenai bentuk-bentuk proses sosialisasi setelah masa kanak-kanak, pendidikan sepanjang hidup atau pendidikan kesinambungan. Brgwr dan Luckman mendifinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil melalui mana ia menjadi anggota masyarakat sedangkan sekunder merke mendifiniskan sebagai proses berikutnya yang memperkena;kian individu yang telah disosialisasi ke dalam sektor baru dari dunia objektif masyarakatnya. Suatu bentuk desosialisai dan resosialisai yang banyak dibahas dikaalngan ilmuwan sosial ialah praktik yang dikenal dengan cuci otak. Sosialisasi antisipatoris merupakan suatu bentuk sosialisasi sekunder yang mempersiapkan sorang untuk peran yang baru dalam kajianya terhadap kehidupan dikalangan personel militer A.S Robert K.Merton antara lain membahas proses Sosialisasi antisipatoris ini khususnya dalam kasus kenaikan pangkat.
Pola sosialisasi
            Sosialisasi refrensip menekaankan pada penggunaan hukum terhadap kesalahan. Menurut jaeger Sosialisasi refrensip pun memkpunyai ciri lain seperti penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan, penekanan pada kepatuhan anak pad orang tua, penekanan pada komun ikasi yang bersifat satu arah, noverbal dan berisi perintah, titik berat sosialisasi pada orang tua dan pada keinginan orang tua, dan peran keluarga sebagai Significant Other. Pola keduaa yang disebutkan Jaeger ialah sosialisasi Partisipatoris merupakan pola yang didalamnya anak diberi imbalan manakah berprilaku baik baik, hukuman dan imbalan bersifat simbolik, anak diberi kebebasan, penekanan diletakan pada interaksi, komunikasi bersifat lisan, anak menjadi pusat sosialisasi, keperluan anak mdianggap pendting dan keluarga menjadi Generalized Other. 
BAB 4
INTERAKSI SOSIAL
Interaksi Sosial
Sejumlah ahli sosiologi menghususkan diri pada studi terhadap interaksi sosial, hal ini sesuai dengan pandangan ahli sosiologi seperti Max Waber bahwa pokok pembahasan sosiologi ialah tindakan sosial. Dalam sosiologi, berkembanglah cabang yang menghususkan diri pada kehidupan sehari-hari salah satunya yang dikenal dengan nama “the sociologi of everyday life situation” (lihat Douglas, 1973).
Interaksionisme Simbolik
Untuk mempelajari interaksi sosial digunakan pendekatan tertentu, yang dikenal dengan nama “interctionis perspective” (Douglas, 1973). Diantara berbagai pendekatan yang digunakan untuk mempelajari interaksi sosial, dijumpai pendekatan dengan nama interaksionisme simbolik (symbolic interctionism). Pendekatan ini bersumber pada pemikiran George Herbert Mead. Dari kata interaksionisme sudah nampak bahwa sasaran pendekatan ini ialah interaksi sosial, maka simbolik mengacu pada penggunaan simbol-simbol dalam interaksi. Simbol merupakan sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang mempergunakanya. Menurut White makna atau nilai tersebut tidak berasal dari sesuatu simbol, melainkan hanya dapat ditangkap melalui cara nonsensoris/melalui cara simbolik. Contohnya, makna suatu warna tergantung pada mereka yang menggunakannya. Warna merah misalnya, dapat diartikan berani.
Salah seorang penganut pemikiran Mead yang bernama Herbert Blummer, berusaha menjabarkan pemikiran Mead mengenai interksionisme simbolik. Menurutnya pokok fikiran interaksionalisme simbolik ada tiga; yang pertama ialah manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dipunyaisesuatu tersebut baginya.  Yang kedua makna yang dipunyai sesuatu tersebut berasal atau muncul dari interaksi sosial antara seseorang dengan sesamanya. Dan yang ketigamakna diperlakukan atau diubah malalui suatu proses penafsiran yang digunakan orang dalam menghadapi sesuatu yang dijumpainya.
Definisi Situasi
Konsep lain yang juga penting diperhaikan dalam bahasa mengenai interaksi sosial ialah konsep definisi situasi (the definition of situation) dari W. I. Thomas (1968). Menurut Thomas seseorang tidak segera memberikan reaksi manakala ia mendapat rangsangan dari luar. Menurutnya tindakan seseorang selalu didahului suatu tahap penilaian dan pertimbangan, rangsangan dari luar diseleksi melalui proses yang dinamakannya definisi atau penafsiran situasi. Thomas membedakan antara dua macam definisi situasi :  definisi situasi yang dibuat secara spontan oleh individu, dan definisi situasi yang dibuat oleh masyarakat.
Aturan Yang Mengatur Interaksi
Definisi situasi yang menurut Thomas dibuat oleh masyarakat itu merupakan aturan yang mengatur interaksi manusia. Dalam bukunya Symbols, selves, and society: understanding Interction David A. Karp dan W. C. Yoels (1979) menyebutkan tiga jenis aturan, yaitu aturan mengenai ruang, mengenai waktu, mengenai gerak dan sikap tubuh. Karena sebagian uraian mereka didasarkan pada karya ahli antropologi Edwar T. Hall. Hall mengemukakan bahwa dalam interaksi dijumpai aturan tertentu dalam hal penggunaan ruang. Pengamatan Hall terhadap penggunaan ruang beserta teori-teorinya dinamakan proxemics. Hall menyimpulkan bahwa dalam situasi social orang cenderung menggunakan empat macam  jarak: jarak intim (intimate distance), jarak pribadi (personal distance), jarak social (social distance), dan jarak public (public distance). Perlu ditekankan bahwa empat hal yang dikemukakan oleh Hall diatas hanya berlaku bagi bagian tertentu masyarakat Amerika,. Dari pengamatannya terhadap interaksi dikalangan warga masyarakat lain, Hall menyimpulkan bahwa pada masyarakat lain dijumpai aturan berbeda mengenai jarak.
Kommunikasi Nonverbal
Hall (1971) mengemukakan bahwa komunikasi nonverbal (nonverbal communication) atau bahasa tubuh (body language), yang menurutnya ada sebelum ada bahasa lisan dan merupakan bentuk komunikasi pertama yang pelajari manusia, kita gunakan secara sadar maupun tidak untuk menyampaikan perasaan kita kepada orang lain. Dengan menggunakann gerak tangan atau tubuh seperti memicingkan mata, mengancungkan ibu jari, menganggukan kepala dan lain-lain.
Interaksi dan Informasi
Karp dan Yoels dalam bukunya yang berjudul symbols, selves and society: understanding interaction (1979) mereka antara lain mengemukakan bahwa untuk berinteraksi, untuk dapat mengambil pesan orang seseorang perlu mempunyai informasi mengenai orang yang berada dihadapannya. Karp dan Yoels juga menyatakan bahwa ketiadaan atau kekurangan informasi mengenai orang yang tidak dikenal yang kita jumpai kita atasi dengan mencari informasi. Sumber-sumber informasi yang disebutkan Karp dan Yoels ialah cirri fisik yang diwarisi sejak lahir seperti, jenis kelamin, usia, ras, serta penampilan dan percakapan.
·         Warna kulit
Menurut Karp dan Yoels cirri yang dibawa sejak lahir seperti jenis kelamin, usia dan ras sangat menentukan interaksi. Dalam masyarakat yang mengenal diskriminasi ras seperti Amerika Serikat misalnya, interaksi tergantung pada warna kulit orang yang berinteraksi.
·         Usia
Usia juga merupakan factor yang ikut menentukan pola interaksi. Dalam banyak masyarakat interaksi dengan orang yang dianggap lebih tua sering berbeda dengan interaksi dengan orang yang sebaya serta dengan orang yang lebih muda.


·         Jenis kelamin
Untuk menggaris bawahi pentingnya peran jenis kelamin bagi kelancaran interaksi Karp dan Yoels mengisahkan kesukaran berinteraksi yang terjadi manakala salah satu pihak jenis kelaminnya tidak jelas, seperti halnya waria, bagaimana kita harus menyapanya, kasus ini memperlihatkan bahwa ketidak jelasan mengenai jenis kelamin mempersulit interaksi.
·         Penampilan Fisik
Karp dan Yoels menyajikan sejumlah hasil penelitian yang antara lain memperlihatkan bahwa orang yang berpenampilan fisik menarik lebih mudah memperoleh pasangan, dan bahwa orang yang merasa dirinya tidak menarik mengeluh karena mengalami kesukaran dalam pergaulan.
·         Bentuk tubuh
Suatu factor lain yang dikemukakan Karp dan Yoels ialah bentuk tubuh, mereka melaporkan temuan penelitian wels dan siegal bahwa orang cenderung menganggap adanya keterkaitan antara bentuk tubuh dan watak manusia.
·         Pakaian
Pernakah anda mengalami bahwa oleh petugas suatu kantor atau tempat hiburan, anda disapa dengan sebutan “bapak atau ibu” karena mengenakan busana tertentu, pengalaman-pengalaman seperti ini menunjukan bahwa pakaian merupakan factor yang mempengaruhi interaksi.
·         Wacana
Karp dan Yoels menyatakan bahwa pernyataan mengenai tempat tinggal, jumlah anak, pekerjaan, dapat berfungsi sebagai informasi mengenai status orang, selain merupakan sebagai topic pembicaraan.
Goffman dan Prinsip Dramaturgi
Salah seorang ahli sosiologi masa kini yang memberikan sumbangan penting terhadap  kajian interaksi ialah Erving Goffman, ia menggunakan prinsip yang dinamakan dramaturgi, yang oleh Margaret poloma didefinisikan sebagai pendekatan yang menggunakan bahasa dan khayalan teater untuk menggambarkan fakta subjektif dan objektif dari interaksi sosial . Goffman dalam bukunya: the presentation of self in everyday life (1959), ia memulai uraiannya dengan menyatakan bahwa individu yang berjumpa orang lain akan mencari informasimengenai orang yang dijumpainya atau menggunakan informasi yang telah dimilikinya, antara lain dengan tujuan memanfaatkan informasi tersebut untuk mendefinisi situasi. Goffman membedakan dua macam pernyataan: pernyataan yang diberikan, dan pernyataan yang dilepas. Menurut Goffman dalam proses ini masing-masing pihak akan berusaha mendefinisikan situasi dengan jalan melakukan pengaturan kesan.



Dari Berjumpa Sampai Berpisah
            Ruang cakupan interaksi cukup luas mulai dari interaksi antar orang yang tidak saling kenal sampai interaksi antar orang yang berhubungan sangat intim. Mar L.knapp membahas berbagai tahap yang dapat kita bagi dalam dua kelompok besar, tahap yang mendekatkan peserta interaksi dan tahap yang menjauhkan mereka.
            Tahap yang mendekatkan dirincikan menjadi tahap memulai, menjajaki, meningkatkan, menyatupadukan dan mempertalikan. Menurut knapp peningkatan hubungan terjadi secara hati-hati dan bertahap. Tahap penyatupaduan merupakan suatu tahap antara yang menjembatani peningkatan hubungan dan tahap pertalian pada tahap ini masing-masing pihak mulai merasakan dirinya sebagai suatu kesatuan dan pihak luar pun mulai memperlakukan kedua individu sebagai suatu kesatuan. Pertalian merupakan tahap terakhir dalam proses interaksi yang mempersatukan dan ditandai diresmikanya pertalian yang terjalin oleh masyarakat.   
            Tahap perenggangan berikutnya ialah kegiatan membatasi. Knapp pada tahap ini pembahsan mengenai hubungan mulai dihindari. Pokok pembicaraan menjadi lebih dangkal dengan bantahan, sangkalan, keluhan,larangan, perintah. Tahap terakhir dalam kerenggangan hubungan ialah tahap pemutusan hubungan. Menurut knapp pada tahap ini pemutusan dikomunikasikan melalui pernyataan mengenai jarak dan pemisahan diri. Dengan adanya jarak komunikasi diharapkan agar terhalang dengan berlangsungnya pemisahan diri masing-masing pihak diharapkan dapat meneruskan hidupnya tanpa kehadiran pihak lain.
BAB 5
TATANAN SOSIAL DAN PENGENDALIAN SOSIAL
Pokok Pembahsan Makrososiologi
Sebagaimana telah kita lihat dalam pembahsan mengenai pembagian sosiologi dalam mikrososiologi dan makrososiologi maka mesososiologi dan makrososiologi mempelajari tatanan makro mempelajari struktuk sosial, menurut Randall Cillins makrososiologi menganalisa proses sosial berskala bersar dan jangka panjang. Dalam skala ruang dan waktu yang disusun collins pokok perhataian makrososiologi bergerak dan kerumunan, organisasi ke arah komunitas dan maasyarakat teritorial dan dari hari, minggu, bulan, tahun ke abd. Makrososiologi tidak memperhatikan apa yang terjadi dengan individu atau kelompok kecil dan apa yang terjadi dalam jangka waktu pendek seperti deyik, menit dan jam melainkan proses jangka panjang seperti sekularisasi, rasionalisasi, industrilisasi, modernisasi munculnya kapitaslisasi dan urbanisasi.
Berbeda dengan mikrososiologi yang menggunakan sdutu pandang sehari-hari maka makrososiologi menggunakan sudut pandang struktur, makrososiologi menggunakan sudut pandang klasik emile durkheim. Menurut Douglas ciri makrososiologi ialah antara lain mengikuti ilmu-ilmu alamiah seperti pencarian hukum sebab akibat dalam masyarakat, pengukuran variabel dan pengujian proposisi dan penekanan pada penlitian terapan.
Apa yang menjadi pokok bahsan makrososiologi? Menurut aleh inkeles sosiologi mempelajari hubungan sosial, institusi dan masyarakat. Perumusan emile durkheim mengenai pokok bahasan sosiologi menunjukan bahwa pokok perhatian sosiologimialah tatanan medo dan makro karena fakta sosial mengacu pada institusi yang mengendalikan individu dalam msyarakat selain itu sebagaimana dikemukakan oleh inkeles durkheim berpendapat bahwa sosiologi ialah ilmu masyarakat dan mempelajari institusi.
Struktur Sosial
Menurut Douglas mikrososiologi mempelajari situasi sedangkan makrososiologi mempelajari struktur. George C. Homans mengkaitkan struktur dengan perilaku sosialial elementer dalam hubungan sosial sehari-hari sedangkan gerhard Lenski berbicara mengenai struktur masyrakat yang diarahkan olejh kecendrungan jangka panjang yang menandai sejarah. Talcott Parsons berbicara mengenai struktur ia berbicara mengenai kesalingterkaitan antara institusi bukan kesalingterkaitan antarmanusia makan coleman melihat struktur sebagai pola hubungan antarmanusia dan antrakelompokj manusia. Yang penting untuk diperhatikan ialah bahwa manakalah seorang ahli berbicara mengenai struktur maka ia berbicara mengenai sesuatu yang terdiri atas bagian yang saling tergantung dan membentuk suatu pola tertentu.
Dalam pembahsan struktur sosial dikenal dua konsep penting yaitu status dan peran. Definisi  ralph linton mengenai kedua konsep tersebut status ialah suatu kumpulan hak dan kewajiban sedangkan peran ialah the dynamic aspect of a status. Menurutnya seseorang menjalankan peran manakala ia menjalankan hak dan kewajiban yang merupakan statusnya. Menurut linton status yang diperoleh ialah status yang diberikan kepada individu tanpa memandang kemampuan atau perbedaan antarindividu yang dibawa sejak lahir. Menurut merton ciri dasar dari suatu struktur sosial ialah bahwa status tidak hanya meliobatkan satu peran terkait melainkan sejumlah peran terakit. Merton memperkenalkan konsep perangkat peran yang didefinisikan perlengkap hubungan peran yang dipunyai seorang karna menduduki suatu status sosial tertentun.
Institusi Sosial    
Durkheim mengemukakan bahwa sosiologi mempelajari institusi, dalam bahasa indonesia dijumpai terjemahan berlainan dari konsep institutional. Kornblum membuat definisi suatu struktur status dan peran yang diarahkan ke pemenuhan keperluan dasar anggota masyarakat. Harry M. Jhonson mengemukakan bahwa institusi ialah seperangkat norma yang terinstitusionalisasi.yaitu telah diterima sejumlah besar anggota sistem sosial, ditanggapi secara sungguh-sungguh dan diwajibkan ndan terhadap pelangganya dikenakan sanksi tertentu. Peter L. Berger mendefinisikan institusi ialah a distinctive complex of social actions untuk memudahkan pemahaman mengenai konsep institusi berger mengacu pada pendapat arnol gehlen yang menamakan institusi duatu yang menyalurkan tindakan manusia laksana mengatur tindakan hewan.
Masyarakat
Marion Levy mengemukakan empat kriteria yang perlu dipenuhi agar suatu kelompok dapat disebut masyarakat yaitu: kemampuan bertahan melebihinnmasa hidup seorang individu, rekrutmen seluruh atau sebagian anggota melalui reproduksi, kesetian pada suatu sistem tindakan uatama bersama, adanya sistem tindakan bersama yang bersifat swasembada. Inkeles mengemukakan bahwa sesuatu kelompok hanya dapat kita namakan masyarakat bila kelompok tersebut memenuhi keempat kriteria tersebut atau bila kelompok tersebut dapat bertahan stabil untuk beberapa generasi walaupun sama sekali tidak ada orang atau kelompok lain diluar kelompok tersebut. Talcott Parsons merumuskan kriteria bagi adanya masyarakat menurutnya masyarakat ialah suatu sistem sosial swasembada melebihi masa hidup individu norma dan merekrut anggota secara reproduksi biologis serta melakukan sosialisasi terhadap generasi berikutnya.
Pengendalian Sosial
Dalam uraiannya mengenai konsep fakta sosial Durkheim menyebutkan bahwa fakata sosial dapat kita ketahui dari kekuatan paksaan luar yangdijalankanya atau yang dapat dijalankanya terhadap individu. Menurut durkheim selanjutnya adanya kekuatan paksaan luar ini dapat kita ketahui dari sanksi tertentu dan perlawanan yang diberikan terhadap setiap usaha individu untuk melanggar fakta sosial. Durkheim mengemukakan pula bahwa fakta sosial berada diluar individu ddan memiliki daya paksa untuk mengendalikan individu tersebut dari perumusan ini nampak bahwa individu harus menaati sejumlah aturan yang terdapat dalam masyarakat, bahwa masyarakat menjalankan pengendalian sosial terhadap individu.
Apa yang dimaksud dengan pengendalian soaial? Berger mendefinisikan penegndalian sosial sebagai berbagai cara yang digunakan masyarakat utnuk menertibkan anggota yang membangkang. Roucek yang mengemukakan bahwa konsep pengendalian sosial baru yang digunakan dalam sosiologi pada tahun 1894 oleh small dan vincent pengendalian sosial adalah suatu nistilah kolektif yang mengacu pada proses terencana mapun tidak melalui mana individu diajarkan, dibujuk ataupun dipaksa untuk menyesuaikan diri pada kebiasaan dan nilai hidup kelompok. Definisi Roucek ini nampaknya lebih luas dari pada definisi berger kaarena definisi roucek tidak hanya terbatas pada tindakan terhadap mereka yang membangkang tetapi mencakup proses yang dapat kita klasifikasikan sebagai proses soisalisasi.   
BAB 6
INSTITUSI SOSIAL
Disini kita akan melihat sejumlah institusi utama yaitu institusi dibidang ekonomi, politik, keluarga, pendidikan dan nagama.
Institusi Keluarga
Tipe Keluarga
Dalam sosiologi keluarga biasanya dikenal pembedaan antara keluaraga bersistem konsanguinal dan konjungal. Kelurga yang bersistem konsanguinal menekankan pada pentingnya ikatan darah sedangkan kelurga yang bersistem konjungal menekankan pada pentingnya hubungan perkawinan, ikatan dengan suami atau istri cendrung dianggap lebih penting dari pada ikatan dengan orang tua.
Pembedaan tipe keluarga yang dikenal pula ialah keluarga orientaasi dan keluaraga prokreasi. Keluarga orientasi ialah keluarga yang didalamnya seseorang dilahirkan sedangkan kelurga prokreasi ialah yang dibentuk seseorang dengan jalan menikah  dan mempunyai keturunan. Pembagian tipe keluarga yang lain lagi ialah keluarga batih dan keluargta luas. Keluarga batih merupakan satuan keluarga terkecil yang terdiri atas ayah, ibu dan anak. Keluarga luas terdiri atas beberapa keluarga batih. Yang terdiri atas beberapa orang laki-laki kaka beradik berserta anak-anak mereka dan saudara kandung perempuan mereka yang belum menikah.
Aturan Mengenai Perkawinan
Setiap masyarakat mengenai berbagai aturan mengenai perkawinan. Ada aturan mengenai apakah jodoh harus berasal dari anggota kelompok sendiri ataukah harus dari kelompok lain. Dan siapa diantara anggota kelompok sendiri yang boleh ataupun tidk boleh dinikahi, mengenai jumlah norang yang boleh dinikahi pada waktu yang sama, menganai tempat menetap setelah perkawinan dan aturan mengenai penentuan garis keturunan.
Incest Taboo
Satu aturan yang dijumpai dalam semua masyarakat mengatur mengenai siapa yang boleh dan tidak boleh dinikahi. Salah satu diantaranya ialah incest taboo yang melarang hubungan perkawinan dengan keluarga yang sangat dekat seperti perkawinan seorang anak dengan salah seorang orang tuanya atau perkawinan antara saudara kandung.
Bentuk Perkawinan
Pada dasarnya kita mengenal dua macam bentuk perkawinan, monogami (perkawinan antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan pada saat yang sama) dan poligami (perkawinan antara seorang laki-laki dengan perempuan pada waktu yang sama atau antara perempuan dengan beberapa laki-laki pada waktu yang sama). Pologami dibagi lagi dam bentuk perkawinan: poligini yaitu perkawinan antara seorang laki-laki dengan lebih dari seorang perempuan pada waktu yang sama), poliandri yaitu perkawinan antara seorang perempuan dengan lebih dari seorang laki-laki pada waktu yang sama dan perkawinan kelompok yaitu perkawinan dua orang laki-laki dengan dua orang perempuan atau lebih pada waktun yang sama.
Aturan lain yang berlaku dalam hubungan perkawinan ialah eksogami dan endogami. Eksogami ialah sistem yang melarang perkawinan dengan anggota kelompok sedangkan endogami ialah sistem yang mewajibkan perkawinan dengan anggota sekelompok.
Aturan Menganai Perkawinan
Dalam hal penarikan garis keturunan kita mengenal aturan partilineal, bilateral, matrilineal dam keturunan rangkap. Pada sistem patrilineal merupakan sistem yang paling banyak dijumpai garis keturunan ditarik melalui laaki-laki. Pada sistem bilateral merupakan garis keturunan ditarik melalui pihak laki-laki dan perempuan. Matrilinealgaris keturunan ditarik melalui perempaun. Pad sistem keturunan rangkap garis keturunan ditarik melalui laki-laki secara patrilineal dan melalui perempun secara matrilineal.
Pola Menetap
Dimana pasangan menetap setelah menikah? Mengenai hal ini dikenal pola yang berbeda-beda yaitun pola patrilokal, pola matri-patrilokal, pola matrilokal, pola patri-matrilokal, pola bilokal, pola neolokal serta avunculokal. Pada pola patrilokal pasangan yang baru menikah menetap bersama keluaraga pihak laki-laki. Pada pola matri-patrilokal suami mula-mula menetap bersama pihak perempuan. Pola matrilokal pasngan yang menikah menetap bersama pihak perempuan. Pola patri-matrilokal pasangan yang baru menikah semula menetap dipihak laki-laki dan kemudian dipindah ke keluaraga pihak perempuan. Pola bilokal ialah pola yang didalamnya pasangan nyang baru menikah dapat memilih untuk menetap dikeluarga laki-laki ataupun perempuan. Pola avunculokal merupakan suatu pola matrilineal yang didalmnya seorang laki-laki menetap didesa paman dari pihak ibu. Sedangkan pola menetap neolokal ialah pola yang didalamnya pasangan suami istri setelah menikah bebas untuk memilih tempat menetap diluar t empat keluarga laki-laki atau pihak perempuan.  
Fungsi Keluarga
Pertama berfungsi untuk mengatur penyaluran dorongan seks. Kedua reproduksi berupa pengembangan keturunan pun nselalu dibatasi dengan aturan yang menempatkan kegiatan ini dalam keluarga. Ketiga untuk menyosialisasikan anggota baru masyarakat sehingga dapat memerankan apa yang diharapkan darinya. Keempat  mempunyai fungsi afeksi, keluarga memberi cinta kasih pada seorang anak. Kelima memberikan status pada seorang anak bukan hanya status yang diperoleh seperti status yang terkai dengan jenis kelamin, urutan kelahiran dan hubungan kekerabatan tetapi juga termasuk didalamnya status memberikan perlindungan kepada anggotanya baik perlindungan fisik maupun yang bersifat kejiwaan.
Bertemu dan Berpisah Dalam Keluarga
Dengan terjadinya perceraan maka dengan sendirinya fungsi keluarga yang telah disebutkan ndiatas mengalami fganggguan dan pihak yang bercerai maupun anak-anak harus menyesuaikan diri dengan situasi baru. Dengan demikian peningkatan angka perceraian dalam masyarakat pun membawa peningkatan gaya hidup khas keluarga bercerai seperti hidup sendiri menjanda dan menduda.
Berkembangnya Gaya Hidup Baru
Dalam berbagai masyarakat baru kini telah berkembnag gaya hidup yang menyimpang dari pola kehidupan perkawinan dan hidup berkeluarga yang semula berlaku. Giddens mengidentifikasi tiga bentuk gaya hidup demikian: hidup bersama diluar nikah, keluarga orang tua homoseks, dan hidup membujang. Dalam pengamatan giddens hidup tanpa menikahpun merupakan suatu gejala yang semakin berkembang. Salah satu faktor yang menyebabkan penudaan perkawinan atau bahkan keinginan untuk tetap hidup membujang di kalangan orang muda ialah keinginan untuk tetap bebas. Padda usia lebih lanjut kehidupan membujang lebih cendrung disebabkan faktor lain seperti perceraian atau meninggalnya suami atau istri.
Kekerasan Dalam Keluarga
Keluarga memang berfungdi untuk menyalurkan perasaan anggota keluarga namun keluarga merupakan pula ajang pelampiasan nafsu. Sehubungan dengan ini gejala yang dikemukakan giddens ialah sering berlangsungnya kekerasan dalam keluarga, penganiayaan suami terhadap istri, penganiayaam orang tua terhadap anak dan perkosaan orang tua terhadap anak.
Institusi Pendidikan
Pokok Bahaasan Sosiologi Pendidikan
Pendidikan merupakan institusi yang juga mendapat perhatian besar dari para ahli sosiologi. Pokok bahasan utama dalam sosiologi pendidikan ialah institusi pendidikan formal dan institusi pendidikan formal terpenting dalam masyarakat ialah sekolah yang menawarkan pendidikan formal mulai dari jenjang prasekolah sampai jenjang pendidikan tinggi baik yang bersifat umum maupun khusus. Namun kita telah mengetahui pula bahwa diluar sekolah dijumpai berbagai bentuk pendidikan luar sekolah seperti pendidikan nonformal dan pendidikan informal.
Para ahli sosiologi pendidikan membagai pokok bahasan mereka menjadi sosiologi pendidikan jenjang makro, meso dan mikro. Makrososiologi pendidikan mempelajari hubungan antara pendidikan dan institusi lain dalam masyarakat, mesosoiologi pendidikan mempelajari hubungan antara satu oragnisasi pendidikan, mikrososiologi pendidikan membahas interaksi sosial yang berlangsung dalam institusi pendidikan. Mesosoiologi dan Mikrososiologi pendidikan antara lain mempelajari sekolah sebagai suatu sistem sosial. Pada jenjang Mesososiologi seorang ahli sosiologi pendidikan dapat mempelajari sekolah sebagai suatu organisasi. Pada jenjang Mikrososiologi seorang ahli sosiologi pendidikan antara lain mempelajari hubungan dan interaksi antara siswa sakolah.
Fungsi Pendidikan
Institusi pendidikan dikaitkan dengan berbagai fungsi. Dalam kaitan ini ahli sosiologi yang membedakan antara fungsi manifes dan laten. Menurut Horton dan Hunt fungsi manifes institusi pendidikan ialah mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah, mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi maupun bagi partisipasi dalam demokrasi dan sebgainya. Fungsi manifesialah fungsi yang tercantum dalam kurikulum sekolah. Adanya sekolahpun menanamkan nilai baru yang kadangkalaa bertentangan dengan apa yang diajarkan dirumah sehingga memperlemah pengendalian orang tua terhadap anak mereka.
Sekolah pun mempunyai potensi untuk menanamkan nilai yang menjadi dasar bagi pembangkangan terhadp masyarakat. Oleh sebab sekolah dan orang tua sering berbeda paham  mengenai pelajaran yang dapat diberikan kepada anak. Selain itu pendidikan formal pun antaraa lain berfungsi untuk mempertahankan sistem stratifikasi yang ada dengan jalan menyosialisasikan anak untiu,k menerima sistem perbedaan prestise, prestise dan status yang ada. 
Institusi di Bidang Agama
Agama merupakan suatu institusi penting yang mengatur kehidupan manusia. Bahwa bagi durkheim agama ialah suatu sistem terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci dan bahwa kepercayaaan dan praktik tersebut mempersatukan semua orang yang beriman ke dalam suatu komunitas moral yang dinamakan umat. Perlu ditambahkan disnini bahwa menurut durkheim semua kepercayaan agama mengenai pembagian semua benda yang ad dibumi ini baik yang berwujud nyata maupun berwujud ideal ke dalam dua kelompok yang saling bertentang yaitu hal yang bersifat profan dan hal yang bersifat suci.
                   Giddens agama lebih luas dari pada monotheisme dan mencakup pula politeisme, ada pula yang tidak menetapkan antara moral bagi umatnya, ada agama yang tidak menjelaskan asal-usul alam semesta dan ada agama yang tidak mengenal kekuatan adikodrati. Kita perlu memperhatikan padanangan ahli sosiologi agama Robert Bellah bahwa diluar institusi agama kita adanya himpunan kepercayaan dan ritual yang dinamakan Civil Religion yang dimaksud bella ialah kepercayaan dan ritual diluar agama yang dijumpai pada institusi politik seperti pemujaan pemimpin dll. Karana sukarnya mendifiniskan konsep agama Light, Killer dan Calhoun memilih untuk memusatkan perhatianya pada unsur dasar yang dijumpai pada agama yaitu kepercayan agama, simbol agama, praktik agama, pengalaman agama.
Fungsi Agama
            Horton dan Hunt membedakan antara fungsi manifes dan fungsi laten. Menurut mereka fungsi manifes agama berkaitan dengan segi doktrin, ritual dan aturan perilaku dalam agama. Namun yang juga penting diketahui adalah fungsi laten agama.dalam kaitan ini durkheim terkenal karena pandanganya bahwa agama mempunyai fungsi positif bagi integrasi masyarakat baik pada tingkat mikro maupun makro. Disegi makro agamapun menjalankan fungsi positif karena memenuhi keperluan masyarakat untuk secara berkala menegakan dan memperkuat perasaan dan ide kolektif yang menjadi ciri dan inti persatuan masyarakat tersebut.
Agama dan Perubagan Sosial
            Para ahli sosiologi agama mengkaji hubungan antara agama dan perubahan sosial. Dalam banyak masyarakat perubahan sosial sering diiringi dengna gejala sekularisme yang oleh giddens didefiniskan proses melalui mana agama kehilangan pengaruhnya terhadap berbagai segi kehidupan manusia dan oleh light, keller dan Calhoun didefinisikan sebagai proses melalui mana perhatian terhadap hal yang bersifat rohania semakin berkurang. Para ahli sosiologi mengemukakan bahwa proses ini sering kali memancing reaksi dari kalngan agama yang dapat berbentuk perlawanan maupun penyesuaian diri. Dampak perubahan sosial dapat pula berwujud dalam perubahan agama. Bellah misalnya mengemukakan bahwa dalam agama secara bertahap berlangsung evolusi ke arah difrensiasi, kekomprehensifan dan rasionalistas yang besar.
Agama dan Institusi lain Dalam Maysarakat
            Kesalingterkaitan antara institusi agama dan institusi lainya merupakan pokok kajian yang diterkuni berbagai ahli sosiologi agama. Salah satu kerterkaitan dijumpai dibidang keluarga. Kita pun dapat mengamati keterkaitan agama dengan politik. Sebelumnya terjadi penyederhanaan partai politik yang diikuti dengan diterimanya pancasila sebagai satu-satunya asa di mas lalu dinegara kita pernah terdapat partai politik berbasis agama. 
            Agama pun ada kaitanya dengan institusi ekonomi. Keterkaitan antara agama dan ekonomi ini dikaji weber dengan tesisnya mengenai etika protestan dan semngat kapitalisme. Di inddonesia Clifford Geertz pun pernah mempelajari keterkaitan anatara agama dengan kewiraswastaaan yaitu kewiraswastaan yang dijalankan oleh kaum santri dan kaum bangsawan hindu. Pendidikan pun merupakan institusi yang terkait dengan agama. Dalam sitem pendidikan kita, mata pelajaran agama diberikan mulai dari jenjang taman kanak-kanak sampai pendidikan tinggi.
            Dalam pembahasan kita mengenai stratifikasi kita telah menjumpai adanya keterkaitan antara agama dan stratifikasi. Telah kita lihat bahwa anggota sekte, gereja atau denominasi berbagai agama di amerika serikat tidak tersebar secara acak di berbagai lapisan sosial melainkan cendrung mengelompok di kelas tertentu.
Institusi Ekonomi
            Dalam pembahsan mengenai sosiolologi kehidupan perekonomian. Neil J. Smelser merincikan pemikiran spancer, Durheim dan weber mengenai integrasi kegiatan ekonomi. Smelser mengemukakan bahwa dalam pandangan evolusioner spancer masyarakat secara sislih berganti mengalami proses integrasi dan diferensiasi sehingga lambat laun tumbuh dari masyarakat homogen menjadi heterogen. Melalui proses evaluasi ini pula maasyarakat berkembang dari tipe militer yang diintegrasikan secara paksa menjadi tipe masyarakat industri yang diintegrasikan oleh hubungan kerja sama secara sukarela yang didasarkan pada kontrak.
            Apa yang dipelajari sosiologi perekonomian? Dalam pandangan smelsel sosiologi ekonomi merupakan kajian sosiologi terhadap kompleksnya kegiatan yang melibatkan produksi, distribusi, pertukaraan dan konsumsi bara dan jasa yang bersifat langka. Perhatian para ahli sosiologi pada kegiatan ekonomi telah melahirkan beberapa spesialis dalam sosiologi yang menunjang sosiologi perekonomian. Smelsel menyebutkan antara lain perkembngan sosiologi industri dan sosiologi profesi.

Ideologi Ekonomi
            Dalam perkembangan sejarah kita menjumpai berbagai ideologi ekonomi. Ideologi ekonomi tersebut menjdi dasar penciptaanya beraneka sistem ekonomi yang mempengaruhi operkembangan masyarakat. Kornblum mengidentifikasikan tiga ideologi ekonomi: merkantilisme, kapitalisme dan sosialisme serta bebrapa variaasi darinya seperti sosialisaasi demokratis dan walfare capitalisme.
Kapitalisme
            Sebagaimana telah kita lihat dari sejarah dan berkembangnya kapitalisme yaitu sistem ekonomi yang didasarkan pada pemilikan pribadi atas sarana produksi dan distribusiuntuk kepentingan pencarian laba pribadi ke arah pemupukan modal melalui persaingan bebas merupakan gejala yang menjadi pokok perhatian para perintis sosiologi. Apa yang merupakan prinsip dasar ideologi kapitalisme? Light, keller dan calhoun mengemukakan bahwa menurut pandangan adam smith prinsip dasar suatu masyarakat kapitalisme terdiri atas milik pribadi, motif mencari laba dan persaingan bebas. Light, keller dan calhoun selanjutnya mengemukakan bahwa sistem kapitalisme modern menganut pula asumsi lain yaitu pemupukan modal, penciptaan kekayaan dn ekspansionisme. Giddens membedakan antara tiga macam kapitalisme: kapitalisme keluarga, managerial capitalisme dan institutional capitalisme.
Sosialisme
Ideologi sosialisme ddapat dibagi ndalam sosiaalisme non-Marxis dan sosialisme Marxis. Ideologi sosialisme telah ada jauh sebelum zamanya Marx. Ketidakpuasan dengan terjadinya penderitaan, ketimpangan ekonomi dan ketidakadilan sebagai akibat berkembanganya industrilisasi dan kapitalisme telah melahirkan gerakan sosial di berbagai negara eropa abad 19 yang bertujuan merombak masyarakat ke arah persamaan hak dan pembatasan terhadap hak milik pribadi.
Perusahaan
Sebagaimana telah disebutkan diatas sosiologi mempelajari institusi dibidang ekonomi yaitu melaksanakan produksi dan distribusi barang dan jasa dalam masyarakat. Dalammasyarakat kita menjumpai berbagai bentuk organisasi yang terlibat dalam proses produksi dan distribusi barnga dan jasa.
Light, keller dan calhoun mengemukan bahwa dibidang perindsutrian dikenal adanya oligopoli yaitu industri yang didominasi beberapa perusahaan raksasa. Sebagaimana disebutkan diatas perusahaan besar dapat berkembang menjadi perusahaan multinasional yang mempunyai udah dan cabang di berbagai negara. Menurut  Light, keller dan calhoun perusahaan semacam ini pun sering dikritik karena sangat berkuasa dan kaya dan mampu menghindari kekuasaan negara dengan jalan memindahkan asetnya keluar negri.
Institusi Politik
Kornblum mendifinisikan institusi politik sebagai perangkat aturan dan status yang mengkhususkan diri pada pelaksaan kekuasaan dan wewenang. Contoh dari institusi uatama dibidang politik yang diajukannya ialah eksekutif, legislatif, judikatif, militer, keamanan nasional dan partai politik.
Tipe Dominasi
Kornblum mengemukan bahwa politik memntukan siapa memperoleh apa, bilamana dan bagaimana dan bahwa dasar politik ialah persaingan untuk memiliki kekuasaan. Menurut weber kekuasaan ialah kemungkinan untuk memaksakan kehendak terhadap perilaku orang lain tersebut dapat dilaksanakan dalam berbagai bidang kehidupan.
Menurut weber kekuasaan perlu dibedakan dengan dominasi. Kekhasan dominasi ialah bahwa paa dominasi pihak yang berkuas mempunyai wewenang sah untuk berkuasa berdasarkan aturan yang berlaku sehingga pihak yang dikuasi wajib menaati kehendak penguasa.
Weber membedakan antara tiga jenis dominasi: dominasi kharismatik, tradisional dan legal-rasional. Pada dominasi kharismatik keabsahan didasrkan pada kepercayaan bahwa sang pemimpin mempunyai kemampuan luar biasa. Dalam  dominasi ini yang menjadi dasar keabsahan pemimpin ialah kharisma. Salah satu tipe dominasi yang kemudian dapat berkembang ialah diminasi tradisional yang didalmnyaa penguasa melanjutkan tradisi yang telah ditegaskan oleh pemimpin kharismatik sebelumnya. Dalam tipe ini keabsahan kepemimpinan didasarkan pada tradisi. Tipe dominasi ketiga ialah dominasi Legal-rasional. Dalam tipe dominasi ini kekuasaan pemimpin didasarkan pada aturan hukum yang dibuat dengan sengaja atas dasar pertimbangan rasional. Dalam tipe ini keabsahan pemimpin didasarkan pada hukum, pemimpin ditunjuk atau dipilih atas dasar hukum pula.
Proses Politik
Sosioloi politik mempelajari proses politik. Kita telah lihat bahwa politik ialah persaingan untuk memperoleh kekuasaan ini dapat dengan mudah mengarah ke konflik yang dapat mengancam keutuhan masyarakat. Oleh sebab itu suatu masalah yang menjadi pokok perhatian Lipset ialah faktor yang menyebabkan terjadinya konflik daan kosensus.    
BAB 7
STARTIFIKASI SOSIAL
Konsep Stratifikasi
Pembedaan anggota msyarakat berdasarjan status yang dimilikinya dalam sosiologi dinamakan stratifikasi sosial. Berdasarkan status yang diperoleh dengan sendirinya. Kita menjumpai adanya berbagai macam stratifikasi. Anggota masyarakat dibeda-bedakan pula berdasarkan status yang diraihnya sehingga menghasilkan berbagai jenis stratifikasi lain. Suatu bentuk dari stratifikasi berdasarkan perolehan ialah stratifikasi usia. Dalam sistem ini anggota masyarakat yang berusia lebih muda mempunyai hak dan kewajiban berbeda dengan angggota masyarakat yang lebih tua. Asas senioritas yang dijumpai dalam stratifikasi berdasarkan usia ini dijumpai pula padabidang pekerjaan.
Masih pentingnya asas senioritas dijumpai pula dlam sistem kenaikan pangkat dosen. Stratifiksi jenis kelamain pun didasarkan pada faktor perolehan, sejak lahir laki-laki dan perempuan memperoleh hak dan kewajiban yang berbeda dan perbedaan tersebut sering mengarah ke suatu herarki. Ada pula stratifikasi yang didasarkan atas hubungan kekerabatan. Perbedaan hak dan kewajiban antara pihak anak, ayah, ibu, paman, kakek dan sebagainya sering mengarah ke suatu herarki.
Ada pula sistem stratifikasi yang didasarkan atas keanggotaan dalam kelompok tertentu seperti stratifikasi keagamaan, stratifikasi etnis, stratifikasi ras. Stratifikasi pendidikan, haka dan kewajiban warga masyarakat sering dibeda-bedakan atas dasar tingkat pendidikan formal yang berhasil mereka raih. Stratifikasi lain yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari ialah stratifikasi pekerjaan. Stratifikasi ekonomi yaitu pmbedaan warga masyarakat berdasarkan penguasaan dan pemilikan materi pun merupakan suatu kenyataan sehari-hari.
Konsep Stratifikasi Tertutup Dan Terbuka    
Apa ciri yang membedakan sistem stratifikasi berdasarkan perolehan dengan stratifikasi berdasarkan raihan? J.Milton Yinger memcoba merumuskan empat kriteria untuk membedakan sistem kelas, sistem kasta, dan sistem mayoritass-minoritas. Berdasarkan kriteria Yinger ini suatu sistem kasta ditandai oleh keanggotaan melalui kelahiran, endogami, kecendrungan dukungan institusi bagi perlakuan berbeda dan kecendrungan penerimaan status oleh kelompok yang lebih rendah.
Sistem mayoritas dan minoritas oun masih ditandai kecendrungan untuk menerima keanggotaan melalui kelahiran dan endogami, dukungan institusi bagia perlakuan berbeda dan kecendrungan penerimaan status oleh kelompok yang lebih rendah namun kecendrungan tersebut lebih lemah dari pada kecendrungan pada sistem kasta. Pada sistem kelas kecendrungan untuk menerima anggota melalui kelahiran dan pola hubungan endogami masih banyak dijumpai tetapi dalam frekuensi lebih kecil daripad kecendrungan pada sistem kasta dan sistem mayoritas dan minoritas dan institusi dalaam masyarakat mulai cendrung menentang perlakuan berbeda sedangkan sebagian besar anggota kelompok yang lebih rendah pun tidak menerima status lebih yang mereka duduki.
Dalam sosiologi kita mengenal pembedaan antara stratifikasi tertutup dan stratifikasi terbuka. Keterbukaan suatu sistem stratifikasi diukur dari mudah-tidaknya dan sering tidaknya seseorang yang mempunyai status tertentu memperoleh status dalam strata yang lebih tinggi. Menurut Yinger suatu sistem dinamakan tertutup samasekali manakala setiap anggota masyarakat tetap berada pada status yang sama dengan orang tuanya dan dinamakan terbuka sama sekali manakala setiap anggota masyarakat menduduki status berbeda dengan status orang tuanya.
Mobilitas Sosial
Dalam sosiologi mobilitas sosial berarti perpindahan status dalam stratifikasi sosial. Mobilitas sosial dapat mengacu pada individu maupun kelompok. Suatu pokok bahasan yang banyak mendapaat perhatian ahli sosiologi ialah masalah mobilitas intragenerasi dan mobilitas antargenerasi. Mobilitas intragenerasi mengacu pada mobilitas sosial yang dialami seseorang dalam masa hidupnya.mobilitas antargenerasi mengacu pada perbedaaan status yang dicapai seseorang dengan status orang tuanya.
Jumlah Lapisan Sosial Dalam Masyarakat
Berapakah jumlah lapisan sosial yang ada dalam suatu sistem stratifikasi? Dikalngan para ahli sosiologi kita menjumpai keanekaragaman dalam penentuan jumlah lapisan sosial. ada yang merasa cukup dengan kalisifikasi dalam dua lapisan. sejumlah ilmuwan membedakan antara tiga lapisan atau lebih.
Bernard berber memperkenalkan beberapa koncep yang mempertajam konsep stratifikasi. Salah satu diantaranya ialah koncep rentang yang mengacu pada perbedaan antara kelas teratas dengan kelas terbawah. Konsep terkait lainya yang dialukan barberd ialah konsep bentuk yang mengacu pada proporsi orang yang terletak dikelas sosial yang berlainan. Suartu startifikasi dapat berbentuk segi tiga. Ini berarti bahwa semakin tinggi posisi dalaam startifikasi semakin sedikit jumlah posisi yang tersedia.
Stratifikasi tidak selalu berbentuk segi tiga atau piramida karena kita sering menjumpai situasi yang di dalamnya terdapat sejumlah besar posisi rendah dan sejumlah kecil posisi tinggi. Dalam masyarakat industri maju dapaat dijumpai stratifikasi yang berbentuk intan, posisi di lapisan bawah dan atas berjumlah relatif sedikit bila dibandingkan dengan posisi di lapisan menengah.
Dimensi Stratifikasi
Diatas telah dibahas penggolongan anggto masyarakat berdasarkan berbagai deimensi ada dimensi Usia, jenis kelamin, agama, kelompok etnik, kelompok ras, pendidikan formal, pekerjaan, ekonomi. Dimensi  apakah yang digunakan para tokoh sosiologi klasik untuk mengkaji startifikasi sosial? Dengan demikian tidaklah mengherankan mengapa difrensiasi sosial merupakan pokok bahasan yang sejak awal sosiologi telah menarik perhatian para perintisnya. 
Pandangan mengenai startifikasi yang sangat menonjol dalam sosiologi ialah pandangan mengenai kelas yang di kemukakan oleh Karl Marx. Menurut Marx kehancuran feudalisme serta lahir dan berkembangnya kapitalisme dan industri modern telah mengakibatkan terpecahnya masyarakat menjadi dua kelas yang saling bermusuhan. Pandangan Marx ini dikecam oleh banyak ilmuwan sosial, kritik utama di tujukan pada digunakanya hanya satu dimensi yaitu dimensi ekonomi untuik menetapkan stratifikasi sosial. Banyak ilmuwan berpendapat bahwa disamping dimensi ekonomi juga dijumpai pula dimensi lain untuk membedakan anggota masyarakat. Kritik lain bahwa dalam kenyataan masyarakat industri mengenai lebih dari dua kelas  
Max Weber termasuk dianatara ilmuwan ssosial yang tidak sepakat dengan penggunaan dimensi ekonomi semata-mata untuk menentukan stratifikasi sosial. Oleh akrena itu ia mengemukakan bahwa di samping stratifikasi menurut dimensi ekonomi kita akan menjumpai pula stratifikasi menurut dimensi lain. Menurut Weber kelas ditandaai oleh beberapa hal. Pertama kelas merupakan sejumlah orangb yang mempunyai persamaan dalam hal peluang untuk hidup dan nasib, peluang untuk hidup tersebut ditentukan oleh kepentingan ekonomi berupa penguasaan atas barang serta kesempatan untuk memperoleh pemnghasilan dalam pasaran komoditas atau pasaran kerja.
Dimensi lain yang menurut weber digunakan orang untuk mebeda-bedakan anggota masyarakat ialah dimensi kehormatan. Menurut Weber manusia dikelompokan dalam kelompok status yang menurutnya laksana komunitas yang tak berbentuk. Kelompok status merupakan orang yang berbeda daalam situasi status yang sama yaitu orang yang berpeluang hidup atau nnasibnya ditentukan oleh ukuran kehormatan tertentu. Weber mengemukakan bahwa persamaan status terutama dinyatakan melalui persamaan gaya hidup. Menurut Weber warga masyarakat dapt dibedakan pula berdasarkan kekuasaan yang dipunya.
Suatu hal yang ditekankan Weber  ialah adanya kemungkinan adanya hubungan antara kedudukan menurut beberapa dimensi. Maksudnya seseorang yang mempunyai kekuasaan politik mungkin saja menduduki posisi terhormat dalam hirarki status dan bahkan menduduki posisi tinggi dalam hirarki kelas. Tetapi perbedaan anatara ketiga macam hirarki pun tetap diperhatikan ddan adanya ketidaksepadanan antara posisi ddalam dua atau tiga hirarki berlainan pun merupakan kemungkinan yang dapat saja terjadi.
Kelas Sosial
            Konsep kelas merupakan suatu konsep suatu konsep yang sudah lama digunakan dalam ilmu sosial. Makna yang diberikan paada konsep tersebut berbeda-beda meskipun konsep tersebut menduduki posisi sangat penting dalam teori Marx namun ia pun tidak pernah mendifinisikan secara tegas.
            Bagaimana para ilmuwan sosial masa kini mendefinisikan konsep kelas? Peter berger yang menganggap sistem kelas sebagaai tipe stratifikasi terpenting dalam masyarakat barat masa kini. Mendifinisikan a type of stratification in which one’s general position in society is basically determined by economic criteria. Jeffries pun mendasarkan pandanganya mengenai kelas pada pandangan para tokoh klasik tersebut diatas. Ia mengatakan bahwwa kelas sosial merupakan social and economic groups constituted by a coalescence of economic, occupational and educational bonds.    
            Secara ideal sistem kelas merupakan suatu sistem stratifikasi terbuka karena status di dalmnya dapat diraih melalui usaha pribadi. Dalam kenyataan sering terlihat bahwa sistem kelas mempunyai ciri sistem tertutup seperti misalnya endogami kelas. 
Penjelasan Bagi Adanya Stratifikasi
Moore dan Davis mengemukakan stratifikasi dibutuhkan demi kelangsuangan hidup maasyarakat. Dalam masyarakat terdapat status yang harus ditempati agar masyarakat dapat berlangsung. Sejumlah ahli sosiologi lainmelihat bahwa stratifikasi timbul karena dalam masyarakat berkembang permbagian kerja yang memungkinkan perbedaan kekayaan, kekuasan dan prestise. Kekayaan, kekuasaan dan prestise tersebut berjumlah sangat terbats sehingga sejumlah besar anggota masyarakat bersaing dan bahkan terlibat dalam konflik untuk memilikinya.
Dampak Stratifikasi
Perbedaan gaya hidup ini tidak hanya dijumpai pada herarki prestise tetapi juga pada herarki kekuasaan dan privilese. Dalam pembedaan antarkelas ini para ahli sosiologi sering berbicara mengenai simbol status yaitu simbol yang menandakan status seseorang dalam  masyarakat. Berger misalnya menjelaskan konsep simbolisme status sebagai berikut bahwa orang senantiasa memperlihatkan kepadd orang lain apa yang telah diraihnya dengan memaki berbagai simbol kita dapat menyimpulkan bahwa simbol status berfungsi untuk memberitahu status yang diduduki seseorang. Dalam kehidupan sehari-hari kita senantiasa menjumpai simbol status demikian salah diantaranya ialah cara menyapa.
Perbedaan status tidak hanya tercermin daricara menyapa, berbahsa dan cara bergaya. Dalam interaksi antara orang yang statusnya berbeda perbedaan status ini dapat dilihat pula dari pola komunikasi nonverbal yang terjadi. Status seseorang tercermin pula dari tipe dan letak tempat tinggalnya.
Dalam sosiologi masyarakat amerika simbol status merupakan satu konsep yang telah lama dan digunakan. Dalaam masyarakat tersebut perbaikan status dan pencapaiaan sukses melalui usaha dan prestasi merupakan kegiatan yang tiddak hanya dibenarkan tetapi bahkan dianjurkan. Dorongan untuk maju ini mengakibatkan suatu lomba meraih status yang dikenal dengan nama rat race. Untuk menunjukan status yang telah dicapai itulah simbol status menduduki tempat penting.
Makna Stratifikasi Bagi Peluang Hidup dan Perilaku
Kedudukan dalam suatu kelas sosial tertentu mempunyai arti penting bagi seseorang. Kita telah melihat bahwa Mmax Weber mengaitkan kedudukan dalam suatu kelas dengan peluang untuk hidup. Dalam buku class, status and power Bendix dan Lapset menyajikan sejumlah tulisan berbagai ilmuwan sosial yang memperlihatkan adanya perbedaan dalam perilaku kelas. Antara laain disebutkan bahwa perbedaan kelas sosial berkait dengan perbedqaan fertilitas, harapan hidup bayi pada waktu laahir, kestabilan keluarga, kesehatan mental, perilaku seks, kehidupan beragama, mode dan sikap politik.
Cara mempelajari Stratifikasi Sosial
Bagaimana kita dpaat mengenal stratifikasi sosial? Menurut Zanden dalam sosiologi digunakan tiga pendekatan berlainan untuk mempelajari stratifikasi sosial.
Pendekatan pertama yaitu pendekatan objektif demikian karena menggunakan ukuran objektif berupa variabel yang mudah diukur secara statistik seperti pendidikan, pekerjaan atau penghasilan. Menurut Zanden dalam pendekatan ini kelas dilihat sebagai suatu kategori statistik dengan memakai pendekatan objektif ini seorang ilmuwan sosial dapat menciptakan kategori statistik sendiri.
Pendekatan subjektif merupakan pendekatan yang menurut Zanden melihat kelas sebagai suatu kategori sosial sehingga ditandai oleh kesadaran jenis. Stratifikasi menurut pendekatan subjektif ini disusun  dengan meminta pada responden survei untuk menilai status sendiri dengan jalan menempatkan diri pada suatu skala kelas. Data yang terkumpul memberikan gambaran subjektif mengenai stratifikasi.
Dalam pendekatan ketiga pendekatan reputational para subjek penelitian diminta melihat status orang lain dengan jalan menempatkan orang lain tersebut pada suatu skala tertentu. Menurut Zanden disini kelas dipandang sebagai suatu kelompok sosial yang ditandai oleh kesadaran kelompok dan interaksi antar anggota. Dengan cara lain antara lain dapat  disusun suatu skala prestise pekerjaan yang memperlihatkan peringkat prestise suatu pekerjaan tertentu dalam suatu komunitas.
Upaya Mayarakat Untuk Mengurangi Ketidaksamaan
Sebagaimana telah kita lihat masyarakat mempunyai sistem stratifikasi tertutup menunjang ketidaksamaan sosial sehingga tidak menganjurkan mobilitas sosial. Masyarakat dengan sistem stratifikasi terbuka dipihak lain menganut atas persamaan sosial dan membenarkan serta menganjurkan mobilitas sosial. Dalam masyarakat demikian setiap orang mengharapkan perlakuan dan kesempatan yang sama tanpa memandang perbedaan yang dibawa sejak lahir seperti perbedaan jenis kelamin, usia, ras, bangsa dan agama.
Persamaan yang bagaimana yang dihendaki maasyarakat? Mengani hal ini terdapat perbedaan pandangan berbeda ada masyarakat yang berpandangan bahwa apa yang dapat diperoleh seorang anggota masyarakat tergantung pada kemampuanya. Maasyarakat lain lebih menekankan asas yang menyatakan bahwa pemerataan berarti pemerataan pendapat. Meskipun asas ini sangat menonjol pad komunisme yang berpandangan bahwa seseorang diharapkan menyumbangkan tenaganya pada masyarakat sesuai dengan kemampuanya tetapi akan memperoleh imbalan sesuai dengan keperluanya namun asas bahwa pemberian imbalan dalam masyarakat perlu didasarkan pada pemenuhan keperluan pokok anggota masyarakat pun dianut oleh banyak masyarakat yang tiddak menganut komunisme.
Untuk mengurangi ketiddaksamaan dalam masyarakat pemerintah berbagai negara menerapkan berbagai program. Dalm masyarakat kita pun terdapat berbagai usaha untuk membantu angota masyarakat yang tidak mampu memenuhi kerpluan pokok mereka. Beberapa masyarakat bahkan berusaha mengurangi ketidaksamaan dalam masyarakat dengan jalan membatasi perbedaan antarindividu. Usaha membatasi perbedaan anatr individu ini sering dilmulai sejak mas bayi. Karena disadari bahwa keluarga merupakan sumber utama ketidaksamaan sosial.     
BAB 8
JENIS KELAMIN DAN GENDER
Dari temuanya dilapangan mengani tiddak aanya hubungan antara kepribadian dengan jenis kelamin ini Mead menyimpul;kan bahwa kepribadian laki-laki dan perempuan tidak tergantung pada faktor jenis kelamin melainkan dibentuk oleh faktor kebudayaan. Perbedaan kepribadian antarmasyarakat maupun antarindividu menurut Mead merupakan hasil proses sosialisasi terutama pola asuhan dini yang dituntut oleh kebudayaan masyarakat yang bersangkuta.
Jenis Kelamin
Konsep seks atau jenis kelamin mengacu pada perbedaan biologis antara perempuan dan laki-laki pad perbedaan antara tubuh laki-laki dan perempuan. Dengan demikian manakala kita berbicar mengenai perbedaan kromosom pada jaanin. Pembahsan mengani bilologis yang umumnya dijumpai antara kaum laki-laki dan kaum perempuan seperti perbedaan pada bentuk , tinggi serta beraat badan, pad struktur organ reproduksi dan fungsinya, pad suara, pada bulu dll.
Gender
            Menurut definis Giddens konsep gender menyangkut perbedaan psikologis sosial dan budaya antara laki-laki dan pertempuan. Macionis mendefinisikan gender sebagai arti penting yang diberikan masyarakaat pada kategori biologis laki-laki dan perempuan. Sedangkan Lasswell mendefinisikan gender sebagai pada pengetahuan dan kesadaran baik secara sadar ataupun tidak. Bahwa pada diri seseorang tergolong dalam suatu jenis kelamin tertentu dan bukan jenis kelamin lain.
            Kalau Giddens menekankan pada perebedaan psikologis, sosial dan budaya antara laki-laki dan perempuan maka ahli lain menenkankan pada perbedaan yang dikonstruksikan secara sisual, perbedaan budaya, perilaku, kegiatan, sikap, perbedaan perilaku, atau pada perbedaan pengetahuan dan kesadaran seseorang.
Gender dan Sosialisasi
            Sebagaimana dikemukakan oleh kerstan gender tidak bersifat biologis melainkan dikonstruksikan secara sosial. Gender tidak dibawa sejak lahir melainkan dipelajari melalui sosialisasi. Oleh sebab itu menurutnya gender dapat berubah.
Keluarga Sebaga Agen Sosialisasi Gender
            Sebagaimana bentuk-bentuk sosialisasi yang lain maka sosialisasi gender pun berawal padda keluarga. Keluargalah yang mula-mula mengajarkan seseorang anak laki-laki untuk menganut sifat maskulin dan seorang anak perempuan menganut sifat feminim. Melalui proses pembelajaran gender yaitu proses pembelajaran feminimitas dan maskulinitas yang berlangsung sejak diri seseorang mempelajari proses gender yang oleh masyarakat dianggaap sesuai dengan jenis kelamin.
            Proses sosialisasi ke dalam peran perempuan dan laki-laki sudah berawal semenjak seorang bayi dilahirkan.slah satu mediaa yang digunakan orang tua untuk memperkuat identitas gender ialah mainanyaitu menggunakan mainan yang berbeda untuk tipe jenis kelamin.buku cerita kanak-kanak merupakan media lain untuk melakukan sosialisasi gender selain menggarisbawahi peran gender buku-buku demikian sering menonjolkan tokoh laki-laki yang penuh ambisius sedangkan perempuan yang berstaatus sebagai gadis , istri ataupun ibu diberi peran sebagai tokoh pembantu yang lebih pasif.
            Kesaddaran akanaadanya sosialisasi melalui pola asuh anak ialah menimbilkan keinginan untuk menerapkan pola asuh uang tidak bersifat seksis namun ddalam praktiknya terbukti bahwa ide semacm ini tidk mudah dilaksanakan.
Kelompok Bermain Sebagai Agen Sosialisasi Gender
Dibidang sosialisasi gender pun kelompok bermain menjalankan peran cukup besar. Dijumpainyasegregasi menurut jenis kelamin anak perempuan bermain dengan ank perempuan dan laki-laki bermain dengan nak laki-laki merupakan suatu kebiasaan yang cendrung memperkuat identitas gender. Pola segregasi menurut seks yang bermula daan bahkan sering dapat berlanjut sampai jenjang pendidikan tinggi. Sebagai agen sosialisasi kelompok bermain pun menerapkan kontrol sosial bagi anggota yang tidak menaatinya.
Sekolah Sebagai Agen sosialisasi Gender
            Sebagaimana agen sosialisasi gender sekolah menerapkan pembelajaran gender melalui media utamanya yaitu kurikulum formal. Pembelajaran gender di sekolah pun berlangsung semalui buku teks yang di gunakan. Bentuk pembelajaran lain berlangsung melalui apa yang oleh Moore daan Sinclair dinamakan kurikulum terselubung, para guru sering memperlakukan siswi secara berbeda dengan siswa. Perilaku dan sikap yang ditoleransi bila dilakukan siswa misalnya ada yang tidak dapaat ditoleransi bila dilakukan oleh siswi.
            Pemisahan yang mengarah ke segregasi menurut jenis kelamin sering terjadi manakala siswa mulai dijuruskan ke bidang ilmu tertentu. Siswi sering di kelompokan ke bidang ilmu sosial dan humaniora sedangkan siswa sering dikelompokan ke bidang ilmu pengetahuam alam.
Media Masa Sebagai Agen Sosialisasi Gender
Sebagaiman dengan buku cerita untuk kanak-kanak dan remaja serta buku pelajaran di sekolah maka medi masa pun sangat berperan alam sosialisasi gender baik melalui pemberitahuanya, kisah fiksi yang dimuatnya, maupun melalui iklan yang dipasang di dalmnya. Media massa bai media cetak maupun elektronik sering memuat iklan yang menunjang tereotip gender.
Gender dan Stratifikasi
Macionis mendefinisikan stratifikasi gender sebagai ketimpangan dalam pembagian kekayaan, kekuasaan dan privilese anatara laki-laki dan perempuan. Menurut Macionis ketimpangan ini dijumpai di berbagai bidang, didunia kerja, dalam pelaksanaan pekerjaan rumah tangga, dibidang pendidikan dan bidang politik. Selain ituperempuan pun cendrung menjadi korban kekerasan laki-laaki dari padda sebaliknya.


Gender dan Pendidikan
Dalam berbagai msyarakat maupun dalam kalangan tertentu dalam masyarakat daapat kita jumpai nilai dan aturan agama ataupun adat kebiasaan yang tidak mendukung dua bahkan melarang keikutsertaan anak perempuan dalam pendidikan formal. Meskipun demikian hingga kini kesenjangan pendidikan antara laki-laki masih tetap menandai dunia pendidikan dan pendidikan bagi semua orang masih merupakan suatu hatrapan yang masih jauh dari kenyatan di lapangan.
Gender dan Pekerjaan
Salah satu masalaah yang di hadapi kaum perempuan di berbagai masyarakat ialah adanya diskriminasi terhadap perempuan di bidang pekerjaan. Kasus ekstrim adalaah aturan yang melarang perempuan untuk bekerja di ranah publik. Ada masyarakat yang menerapkan berbagai macam diskriminasi di bidang pekerjaan seperti dalam hal rekrutmen, pelatihan, magang atau pemutusan hubungan pekerjaan.
Suatu bentuk diskriminaasi yang sering di alami pekerjaan perempuan ialah diskriminasi terhadap orang hamil. Diskriminasi terhadap orang hamil tersebut dapat berbentuk penolakan untuk mempekerjakanya, pemutudan hubungan kerja, keharusan cuti daan sanksi lain.
Semakin meningkatnya tingkat pendidikan penduduk di seluruh dunia telah mengakibatkan berkurangnya kesenjangan antara kedudukan laki-laki dan perempuan di bidang pekerjaan.namun bilamana jumlah perempuan dalam penduduk dijadikan patokan untuk mengukur kesenjangan maka kesenjangan yang di jumpai dalam angkatan kerja masih sangat lebar.
Gender dan Penghasilan
Kesejangan apa yang dijumpai pekerjaan perempuan dalam bidang pengahsilan? Dalam banyak masyarakat seornag pekerja apapun jeniskelaminya upa yang sama untuk pekerjaan sama. Namun di berbagai masyarakat lain pekerjaan laki-laki memperoleh upah lebih tinggi dari pada upah pekerjaan perempuan walupun pekerjaan yang di lakukan sama. Gejala semacm ini dinamakan diskriminasi upah berdasarkan jenis kelamin.    
Gender dan Kekuasaan
Gender dan Politik
Hak perempuan untuk memilih dan dipilih. Kalau selama beberapa dasawarsa kita telah menyaksikan keikutsertaan kaum perempuan di negara kita dalam pemilihan umum tidak untuk memilih anggota DPR,DPRD tingkat I dan II maupun dalam pemilihan umum memilih kepala desa maka kiata tentu membayangkan bahwa di masa lalu kaum peremp[uan tidak mempunyai hak pilih. Namun kita perlu ingat bahwa salah satu ketidaksamaan hak dalam politik yang hingga kini masih di alami kaum perempuan dalam banyak masyarakat ialah tidak di milikinya hak memilih dan dipilih.
Masa relatif terbatasnya jumlah posisi di dalm publik yang berhasil diraih kaum perempuan seperti misalnya di bidang eksekutif dan yudikatif di tingkat lokal regional maupun nasional serign di jadikan indikasi mengenai besarnya kesenjangan antara peralihan status perempuan dan laki-laki di bidang politik   
Gender dan Keluarga
Dalam banyak rumah tangga kita menemkan ketimpangan antara kekuasaa suami dan istri. Hal ini mengherankan karena berbagai masyarakat masih banyak dianut pandangan lama bahwa tempat seorang perempuan ialah di rumah dan di belakang dapur. Kajian terhadap pembagiuan kekuasaan antara suami dan istri telah melahirkan konsep keluarga simetri dan nkeluarga asimetris dari Willmoot dan Young dalam mana konsep pertama mengacu pda kekuasaan seimbang dan konsep kedua pada kekuasaan tidak seimbang.
Para ahli telah menggunakan berbagi indikator untuk mengukur pwmbGIn kerja  dan kekuasaan suami-istri dalam rumah tangga. Salah satucara ialah dengan merincikan pekerjaan ruma tangga apa saja dilakukan oleh siapa. Konsep Pahl untuk mengacu pada berbagai pola kekuasaan mengelolah keuangan rumah tangga ialah konsep  wife controlled polling, husband controlled pooling dan husband control.
Kekerasaan Terhadap Perempuan
Dalam interaksinya dengan laki-laki kaum perempuan sering mengalami berbagai bentuk kekerasan. Kekerasan tersebut dapat berbentuk hubungan seks secara paksa, kekerasan fisik ataupun pelecehan secaraa lisan. Ada yaang berbentuk perkosaan, kekerasan sewaktu kencan, kekerasan dalam ruamh tangga, kekerasan terhadap mitra intim dan pelecehan seksual.
Perkosaan
Kejahatan berupa perkosaan seakan-akan menjaddi bagian tetap kehidupan sehari-hari kita. Dalam media massa hampir tiap hari kita menemui berita mengenai berbagai bentuk perkosaan yanbv di alami warga masyarakat kita. Moore dan Sinclair menyajikan beberapa fakta daata mereka perkosaan sering di lakukan terhadap perempuan berusia muda oleh orang yang telah di kenal korban seperti tetangga, teman kencan, pacar atau kerabat. Fakta lain ialah bahwa perkosaan sering terjadi di dalam rumah korban sendiri. Dikemukaakan pula bahwa peristiwa perkosaan jarang di laporkan ke pihak berwajib. Karena perkosaan jarang di laporkan atau didiagnosisi maka America MedicalAssociation menganggap perkosaan sebagai epidemi kekerassan yang sunyi.
Mengapa perkosaan jarang di laporkan ke piha yang berwajib? Menurut Giddens perkosaan sering tidak dilaporkan karena sang korban ingin secepat mungkin melupakan kejadian yang telah mempermalukanya itu. Selain itu sang korban mungkin pula tidak tahu mengdu karena tidak bersedia menjalani pemeriksaan medik, pemeriksaan polisi dan pemeriksaan oleh hakim dn pengacara di pengadilan yang menurut pandanganya akan semakin mempermalukanya.
Kekerasan Domestik
Dalam kehidupan sehari-hari banyak orang baik perempuan maupun laki-laki megalami kekerasan di tangan orang yang dekat meeka. Dalam literatur kekerasan jenis ini dinamakan kekerasan domestik. The Family Violence Prevention Fund and the Trauma Fondation merumuskan kekerasan domestik sebagai tindakan ataupun ancaman tindakan pelecehan fisik, seks, psikologis ataupun ekonomis oleh seorang terhadap orang lain yang menjadi ataupun pernah menjadi mitr intimnya. Center For Disease Control pun mengamati bahwa kekerasan sering terjdi waktu dua orang yang belum terikat hubungan pernikahan sedang kencan sehingga menganggap perlu memperkenalkan konsep kekerasan waktu kencan. Karen dalam ranah domestik maupun publik kekuasaan perempuan cendrung lebih kecil dari pada laki-laki maka korban kekerasan domestik kekerasan terhadap mitra intim maupun kekerasan waktu kencan cendrung terdiri atas perempuan.
Pelecehan Seksual
Anda mungkin pernah menyaksikan bagaimana seorang atau beberapa laki-laki menggoda seorang perempuan di tempat umum dengan mengucapkan kata-kata tidak senonoh atau melakukan gerakan yang merupakan simbol hubungan seks. Berbagai bentu perlakuan tidak menyenangkan terhadap seseorang terutama kaum perempuan dinamakan pelecehan skes yang oleh Macionis didefinisikan sebagai komentar, isyarat atau kontak fisik yang bersifat seks, diulang-ulang dan tidak dikehendaki.        

  BAB 9
KELOMPOK SOSIAL
Kelompok sosial merupakan suatu gejala yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena sebagian besar kegiatan manusia berlangsung di dalamnya. Kalau pada awal hidup pergaulan anda cendrung terbatas pada interaksi dengan anggota keluarga, maka dalam tahap berikut anda mulai menjadi anggota kelompok lain, kelompok teman bermain. Setelah  mencapai usia sekolah anda menjadi anggota suatu prganisasi formal, sekolah dan mulai bergaul dengan teman sekolah, karyawan sekolah dan guru dan dalam sekolah anda pun menjadi berbagai anggota kelompok seperti OSIS, PMR, Pramuka dll. Setelah meninggalkan bangku sekolah anda akan bergabung dalam berbagai kelompok lain diberbagai bidang kehidupan, dibidang ekonomi, politik, keagamaan, kesenian. Disamping berbagai pengelompokan yang telah disebutkan oleh berbagai instansi andda juga akan digolongkan dalam berbagai kategori tertentu ke dalam jenis kelamin, golongan darah, kelompok usia dan sebagainya. Dari hal tersebut bahwa tanpa kita sadari sejak lahir hingga ajal kita sebenarnya menjadi anggota berbagai jenis kelompok. Oleh karna itu tidaklah mengherankan mengapa para tokoh sosiologi senantiasa mempunyai perhatian besar terhadap gejala pengelompokan manusia.
Konsep Kelompok
Klasifikasi Bierstedt
Bierstedt mengemukakan tiga kriteria untuk membedakan jenis kelompok yaitu ada tidaknya Organisasi, Hubungan sosial dianatara kelompok, kesadaran kenis. Berdasrkan ketoga kriteria tersebut Bierstedt kemudian membedakan empat jenis kelompok: kelompok statistik, kelompok kemasyarakatan, kelompok sosial, kelompok asosiasi.Kelompok Asosiatif ini para anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan menurut Bierstedt pada kelompok ini dijumpai persamaan kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama. Kelompok kemasyarakatan merupakan kelompok yang hanya memnuhi satu persyaratan yaitu kesadaran akan persamaan diantara mereka. Didalam kelompok jenis ini belum ada kontak dan komunikasi diantara anggota dan juga belum ada organisasi. Menurut Bierstedt kelompok ini dijumpai persamaan kepentingan pribadi tetapi bukan kepentingan bersama. Kelompok Sosial merupakan kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan berhubungan satu dengan yang lain tetapi tidak terikat dalam ikatan organisasi. Kelompok Statistik merupakan kelompok yang tidak memenuhi ketiga kriteria tersebut. Kelompok yang tidak merupakan organisasi, tidak adda hubungaan sosial antara anggota, ada tidak adanya kesadaran jenis. Oleh Bierstedt dikemukakan bahwa kelompok statistik ini hanya ada dalam arti analitis dan merupakan hasil ciptaan para ilmuan sosial.
Klasifikasi Merton
            Robert K. Merton merupakan salah satu seorang ahli sosiologi yang banyak menulis mengenai konsep kelompok. Dalaam salah satu tulisan merton mendefinisikan konsep kelompok secara sosiologi sebagai sekelompok orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola yang telah mapan. Merton menyeburkan tiga kriteria objektif bagi suatu kelompok. Pertama kelompok ditandai oleh sering terjadinya interaksi. Kedua pihak yang berinteraksi mendefinisikan diri mereka sebagai anggota. Ketiga pihak yang berinterakssi didefinisikan oleh orang lain sebagai anggota kelompok. Konsep lain yang diajukan pula oleh Merton ialah konsep kategori sosial. Kategori sosial adalah suatu himpunan peran yang mempunyai ciri sama seperti jenis kelamin atau usia. Anatara para pendukung peran tersebut tidak dapat interaksi.



Klasifikasi Kelompok
Durkheim: solidaritas mekanik dan solodaritas organik
Salah satu ahli sosiologi awal yang secara rinci membahas perbedaan dalam pengelompokan ini ialah Emile Durkheim. Dalam bukunya the divinision labor in societyia membedakan anatara kelompok yang didasarkan pada solidaritas mekanik dan kelompok slodaritas yang didassarkan pada solidaritas organik. Solidaritas mekanik merupakan ciri yang menandai masyarakat masih sederhana yang oleh durkheim dinamakan segmental. Dalam masyarakat demikian kelompok manusia tinggal secara tersebar dan hidup terpisah satu dengan yang lain.
Solidaritas organik merupakan bentuksolidaritas yang mengikat masyarakat kompleks masyrakat yang telah mengenal pembagian kerja yang rinci dan dipersatukan oleh kesalingtergantungan antarbagian. Tiap anggota menjalankan peran berbeda dan dianatara berbagai peran yang ada terdapat kesalingtergantungan laksana kesalingtergantungan antara bagian suatu organisme biologis. Karna adanya kesalingtergantungan ini maka ketidakhadiran pemegang peran tertentu akan mengakibatkan gangguan pada kelangsungan hidup masyarakat. Pada masyarakat dengan solidaritas organik ini ikatan utama yang mempersatukan maasyarakat bukan lagi kesadaran kolektif atau hati nurani kolektif melainkan kesepakatan yang terjalin dianatara berbagai kelompok profeksi.
Tonnies: Gemeinschaft dan Gesellschaft
            Ferdinand Tonnies dalam bukunya Gemeinschaft and Gesellschaft ia mengadakan pembedaan anatara dua jenis kelompok yang dinamakan Gemeinschaft dan Gesellschaft. Disini Gemeinschaft digambarkan sebagai kehidupan bersama yang intim, pribadi dan eksekutif, suatu keterikatan yang dibawa sejak lahir. Tonnies misalnya menggambarkan ikatan pernikahan sebagai suatu Gemeinschaft of life. Ia pun berbicara mengenai suatu Gemeinschaft dibidang rumah tangga, agama, bahasa, adat yang dipertentangkanya dengan Gesellschaft dibidang ilmu atau perdagangan.    
            Menurut Tonnies Gesellschaft merupakan suatu nama dan gejalan baru. Gesellschaft dilukiskan sebagai kehidupan publik, sebagai orang yang kebetulan hadir bersama tetapi masing-masing tetap mandiri. Tonnies mengemukakan bahwa Gemeinschaft ditandai oleh kehidupan organik sedangkan Gesellschaft ditandai oleh struktur mekanik.
Cooley: Primary Group
            Pada tahun 1909 Charles Horton Cooley memperkenalkan konsep Primery Group yang didefinisikan sebagai kelompok yang ditandai oleh pergaulan dan kerjasama tatap muka yang itim. Menurutnya ruang lingkup terpenting dari kelompok primer ini adalahkeluarga, temanm pada anak kecil dan rukun warga serta komunitas pada orang dewasa. Menurut Coser dan Rosenberg kelompok primery merupakan agen sosialisasi yang menjalankan peran penting dalam pengalihan kebudayaan.meskipun Coser dan Rosenberg mengakui bahwa tidak semua kebudayaan dialihkan melalui kelompok primer namun mereka mengemukakan bahwa kelompok primer penting bagi pengalihan kebudayaan khusus. Faris melihat bahwa konsep kelompok primer yang di perkenalkan Cooley yang mengandung unsur tatap muka, pengutamaan pengalaman serta perasaan kebersamaan yang terwujud dalam ungkapan “kita” mengandung berbagai persoalan.
Summer: In Group dan Out Group
            W.G. Summer mengemukakan bahwa “masyarakat primitif” yang merupakan kelompok kecil yang tersebut disuatu wilayah nmuncul diferensiasi antara kelompok kita atau kelompok dalam dengan orang lain: kelompok orang lain atau kelompok luar. Menurut summer selanjutnya perasaan yang berkembang pada masyarakat modern ialah patriotisme. Meskipun dalam masyrakat modern batas kelompok telah diperluas dan keanggotaan yang dijadikan acuan ialah kewarganegaraan namun dalam patriotisme kesetiaan pada kelompok dan pemimpin kelompok serta perasaan etnosentrisme tetap dipertahankan. Setiap warga di harapkan berkorban untuk negaranya. Dalam pandangan summer patriotisem ini bahkan dapat berkembang menjadi chauvinisme.
Merton: Membership Group dan Refrence Group
            Merton memusatkan perhatian pada kenyataan bahwa keanggotaan dalam suatu kelompok tidak berarti bahwa seorang akan menjadikan kelompoknya menjadi acuan bagi cara bersikap, melihat maupun bertindak. Kadang-kadang perilaku seseorang tidak mengacu pada kelompok yang di dalmnya ia menjadi angggota, melainkan pada kelompok lain. Merton menekankan bahwa dalam berprilaku dan bersikap seseorang dapat menunjukan konformitas pada kelompok luar. Pada aturan dan nilai kelompok lain. Merton pun membahas perubahan kelompok acuan manakala keanggotaan kelompok seseorang berubah. Menurut merton gejala in i menarik karena kedua peristiwa tersebut tidak berlangsung pada saat yang bersamaan: perubahan kelompok acuan sering mendahului oerubahan keanggotaan kelompok.
Parsons: Variabel Pola 
Talcott Parsons memperkenalkan perangkat variaebl pola yang oleh banyak ahli sosiologi sering dianggap sebagai salah satu sumbangan teoritis yang terpenting. Menurut Parsons variabel pola merupakan seperangkat dilema universal yang dihadapi dan harus dipecahkan seorang pelaku dalam setiap situasi sosial. Variabel pola ini memungkinkan dilakukanya perbandingan antara bermacam-macam kelompok, termasuk di dalmnya yang berada dalam kebuidayaan lain.
Parsons mengidentifikasi lima perangkat Affectivity-Affectivity Neutrality, Speecificity diffuseness, universalism patriculasris, Quality Performance, Self orientation, Collectivity orientation. Dikotomi yang  pertama Affectivity-Affectivity Neutrality mengacu pada dilema antara ada tidaknya perasaan kasih sayang ataupun kebencian dalam suatu interaksi. Kedua Speecificity diffuseness mengacu pada dilema antara kekhususan dan kekaburan. Ketiga universalism patriculasris mengacu pada dilema anatara dipakai tidaknya ukuran universal. Kempat Quality Performance mengacu pada situasi yang di dalmnya orang harus memutuskan apakah yang penting faktor yang di bawa sejak lahir ataukah suatu perangkat prestasi tertentu. Kelima  Self orientation dan Collectivity orientation menitikberatkan pda orientasi pelaku dalam suatu hubungan.
Geetrz: Priyayi, Santri dan Abangan
Suatu klasifikasi yang digali dari masyarakat jawa ialah antara kaum abngan, santri dan priyayi. Menurut Geetrz pembagian maasyarakat diteliti ke dalam tiga tipe budaya ini didasarkan atas perbedaan pandangan hidup dianatara mereka. Substansi abangan yang menurut Gettrz di warnai berbagai upacara selamatan, praktik pengobatan tradisional serta kepercayaan pada makhluk halus dan kekuatan ghaib itu terkait pada kehidupan di pedesaan. Substansi santri yang ditandai oleh ketaatan pada ajaran islam serta keterlibatan dalam berbagai organisasi sosial dan politik yang bernafaskan islam di jumpai di kalngan pengusaha yang banyak bergerak di pasar maupun di desa selaku pelaku agama. Sunstansi priyayi di tandai pengaruh mistik hindu budha prakolonial maupun pengaruh kebudayaan barata dan birokasi pemerintahan, dengan demikian Gettrz melihat adanya keterkaitan erat antara ketiga substansi ini dengan desa, pasar dab birokaso pemerintah.
Organisasi Formal
Dengan semakin meningkatnya pembagian kerja dalam masyarakat dengan semakin meningkatnya Gesellchaftdalam masyarakat maka organisasi formal menjadi suatu  bentuk kelompok yang semakin penting dalam maasyarakat. Salah seorang tokoh sosiologi yang mencurahkan banyak perhatian pada organisasi formal ialah Mx Weber.
Weber memusatkan perhatian organisasi formal dalam masyarakat moder. Menurutnya dalam masyarakat modern kita menjumpai suatu hubungan kekuasaan rasional legal, suatu sistem jabatan modern yang dijumpai baik dibidang pemerintahan maupun dibidang swasta. Menurut Geetrz Reinhard Bendix organisasi birokasi di seburt Weber mengandung sejumlah prinsip yaitu
1. Urusan kedinasan dilaksanakan secara bersinambung   
2. urusan kedinasan di dasarkan pada aturan dalam suatu badan administratif
3. tanggung jawab dan wewenang tiap pejabat merupakan bagian dari suatu herarki wewenang
4. pejabat dan pegawai administratif tidak memiliki sarana dan prasarana yangh diperlukan untuk pelaksanaan tugas
5. para pemangku jabatan tidak dapat memperjualbelikan jabatan laksana milik pribadi
6. urusan kedinasan di laksanakan dengan menggunakan dokumen tertulis.
Perlu di catat bahwa prinsip yang disebut Weber ini hanya di jumpai pada birokasi yang oleh Weber disebut tipe iadeal yang tidak akan kita jumpai dalam masyarakat.  
Kelompok Formal dan Kelompok Informal
Suatu gejala yang menarik perhatian banyak ilmuwan sosial ialah adanya keterkaitan anatara kelompok formal dan Informal. Segera setalah seorang menjadi anggota organisasi formal seperti sekolah, universitas, perusahaan atau kantor ia sering mulai menjalinhubungan persahabatan dengan anggota lain dalam organisasi formal tersebut sehingga dalam organisasi formal akan terbentuk berbagai kelompok informal seperti kelompok teman sebaya, kelompok yang tempat tinggalnya berdekatan, kelompok yang bertugas dalam suatu bagian kantor yang sama, kelompok yang bertugas dalam suatu bagian sekolah seangkatan dan sebagian.
Suatu gejala yang telah diamati para ilmuwan sosial ialah bahwa dalam organisasi formal sering terbentuk kelompok informal yang nilai dan normanya dapat bertentangan dengan nilai dan aturan yang berlaku dalam organisasi formal. Hubungan antara organisasi dormal dan informal dapat kita jumpai dalam bidang pekerjaan.
BAB 10
HUBUNGAN ANTARKELOMPOK
Konsep kelompok dan hubungan kelompok
            Dalam pembahasan kita mengenai kelompok kita telah melihat tipologi kelompok menurut Robert Bierstedt yaitu pembagian dalam empat tipe kelompok yaitu Statistical Group, Societal Group,Social Group dan Assiciational Group. Dalam pembahasan kita menganai hubungan antarkelompok yang dimaksud kelompok mencakup keempat btipe kelompok yang disebutkan oleh Bierstedt tersebut. Dengan demikian kita menggunakan konsep kelompok dalam arti luas.
Klasifikasi Kelompok Yang Terlibat Dalam Hubungan Antarkelompok
            Dalam bahasan berikut ini kata kelompok dalam konsep hubungan antarakelompok mencakup semua kelompok yang di klasifikasikan oleh Kinloch. Kriteria pertama yang di sebut Kinloch terdiri atas ciri Fisiologis atas dasar ini di jumpai pengelompokan di dasarkan pada persamaan jenis kelamin, usia, ras. Kriteria Kedua ialah kebudayaan menurut Kinloch kategori ini mencakup kelompokmyang diikat oleh persamaan  kebudayaan. Kriteri ketiga ialah kriteria ekonomi atas dasar kriteria ini Kinloch membedakan anatara mereka yang tidak mempunyai kekuasaan ekonomi dan mereka yang mempunyainya. Kriteria terakhir ialah perilaku. Atas dasar ini di jumpai pengelompokan berdasarkan cacad fisik berdasarkan cacad mental dan penyimpangan terhadap aturan masyarakat.
Dimensi Hubungan Antarkelompok
            Hubungan anatarkelompok mempunyai berbagai dimensi. Dimensi utama yang dijabarkan ialah dimensi sejarah, dimensi demografi, dimensi sikap, dimensi institusi, dimensi gerakan sosial dan dimensi tipe utama hubungan antarkelompok. Kajian dari sudut dimensi sejarah diarahkan pada masalah tumbuh dan berkembangnya hubungan antarkelompok. Melalui dimensi dikap kita mengamati sikap anggota kelompok terhadap anggota lain dan sebaliknya. Dimensi gerakan sosial merupakan suatu dimensi lain dalam hubungan antarkelompok. Kajian dari sudut pandangn ini memperhatikan berbagai gerakan sosial yang sering di lancarkan suatu kelompok untuk membebaskan diri dari dominasi kelompok lain. Disamping dimensi yang telah disebutkan Kunloch dalam hubungan antarkelompok maih ada dominasi lain yang perlu kita perhatikan yaitu dimensi perilaku dan dimensi prilaku kolektif. Yang termasuk dalam dimensi perilaku ialah perilaku suatu kelompok terhadap anggota kelompok lain. Selain itu hubungan antarkelompok pun sering di warnai dengan peristiwa perilaku kolektif seperti demonstrasi protes, hura-hura, perusakan dan pembunuhan serta bentrok fisik.
Kelompok Mayoritas dan Minoritas          
Suatu bentuk hubungan yang disoroti dalam kajian terhadap hubungan antarkelompok ialah hubungan masyoritas dan minoritas. Dari definisi Kinloch kita dapat jumpoai beberapa unsur. Mayoritas didefinisikan sebagai suatu kelompok kekausaan, kelompok tersebut menganggap dirinya normal, sedangkan kelompok lain dianggap tidak normal serta lebih rendah karena dinilai mempunyai ciri tertentu atas dasar anggapan tersebut kelompok lain itu mengalami eksploitasi dan deskriminasi.
Dalam definisi Kinloch ini kelompok mayoritas ditandai adanya kelebihan kekuasaan konsep mayoritas tidak dikaitkan dengan jumlah anggota kelompok. Menurut Kinloch mayoritas dapat dajaa terdiri atas sejumlah kecil orang yang berkuasa atas sejumlah besar orang lain. Mely G. Tan membedakan antara golongan mayoritas dan minoritas atas dasar kelompok kecil masyarakat kota dan kelompok besar masyarakat desar, anatara kelompok kecil kaum terdidik dan masa tak terdidik, antara sejumlah kecil orang kecil dengan sejumlah besar orang miskin, serta klasifikasi yang terkait dengan sifat majemuk masyarakat indonesia.
Ras
            Banton mengemukakan bahwa kelompok ras dapat di definisikan secara fisik maupun secara sosial. Namun menurutnya kedua definisi tersebut tidak pernah dapat identik karena pendefinisian secara fisik selalu mengalami distrosi demi kepentingan definisi sosial sehingga antara definisi fisik dan definisi sosial terjadi kesenjangan.
            Bagi baton ras merupakan suatu tanda peran perbedaan fisik di jadikan dasar untuk menetapkan peran yang berbeda. Dalam msyarakat ras majemuk yang menghubungkan ras dengan harapan peran, kedudukan seorang dalam dimensi kekuasaan, prestise, dan privilese tergantung pada ciri fisik yang dibawanya sejak lahir. Redfielf pun melihat bahwa konsep ras merupakan suatu gejala sosial yang berlainan dengan konsep ras sebagai suatu gejala biologis.               
Kelompok Etnik
            Kalau konsep kelompok ras didasarkan pada persamaan ciri fisik makan kmonsep kelompok etnik di dasarkan pada persamaan kebudayaan. Francis menklasifikasikan kelompok etnik sebagai suatu bentuk Gemeinschaft yang ditandai persamaan warisan kebuidayaan dan ikatan batin diantara anggotanya.   Menurut Francis kelompok etnik merupakan sejenis komunitas yang menampilkan persamaan bahasa, adat kebiasaan, wilayah,  sejarah, sikap dan sistem politik.
Apa beda konsep suku bangsa dengan kelompok etnik? Koentjaraningrat berpendapat bahwa kedua konsep bermakna sama namun mengusulkan agar istilah kelompok etnik diganti dengan istilah golongan etnik atau suku bangsa dengan alasan bahwa suku-suku bangsa bukan kelompok melainkan golongan.  
Rasisme
            Menurut Kornblum rasisme didefinisikan sebagai suatu ideologi. Ideologi ini didasarkan pada keyakinan bahwa ciri tertentu yang dibawa sejak lahir menandakan bahwa pemilik cii tersebut lebih rendah sehingga mereka dapat didiskriminasi. Dalam definisi Berger menjelaskan bahwa ciri yang di peroleh melalui kelahiran itu dikaitkan dengan ada tidaknya ciri dan kemampuan sosial tertentu sehingga perlakuan berbeda terhadap suatu kelompok ras tertentu di benarkan.
Seksisme
Para penganut ideologi ini misalnya percaya bahwa dalam hal kecerdasan dan kekuatan fisik laki-laki melebihi perempuan atau bahkan perempuan lebih emosional daripada laki-laki . atas dasar ideologi ini dilakukan diskriminasi terhadap perempuan dalaam hal pendidikan dan pekerjaan.
            Dalam masyarakat kita masih menjumpai orang tua yang lebih mengutamakan pendidikan formal bagi anak-anak laki-laki dari pada anak perempuan mereka dengan akhirnya mereka akan menjadi ibu rumah tangga.
Ageism
            Ideologi yang dikaitkan dengan ciri yang dibawa sejak lahir ialah ideologi bahwa orang pada usia tertentu layak didiskriminasian karena mereka kurang mampu apablia di bandingkan dengan orang dalam kelompok usia lain. Dalam hal pendapatan misalnya orang dibawah umur dan orang berusia lanjut cendrung menerima lebih sedikit dari pada orang dewasa yang berada dalam usia kerja karena adanya ideologi bahwa orang pada usia kerja lebih produktif dari pada anak-anak atau berusia lanjut.
Dibidang kekuasaaan kita sering menjumpai bahwa orang yang berada pada usia kerja pun cenderung mengambil keputusan-keputusan yang menyangkut nasib anak di bawah umur serta orang berusia lanjut. Startifikasi berdasarkan kesehatan mental melibatkan perbedaan kekuasaan, prestise, privilese. Orang yang dinilaai cacat mental oleh masyarakat harus tunduk pada kekuasaan orang yang dinilai bermental sehat. Di bidang prestise dan privilese status mereka rendah pula karena mereka dinilai tidak mampu bertindak mandiri sehingga dalam semua urusan harus di wakilkan orang.        
Rasianlisme
            Dikala kita berbicara mengnai rasisme kita berbicara mengenai ideologi yang membenarkan diskriminasi terhadap anggota kelompok ras lain apabila kita berbicara tentang rasialisme di pihak lain kita tidak berbicara mengenai ideologi melainkan mengenai praktik disrkiminasi terhadap kelompom ras lain. Praktik berupa penolakan menjual atau menyewakan rumah atau kamar kepada anggota kelompok ras atu etnik tertentu atau penolakan lamaran kerja atau lamaran masuk sekolah yang diajukan oleh anggota kelompok ras atau etnik tertentu apabila didasarkan pertimbangan rasisme merupakan praktik rasialis.
Hubungan Antarakelompok: Dimensi Sejarah
Menurut Noel stratifikasi etnik mencakup pula stratifikasi ras, agamadan kebangsaan hanya terjadi apabila tiga prasyarat terpenuhi yaitu: etnosentrisme, persaingan dan perbedaan kekuasaan. Oleh Summer etnosentrisme di definiskan sebagai suatu sudut pandang yang menempatkan kelompok sendiri di atas segala-galanya dan menilai kelompok lain yang menempatkan kelompok sendiri sebagai acuan. Etnosentrisme dan persaingan tanpa disertai perbedaan kekuasaan menurut Noel hanya akan menghasilkan persaingan berkepanjangan tanpa penyelesaiaan.
Startifikasi jenis kelamin merupakan suatu gejala yang diusahakan untuk dijelaskan oleh berbagai ilmuwan sosial. Dalam kaitan ini Ransford menyajikan beberapa pandangan anatara lain dari raandall Collins dan Talcott Parsons. Collins berpandangan bahwa satu-satunya faktor yang mengawali dan mendasari dominasi dan ekspoitasi laki-laki atas perempuan ialah kekuatan fisik.
Parsons mengakitkan stratifikasi jenis kelamin dengan industrialisasi. Menurutnya dalam masa praindustri belum ada pembagian kerja yang jelas dan tegas anatara laki-laki dan perempuan. stratifikasi usia merupakan suatu pokok bahasan yaang diulas secara rinci oleh Ransford. Menurut Ransford kekhususan startifikasi usia terletak pada kenyataan bahwa status dalam  jenjang kekuasaan, prestise, privilese berbentuk kurvilinear pada usia muda dan usia status seseorang rendah sedangkan status tinggi dimiliki di kala seorang berusia dewasa.  Pola Hubungan Antar Kelompok
 Atas dasar perjalanan sejarah hubungan antarkelompok para ilmuwan sosial telah mengidentifikasi berbagai kemungkinan pola hubungan. Baton misalnya mengemukakan bahwa kontak anatar dua kelompok ras dapat diikuti proses akulturasi, dominasi, paternalisme, pluralisme atau integrasi.
Akulturasi terjadi manakala kebudayaan kedua kelompok ras yang bertemu mulai berbaur dan berpadu. Akulturasi sering terjadi antara kebudayaan dua masyarakat yang posisimya relatif sama namun tidak menutup kemungkinan terhadap bentuk akulturasi antara dua masyarakat yang posisinya tidak sama. Menurut v.b Berghe dalam sejumlah kasus akulturasi disertai pulaa oleh proses dekulturasi.
Dominasi terjadi bilamana suatu kelompok ras menguasai kelompok lain. Dalaam kaitan dengan dominasi ini ada baiknya kita memperhatikan empat macam kemungkinan proses yang menurut Kornblum dapat terjadi dalam suatu hubungan antarkelompok yaitu pembunuhan secara sengaja dan sistematis terhadap anggota suatu kelompok tertentu, pengusiran, perbudakan, segregasi dan asimilasi.
 Paternalisme adalah suatu bentuk dominasi kelompok ras pendatang atas kelompok ras pribumi. Baton mengemukakan bahwa pola ini muncul manakala kelompok pendatang yang secara politik lebih kuat mendirikan koloni di daerah jajahan. Dalam pola ini hubungan ini baton membedakan tiga macam masyarakat: masyarakat metropolitan, masyarakat kolonial yang terdiri atas para pendatang serta sebagian dari masyarakat pribumi dan masyarakat pribumu yang dijajah.
Integrasi yang dimaksud Baton ialah suatu pola hubungan yang mengakui adanya perbedaan ras dalam masyarakat tetapi tidak memberikan makna penting pada perbedaan ras tersebut. Hak dan kewajiban yang terkait dengan ras seseorang hanya terbatas pada bidang tertentu saja dan tidak ada sangkut pautnya dengan bidang pekerjaan atau status yang diraih dengan usaha.     
            Pluralisme merupakan suatu pola hubungan yang didalmnya mengenai pengakuan persamaan hak politik dan hak perdata semua masyarakat namun memberikan arti penting lebih besat pada kemajuan kelompok ras daripada dal pola integrasi. Dalam pola ini soildaritas dalam masing-masing kelompok ras lebih besar.
            Stanley Lieberson pun mencoba mengklasifikasikan pola hubungan antarkelompok. Menurutnya kita dapat membedakan antara dua pola utama: pola dominasi kelompok pendatang atas kelompok pribumi dan pola dominasi kelompok pribumi atas kelompok pendatang. Menurut Lieberson perbedaan pola hubungan superordinasi-subordinasi anatar migran penduduk asli menentukan pula hubungan antar kelompok.
Dalam bidang kontak dengan kelompok etnik lain Lieberson melihat bahwa dalam rangka memanfaatkan kepentingan mereka kelompok migran dominan kadang kala mengubah komposisi penduduk dengan jalan mendatangkan migran dari masyarakat lain. Perbendaan lain yang melihat Lieberson terletak di bidang konflik dan asimilasi.
Lieberson melihat bahwa dalam situasi dominasi migran sering terjadi perang antara migran dan penduduk setempat, dan bahwa di kalangan penduduk setempat sering berkembang tradisionalisme kuat. Dalam situasi dominasi penduduk setempat di pihak lain kelompok migran cendrung mengasimilasi diri dengan penduduk setempat.
Dimensi Sikap
Prasangka
Prasangka merupakan suatu istilah yang mempunyai berbagai makna. Namun dalam kaitanya dengan hubungan antarkelompok istilah ini mengaccu pada sikap bermusuhan yang ditujukan terhadap suatu kelompok tertentu atas dasar dugaan kelompok tersebut mempunyai ciri yang tidak menyenangkan. Sikap ini dinamakan prasangka sebab dugaan yang dianut orang yang berprasangka tidak didasarkan pada pengetahuan, pengalaman ataupun buku yang cukup memadai.
Menurut banton dalm hal tertentu istilah prasangka mempunyai makna hampir serupa dengan istilah antaginisme dan antipati. Beda utamanya ialah bahwa antagonisme atau antipati dengan dikurangi atai diberantas melalui pendidikan sedangkan sikap bermusuhan pada orang yang berprasangka bersifat tidk rasional dan berada dibawah sadar sehingga sukar diubah meskipun orang yang berprasangka tersebut diberi penyuluhan, pendidikan dan bukti yang menyangkal kebenaran prasangka yang dianut.
Stereotip
Stereotip merupakan suatu konsep yang erat kaitanya dengan konsep prasangka: orang yang menganut Stereotip mengenal kelompok lain cendrung berprasangka terhadap kelompok tersebut. Menurut Kornblum Stereotip merupakan citra yang kaku mengenai suatu kelompok ras atau budaya yang dianut tanpa memperhatikan kebenaran citra tersebut. 
Menurut Banton Stereotip mengacu pada kecendrungan bahwa sesuatu yang dipercayai orang yang bersifat terlalu menyederhanakan dan Tidak peka terhadap fakata objektif. Suatu klasifikasi menarik dikemukakan oleh Pettigrew menurutnya perlu memperhatikan dua macam Stereotip negatif yang saling bertentangan yang diajukan oleh Janowitz dan Bettelheim: Stereotip superego dan Stereotip id.
  Stereotip superego melihat bahwa suatu kelompok mempunyai sifat pribadi tertentu seperti sifat berambisi, rajin, penuh usaha, cerdas, curang, tidak jujur. Stereotip id di pihak lain melihat bahwa suatu kelompok yang cendrung berada pada lapisan bawah masyarakat bersifat malas, tanpa tanggung jawab, tidak berambisi, bodoh, malas, tidak dapat menahan diri.
Dimensi Institusi
            Menurut Kinloch kajian mengenai dimensi Institusi meliputi institusi dalam mmasyarakat institusi sosial, politik, ekonomi yang mengatur hubungan antarkelompok.kebijaksanaan lain yang pernah di terapkan di daerah selatan ialah pemisahan warna kulit secara fisik. Kebijaksanaan segregasi yang dikenal dengan nama Jim Crow. Praktik ketiga yang menurut v.d. Berger di suatu masa pernah diterapkan didaerah selatan amerika serikat ialah kebiasaan di luar jalur hukum untuk menyebarkan rasa takut dalam mbentuk teroro terhadap orang kulit hitam, antara lain berupa intimidasi, penganiayaan dan praktik pembunuhan oleh massa yang dikenal istilah Lynching.
            Di indonesia pun dikenal berbagai kebijaksanaan yang mengatur hubungan antarkelompok. Setelah kemerdekaan kita mengenal berbagai peraturan yang mengatur hubungan antarkelompok khususnya antara kelompok pribumi dan kelompok tionghoa. Leo Suryadinata menjabarkan berbagai kebijaksanaan pemerintah di bidang kebudayaan, politik dan ekonomi. Di bidang kebudayaan di terapkan pengaturan sekolah tionghoa, pembatasan penggunaan bahasa dan huruf tionghoa dan terhadap agama dan adat istiadat tionghoa.
            Dibidang ekonomi pernah diterapkan kebijaksanaan seperti sistem benteng, gerakan assaat dan peraturan pemerintah No.10/1958. Dibidang politik di kenal berbagai kebijaksanaan politik luar negri terhadap RRT dan Taiwan yang membawa dampak terhadap orang tionghoa di indonesia.
            Diskriminasi institusi dijumpai pula terhadap anggota kelompok tertentu seperti kaum perempuan, kaum penyandang cacat fisik atau mental, kaum muda, kaum tua dan kaum “penyimpang” sepeti para nara pidana, tunawisma, mpekerja seks, waria dan homoseks.
Dimensi Gerakan Sosial
            Hubungan antarkelompok baik yang berbentuk hubungan antaras, antaretnik, antaragamaa, antargenerasi, antarjenis kelamin, antar penyandang cacat mental dan fisik dengan mereka yang sehat jasmani dan rohani ataupun antara para konformis dengan para penyimpang sering melibatkan gerakan sosial baik yang di prakarsai oleh pihak yang menginginkan perubahan maupun oleh mereka yang ingin mempertahankan keadaan yang ada. Dipihak lain kita sering pula menjumpai gerakan yang bertujuan mempertahankan tatanan yang ada.
Dimensi Perilaku dan Perilaku Kolektif
Dimensi Perilaku
Diskriminasi dalaam kehidupan sehari-hari hubungan antarkelompok terwujud dalam interaksi dengan anggota kelompok lain. Salah satu bentuk perilaku yang banyak di tampilkan dalam hubungan antarkelompok ialah diskriminasi, suatu konsep yang oleh banton di definisikan sebagai The differential treatment of persons ascribed to particular categories
Ransford membedakan antara diskriminasi individu dan diksriminasi institusi. Berbeda dengan diskriminasi individu yang menurut Ransford merupakan tindakan seorang pelaku yang berprasangka maka diskriminasi institusi merupakan diskriminasi yang tidak ada sangkut pautnya dengan prasangka individu melainkan merupakan dampak kebijaksanaan atau praktik tertentu berbagai institusi dalam masyarakat.
Prasangka pun tidak selalu dikut diskriminasi. Jarak sosial menurut banton di definisikan sebagai perlakuan berbeda terhadap orang yang termasuk dalam kategori tertetnu, mewujudkan jarak sosial. Pernikahan tidak hanya memungkinkan hubungan prinadi yang intim antara kedua mempelai tetapi juga hubungan sosial erat anatara keluarga kedua belah pihak sehingga dimungkinkan seorang anggota suatu kelompoik menikah dengan anggota kelompok lain dapat digunakan sebagai petunjuk kuat mengenai ketiadaan jarak sosial antara mkedua kelompok yang bersangkutan. Perilaku mengelompok dan menghindari kelompok lain ini menghasilakan kawasan pemukiman yang tersegregasi.
Demensi Perilaku Kolektif
Hubungan antar kelompok sering berwujud perilaku kolektif. Banyak diantara perilaku kolektif terbatas pada gerakan protes dan demonstran belaka. Namun tidak jarang pula suatu gerakan anatarkelompok berkembang menjadi huru-hara yang dapat mengakibatkan pengrusakan harta benda atau bahkan mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Dengan sendirinya perilaku kolektif tidak hanya dijumpai dalam hubungan antarras tetapi juga dalam hubungan antarkelompok lainnya.
BAB 11
STUDI PENDUDUK
Menurut Smelser dan Davis pertumbuhan demografi di awali pada abad 17 dan 18 dan pada waktu itu masih diberi nama political arithmetic. Pertumbuhan demografi sangat ditunjang oleh perkembangan sistem pencatatan dan sensus. Biasanya para ahli membedakan antara demografi formal dan demografi sosial. Demografi formal melibatkan pengumpulan, analisis dan penyajian data mengenai penduduk. Perhatian para ahli sosiologi lebih cendrung terpusat pada bagian demografi yang dinamakan demografi sosial yang mempelajari kesalingterkaitan antara variabel. Variabel sosiologi dengan variabel demografi. Mereka menyadari bahwa pokok perhatian sosiologi masyarakat, institusi sosial, interaksi sosial sangat erat dengan masalah demogrfi.
Melalui dempgrafi sosial para ahli sosiologi dapat mempelajari misalnya dampak masalah kependudukan pada struktur sosial seperti misalnyapengaruh kepadatan penduduk pada bentuk interaksi sosial. Sebaliknya mereka pun dapat mempelajari dampak faktor sosial pada faktor demografi seperti misalnya dampak faktor kepercayaan atau adaat terhadap tingkah kelahiran atau kematian.
Perubahan Penduduk
Jumlah penduduk cendrung meningkat tetapi dapat pula stabil dan bahkan menurun. Masalah besar, komposisi, distribusi dan perubahan penduduk ini dipelajari para ahli demografi dengan mempelajari tingkat kelahiran, kematian dan migrasi.   
Kelahiran
Para ahli demografi mempelajari angka kelahiran. Salah satu indikatornya ialah angka kelahiran kasar. Laju kelahiran ini dihitung dengan menghitung jumlah kelahiran hidup dalam suatu tahun pada 1.000 penduduk pada pertengan tahun. Angka fertilitas merupakan suatu indikator mengenai jumlah rata-rata anak yang secara nyata dilahirkan oleh seorang wanita ddan dinyatakan dengan jumlah kelahiran per 1.000 wanita usia subur sedangkan Fecundity mengacu pada potensi biologis seorang wanita untuk melahirkan.
Kematian
            Konsep lain yang dipakaai untuk mengukur pertumbuhan penduduk ialah kematian kasar yaitu jumlah kematian pada 1.000 penduduk dalam satu tahun pada pertengahan tahun. Konsep yang berkaitan dengan laju kematian ialah kematian bayi yang mengacu pada jumlah bayi yang dalam waktu tahun lahir hidup dan meninggal seblum mencapai usia tahun. Suatu indikator untuk mengukur panjang usia penduduk ialah konsep harapan hidup yang merupakan angka rata-rata lamanya seorang diharapkan dapat hidup dan konsep rentangan hidup yang mengacu pada usia maksimum yang dapat dicapai seseorang.
Migrasi
            Faktor dasar lain yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk ialah perpindahan penduduk atau migrasi. Misalnya bahwa dengan semakin meningkatnya industrialisasi biaasanya jumlah penduduk yang pindah dari daerah pedesaaan ke daerah perkotaan pun meningkat.        
            Bertalian denan beranekaragamnya bentuk migrasi tersebut maka biasanya diadakan pembedaan antara berbagai jenis migrasi. Antara lain dibedakan antara migrasi intern, dan migrasi international. Sebelum dunia dilandai krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997 frekuensi migrasi international dari negara kita ke berbagai negara asia cukup tinggi.
            Para ahli merinci ada dua jenis penyebab penduduk bermigraasi yaitu faktor pendorong berupa keadaan politik, keamanan dan ekonomi yang dirasakan tidak memadai dan faktor penarik yang menarik orang untuk bermigrasi ke negara lain pun dapat terjadi atas berbagai faktor seperti sistem politik yang lebih menjamin kebebbasn dan hak kewarganegaraan bagi tiap individu, situasi keamanan yang lebih baik dan faktor ekonomi seperti perekonomian yang lebih berkembang yang menawarkan yang menawarkan lebih banyak kesempatan belajar dan kesempatan kerja seperti penghasilan yang lebih tinggi daripada di negara asal.

Komposisi Penduduk
Komposisi Penduduk merupakan suatu konsep yang mengacu pada susunan penduduk menurut kriteria tertentu. Keyfitz dan Nitisastro misalnya menyebutkan bahwa penduduk dapat disusun menurut berbagai ukuran seperti jenis kelamin, usia, pekerjaan, suku bangsa, kebangsaan, pendidikan, tempat tinggal, dan penghasilan.
Data yang sering ndi gunakan menggambarkan komposisi penduduk ialah usia dan jenis kelamin. Data mengenai struktur penduduk menurut usia dan jenis kelamin tersebut di sajikan secara grafis dalam apa yang dinamakan piramida penduduk. Para ahli demografi membedakan lima bentuk atau model piramida penduduk. Piramida model pertama berdasarkan lebar serta kemiringanya tidak curam. Piramida model kedua berdasarkan relatif lebih lebar dan mempunyai kemiringan lebih curam. Model piramida ketiga tingkat kelahiran maupun kematian yang rendah, usia median tinggi dan beban tanggung jawab rendah. Model piramida keempat berbentuk lonceng. Model piramida kelima dijumpai pada piramidapenduduk jepang dan menunjukan tingkat kelahiran dan kematian yang sangat rendah.   
Teori Malthus
            Pada tahun 1798 Thomas Robert Malthus seorang pendeta kristen yang hidup di inggris menerbitkan suatu esai berjudul an Essy on the Principle Of Population. Inti argumen Malthus ialah bahwa jumlah penduduk berkembang menurut deret ukur sedangkan jumlah bahan makanan hanya dapat ditingkatkan menurut deret hitung sehingga perkembangan penduduk yang tak terbendung akan terbentuk pada keterbatasan penyelidikan bahan makanan.
            Menurut Malthus jumlah penduduk tidak dapat melewati daya dukung sumber daya alam karena adanya berbagai mekanisme pencegah. Mekanisme pencegah yang disebut ”positive Checks” dan terdiri atas perang, kelaparan dan penyakit tingkat kematian, sedangkan mekanisme yang dinamakan “Preventif Checks” berupa abortus pembunuhan bayi dan pengendalian kelahirran akan membatasi tingkat kelahiran. Teori Malthus ini telah dibantah berbagai pihak. Dimekumakan antara lain bahwa Malthus tidak dapat meramalkan akan terjadinya revolusi industri dan revolusi dalam teknologi pertanian yang memungkinkan peningkatan produksi bahan makanan yang jauh melebihi peningkatan jumlah penduduk.



Teori Transisi Demografi
Teori ini sebenarnya merupakaan pula bantahan terhadap teori Malthus karena memperlihatkan bahwa tingkat kelahiran dan tingkat kematian rendah dimungkinkan dan bahwa keadaan dimana jumlah penduduk tidak berkembang merupakan hal yang dimungkinan.      
            Teori trasnsisi demografi menjelaskan proses perubahan demografi penduduk dengan angka kelahiran dan angka kematian tinggi ke angka kelahirn dan angka kematian rendah. Menurut teori ini suatu masyarakat yang mengalami proses industrialisasi akan melewati tiga tahap. Tahap pertama yaitu tahap praindustri, tahap kedua tahap transisi, tahap ketiga tingkat kelahiran dan tingkat kematian rendah dan stabil.
Kebijakan Kependudukan
            Masalah khas di bidang kependudukan yang menurut pandangan pemerintah suatu negara sedang mereka hadapi sering mendorong pemerintah tersebut untuk menganut suatu kebijakan kependudukan tertentu. Para ahli mengelompokan kebijakan kependudukan yang ada dalam mdua kelompok besar: kebijakan yang bersifat pronatal dan kebijakan yang bersifat antinatal.
Kebijakan Pronatal  
Kebijakan Pronatal merupakan suatu kebijakan yang menunjung angka kelahiran tinggi. Kebijakan ini dianut di negara-negara yang pertumbuhan penduduknya menurun karena mengalami penurunan angka kelahiran sehingga pemerintahanya berpandang bahwa gejala ini merupakan masalah yang perlu di tanggulangi dengan kebijakan pronatal.    
Kebijakan Antinatal
Kebijakan Antinatal merupakan kebijakan yang bertujuan membatasai tingkat kelahiran. Sebagaimana hanya dengan kebijaksanaan prontal maka kebijaksanaan antinatal di terapkan dengan berbagai cara penetapan bataas usia pernikahan, penetapan bataas jumlah anak, anjuran mekai kontrasepsi untuk membatasi kelahiran serta pelaksanaan berbagai cara mulai yang bersifat persuasif sampai ke cara radikal.   






BAB 12
KONFORMITAS DAN PENYIMPANGAN
Konformitas
Konformitas merupakan bentuk interaksi yang didalamnya seseorang berprilaku terhadap orang lain sesuai dengan harapan kelompok. Pada umumnya kita cendrung bersifat konformitas. Berbagai studi memperlihatkan bahwa manusia mudah di pengaruhi orang lain. Konformitas pun terwujud di kala terjadi pengumpulan tanda tangan di kalngan suatu kelompok untuk tujuan tertentu. Kejadian sehari-hari di jalan raya pun sering menampilkan konformitas.
Penyimpangan
            Penyimpangan merupakan perilaku yang sejumlah besar dianggap sebagai hal yang tercela dan diluar batas toleransi (James vander Zenden).  Meskipun masyarakat telah berusaha agar setiap angggota berprilaku sesuai dengan harapan maasyarakat namun dalam tiap masyarakat kita selalu menjumpai adanya anggota yang menyimpang, menjumpai adanya penyimpangan atau nonkonformitas. Menurut kornblum di samping penyimpangan kita menjumpai pula institusi menyimpang ialah kejahatan terorganisasi.
Definisi Sosial Penyimpangan
            Menurut para ahli sosiologi penyimpangan bukan sesuatu yang melekat pada bentuk perilaku melainkan diberi ciri penyimpangan melalui definisi sosial. Definisi tersebut dapat bersumber pada kelompok yang berkuasa dalam masyarakat atau pun masyarakat umum.
Teori Mengenai Penyimpangan
            Dalam sosiologi untuk menjelaskan mengapa penyimpangan terjadi. Ada teori yang mencoba menjelaskan penyimpangan dari segi mikrososiologi dengan mencari akar penyimpangan pada interaksi sosial dan ada yang menjelaskan dari segi makrososiologi dengan mencari sumber penyimpangan pada struktur sosial. Selain itu ada pula teori lain seperti teori biologi dan teori psikologi yang juga menjelaskan mengapa sosiologi melakukan penyimpangan.
Teori Differential association menurut pandangan Sutherland penyimpangan bersumber pada pergaulan yang berbeda. Penyimpangan di pelajari melalui proses ahli budaya. Melalui proses belajar ini seseorang mempelajari suatu subkebudayaan menyimpang. Teori Labeling menurut lemert seseorang menjadi penyimpang karena proses labeling, pemberian julukan, cap, etika, merek yang di berikan masyarakat kepaddanya.
Teori merton menjelaskan penyimpangan sosial pada jenjang makro yaitu paada jenjang struktur sosial. Menurut argumen merton struktur sosial tidak hanya menghasilkan perilaku konformitas tetapi menghasilkan pula perilaku menyimpang, menciptakan keadaan yang menghasilkan pelanggaran terhadap aturan sosial, menekan orang tertentu ke arah perilaku nonkonformitas. Merton mendifinisikan lima tipe cara adaptasi individu terhadap situasi tertentu empat di antara kelima perilaku peran dalam menghadapi situaasi tersebut merupakan perilaku menyimpang.         
               Cara pertama Konformitas merupakan cara yang paling banyak dilakukan. Disini perilaku mengikuti tujuan yang ditentukan masyarakat dan mengikuti cara yang ditentukan masyarakat untuk mencapai tujuan tersebut.
            Cara kedua inovasi merupakan cara dalam mana perilaku mengikuti tujuan yang ditentukan masyarakat tetapi memakai cara yang dilarang oleh masyarakat.
            Cara ketiga ritualisme merupakan perilaku seseorang telah meninggalkan tujuan buidayaa namun maih tetap berpegang pada cara yang telah digariskan masyarakat.
            Cara keempat Retreatism perilaku seseorang tidak mengikuti tujuan budaya dan juga tidak mengikuti carauntuk meraih tujuan budaya.
            Cara kelima pemberontakan merupakan orang tidak lagi mengakui struktur sosial yang ada dan berupaya menciptakan suatu struktur sosial yang lain.
            Teori fungsi Durkheim menuirut Durkheim keseragaman dalam kesadaran moral semua anggota masyarakat tidak dimungkinkan tiap individu berbeda dengan yang lain karena do pengaruhi secara berlainan oleh berbagai faktor seperti faktor keturunan, lingkungan, fisik dan lingkungan sosial.
            Teori konflik para penganut marx mengemukakan bahwa kejahatan terkait erat dengan perkembangan kapitalisme. Menurut pandangan ini apa yang merupakan perilaku menyimpang di definisikan oleh kelompok berkuasa dalam masyarakat untuk melindungi kepentingan mereka sendiri.
Tipe Kejahatan
Light, Keller dan Calboun membedakan antara kejahatan tanpa korban , kejahatan terorganisir, kejahatan oleh orang terpandangn dan berstatus tingggi yang dinamakan kejahatan kerah putih, dan kejahatan yang dilakukan atas nama perusahaan yaitu kejahatan korporat.
Menurut Light, Keller dan Calboun tidak semua kejahatan mengakibatkan penderitaan pada korban sebagai akibat tindak pidana oleh orang lain. Kejahatan jenis ini yang mereka namakan kejahatan tanpa korban antara lain meliputi perbuatan seperti berjudi, penyalahgunaan obat bius, bermabuk-mabukan dan hubungan seks tidak ara lain sah yang dilakukan secara sukarela antara orang dewasa.
Kejahatan terorganisisr dirumuskan sebagai komplotan berkesinambungan untuk memperoleh uang atau kekuasaan dengan jalan menghindari hukum melaluio penyebaran ras takut atau melalui korupsi. Kejahatan terorganisir transnasional merupakan kejahatan terorganisir yang melampaui batas negara yang dilakukan oleh organisasi-organisasi dengan jaringan global.
White collar crimemerupakan suatu konsep yang diperkenalkan oleh Sutherland dan mengacu pada kejahatan yang dilakukan oleh terpandang atau orang berstatus tinggi dalam rangka pekerjaan. Kejahatan yang digolongkan dalaam kategori ini antara lain meliputi penghindaran pajak, pnggelapan uang perusahaan, penipuan.
Giddens menyeburkan jenis kejahatan lain: Govermental Crime yaitu kesalahan moral oleh para pejabat pemerintah yang membawa dampak mengerikan. Dengan berkembangnya teknologi informasi kini muncul suatu jenis kejahatan baru yang dinamakan Cybercrime yaitu kejahatan berupa penyebaran virus komputer melalui internet dengan maksud mengubah ataupun merusak sistem informasi organisasi yang bergabung dengan internet.
BAB 13
PERILAKU KOLEKTIF DAN GERAKAN SOSIAL
Perilaku Kolektif
            kita telah nmelihat bahwa pada umumnya warga masyarakat cendrung berprilaku dengan berpedoman pada institusi yang adda dalam masyarakat. Namun dalam kenyataan kita kadangkala dapat melihat bahwa sejumlah warga masyarakat secara berkelompok ataupun berlkrumun menampilkan perilaku yang tidak berpedoman pada institusi yang ada.
Kita kini akan berpaling pada jenis-jenis perilaku kelompok sejenis ini yaitu yang tidak berpedoman pada institusi yang terdapat dalam masyarakat.perilaku kolektif merupakan perilaku menyimpang sebagaiman yang telah kita bicarakan dalam bab 12 perilaku kolektif sebagaiman dapat kita lihat dari namanya merupakan tindakan bersama oleh sejumlah besar orang bukan tindakan individu semata-mata. Perilaku kolektif di picu oleh suatuy rangsangaan yang sama, rangsangan ini menurut Light, Keller dan Calboun dpat terdiri atas suatu perisita, benda  atai ide.   
Perilaku Kerumunan
            Suatu konsep yang penting di pahami dalaam kaitanya dengan perilaku kolektif ialah konsep kerumunan karena perilaku kolektif selalu melibatkan perilaku sejumlah orang yang berkerumunan. La Bon berpendapat bahwa dalam pengertian sehari-hari istilah kerumunan berarti sejumlah individu yang karena satu dan lain hal kebetulan berkumpul bersama namunmenurutnya dari segi psikologis istilah kerumunan mempunyai makna lain yaitu sekumpulan orang yang mempunyai ciri baru yang berbeda sama sekali dengan ciri individu dalm kumpulan orang tersebut berhaluan sama kesadaran perseorangan lenyap.
            Dari perumusan  Le Bon ini nampak bahwa kerumunuanan mempunyai ciri baru yang semula tidak dijumpai pada masing-maasing anggotanya. Dikalangan para ahli sosiologi terdapat perumusan berbea mengenai konsep kerumunan. Ada definisi yang lebih mendekati apa yang menurut Le bon merupakan pengertian sehari-hari dan ada pula derfinisi yang menekankan pada adanya interaksi dalam kerumunan. Definisi Kornblum mendekatkan pengertian sehari-hari karena menekankan pada segi jarak kerumunan di definisikan sebagai sejumlah besar orang yang berkumpul bersama dalam jarak dekat. Definisi Giddens dan Light, Keller dan Calboun di pihak lain menyebutkan faktor interaksi. Definisi Giddens menitikberatkan pada segi interaksi dan tempat berlamngsungnya interaksi tersebut dalam definisi ini kerumunan terdiri atas sekumpulan orang dalam jumlah relatif besar yang berlangsung berinterkasi satu dengan yang lain di tempat umum
            Tipologi perilaku kerumunan. Definisi-definisi di atas memberikan gambaran mengenai beranekaragamnya kumpulan orng yang dapat di namakan kerumunan. Oleh sebab itu Blumer membuat suatu klasifikasi jenis-jenis kerumunan dengan membedakan antara kerumunan sambil lalu, kerumunan konvensional, kerumunan ekspresif, kerumunan bertindak.
            Mengamati pedagang kaki lima menjual obat di tepi jalan, kecelakaan lalu lintas, kebakaran, pawal anggota suatu partai politik tertentu dalam rangka kampanye menjelang pemilihan umum atau penggusuraran rumah dengan memaki alat berat. Kerumunan semacam ini di mklasifikasikan secara sambil lalu.
            Dalam kategori ini dapat kita golongkan para penumpang yang berkumpul di terminal bis, bandara udara atau pelabuhan, para pengunjung pasar atau toko, para penonton pertandingan olahraga atau pertunukan kesenian para hadirin suatu tempat ibadah, suatu pesta, pertemuan ilmiah, konperensi atau rapat paratai politik. Blumer menamakan kumpulan oraqng seperti ini kerumunan konvensional.
Faktor penyebab perilaku kerumunan: Teori Le Bon
Le Bon menyebutkan sejumlah faktor yang menurutnya menjadi penyebab terjadinya kerumunan. Faktor pertama ialah bahwa karena kebersamaan dengan banyak orang lain maka individu yang semula dapat mengendalikan nalurinya kemudian memperoleh perasaan kekuatan luar biasa yang mendorongnya untuk tunduk pada dorongan naluri. Karena seakan-akan telar terlebur dalamm kerumunan sehingga menjadi anomim maka rasa tanggung jawab yang semula mengendalikan individupun lenyap.
Faktor kedua ialah apa yang oleh Le Bon di sebut penularan dan apa yang menurutnya ddapat diangap sebagai suatui gejala hipnisis, dalam suatu kerumunan tiap perasaan dan tindkan bersifat menular,
Faktor ketiga merupakan faktor terpenting ialah apa yang dinamakan Suggestibility dalam kerumunan individu mudah di pengaruhi, percaya, taat. Ia seakan-akan telah di hipnosisi.
Karena le Bon menekankan pada faktor penularan maka teorinya sering dinamakan teori penularan. Kini gambaran Le Bon mengenal anggota kerumunan sebagai orang yang hanya mengikuti naluri, tidak rasional, dan tidak mampu mengndalikan perilaku ditolak oleh banyal ilmuwan sosial. Tutnrt dan Killian mengemukakn bahwa dalaam kerumunan pun muncul aturan baru. Oleh sebab itu teori mereka di namakan energentnorm Theory. Menurut teori ini dalm interaksi yang tidak ada atirnya sering muncul aturan baru yang diikuti para anggota kerumunan.
Suatu teori lain yang disebut Horton dan Hunt ialah apa yang dinamakan teori konvensional. Menurut teori ini perilaku kerumunan muncul dari sejumlah orang yang mempunyai dorongan maksud kebutuhan serupa.
Faktor Penentu Perilaku Kolektif: Teori Smelsel
            Menurut teorinya perilaku kolektif ditentukan oleh enam faktor yang berlangsung secara beruntun. Menurut Smelsel perilaku kolektif mula-mula diawali oleh faktor yang dinamakan struktur conducivenses faktor struktur sosial yang menurutnya memudahkan terjadinya perilaku kolekktif.
            Faktor kedua ialah ketegangan struktur 7semkain besar ketegangan struktur semakin besar pula peluang terjadinya perilaku kolektif. Kesenjangan dan ketidakserasian antarkelompok sosial, etnik, agamadan ekonomi yang bermukim berdekatan misalnya membuka peluang bagi terjadinya berbagai bentuk ketegangan.
            Faktor ketiga berkembang dan meyebarnya suatu kepercayaan umum merupakan persyaratan berikutnya bagi terjadinya perilaku kolektif. Faktor keempat terdiri atsa faktor yang mendahului. Faktor ini merupakan faktor penunjang kecurigaan dan kecemasan yang dikandung mashyarakat. Faktor kelima ialah mobilitas para peserta untuk melakukan tindakan. Faktor keenam ialah berlangsungnya pengendalian sosial. Faktor keenam ini merupakan kekuatan yang menurut Smelsel justru dapat mencegah, menggangu ataupun menghambat akumulasi kelima faktor penentu sebelumnya.  
Gerakan Sosial
            Dalam sosiologi gerakan sosial di klasifikasikan sebagai bentuk prtilku kolektif tertentu yang diberi nama gerakan sosial. Jary mendefiniskan gerakan sosial sebagai suatu aliansi sosial sejumlah besar orang yang berserikat untuk mendorong atapun menghambat suatu perubahan sosial dalam suatu masyarakat.
            Berbeda dengan perilaku kolektif yang telah dibahas terdahulu maka gerakan sosial ditandai oleh adanya tujuan dan kepentingan bersama. Gerakan sosial dipohak lain ditandai dengan adanya tujuan jangka panjnag yaitu untuk mengibah ataupun mempertrahankan masyarakaat atau institusi yang ada di dalamnya.      
            Giddens dan Light, Keller dan Calboun menyebutkan ciri lain gerakan sosial yaitu penggunaan cara yang berada diluar institusi yang ada. Karena keanekarahamaan gerakan sosial sangat besar maka berbagai ahli sosiologi mencoba mengklasifikasikan dengan menggunakan nkriteria tertentu, david Aberle mngguanakn kriteria tipe perubahan yang di khendaki dan besarnya perubahan yang dinginkan membedakan empat tipe gerakan sosial.
            Alternative Movement merupakan gerakan yang bertujuan mengubah sebagaian perilaku perseorang. Redemtive Movement lebih luas dari yang seblumnya karena yang hendalk dicapai ialah perubahan menyeluruh pada perilaku perseorngan. Reformative Movenment yang hendak diubah bukan perseorangan melainkan masyarakat namun ruang lingkuop yang hendak diubah hanya segi-segi tertentu masyarakaat. Transformative Movenment gerakan untuk mengubah masyarakat secara menyeluruh.
            Meurut Giddens suatu revolusi harus memnuhi tiga kriteria: melibatkan gerakan sosial secara masal, menghasilkan proses reformasi atau perubahan, melinbatkan ancaman atau penggunaan kekerasan. Gerakan yng berusaha mempertahan nilai atau institusi masyarakat disebut Kornblum gerakan Konservatif. Suatu gerakan disebut gerakan reaksioner manakala tujuannya ialah untuk kembali ke institusi dan nilai di masa lampau dan meninggalkan institusi dan nilai masa kini.
Faktor Penyebab Gerakan Sosial
            Orang melibatkan diri dalam gerakan sosial karena menderita deprivasi. Mereka menunjukan pada fakta bahwa gerakan sosial sering muncul justru pada saat masyarakat menikmati kemajuan di bidang ekonomi. Oleh sebab itu dirumuskan penjelasan yang memaki konsep deprivasi relatif.
            James Davies mengemukakan bahwa meskipun tingkat kepuasaan masyarakat meningkat terus namun mungkin saja terjadi kesenjangan antara  harapan masyarakaat dengan keadaan nyata yang di hadapi kesenjangan antara pemenuhan kebutuhan yang diinginkan masyarakat dengan apa yang diperoleh secara nyata.
            Sejumlah ahli sosiologi lain berpendapat bahwa deprivasi tidak dengan sendirinya akan mengakibatkan terjadinya gerakan sosial.menurut penjelasan yang mengaitkan gerakan sosial dengan deprivasi ekonomi dan sosial orang melibatkan diri dalam gerakan sosial karena menderita deprivasi. Beberapa orang ahli sosiologi kurng sepandapat dengan penjelasan deprivasi semata-mata dan merumuskan penjelasan yang memaki konsep deprivasi relatif kesenjangan antara harapan masyarakat dengan keadaan k=nyata yang dihadapi.
            Sejumlah ahli sosiologi lain berpendapat bahwa perubahan sosial memerlukan pengerahan sumber daya manusia maupun alam. Tanpa adanya pengerahan sumber daya suatu gerakan sosial tidak akan terjai meskipun deprivasi tinggi.
BAB 14
PERUBAHAN SOSIAL
Kita pun telah menyinggung beberapa teori perubahan sosial, seperti teori Marx mengenai perubahan sistem feodal menjadi kapasitas dan kemudian sosialis, teori Marx mengenai munculnya kapitalisme dalam masyarakat feodal, teori Durkheim mengenai perubahan solidaritas mekanik menjadi organik. Sekrang pusat perhatian kita akan beralih pada segi dinamika masyarakat pada perubahn sosial.


Pola Perubahan Sosial
Pola Linear
Etzioni Halevy dan etzioni mengemukakan bahwa pemikiran para tokoh sosiologi klasik mengenai perubahan sosial dapat di golongkan ke dalam beberpa pola. Pola pertama ialah pola linear menurut pemikiran ini perkembangan masyarakat mengikuti suatu pola yang pasti.
Pemikiran mengenai polaperkembangan kita temukan dalam karya Comte. Menurut Comte progresif peradaban manusia mengikuti suatu jalan yang alami, pasti sam dan tak terelakan. Dalam teorinya yang dikenal dengan nama “ Hukum Tiga Tahap” Comte mengemukakan bahwa sejarh memperlihatkan adanya tiga tahap yang di laluio peradapan. Pada tahap pertama yang diberi namka tahap teologis dan militer Comte melihat bahwa semua hubungan sosial bersifat militer, masyarakat senantiasa bertujuan menundukan masyarakat lain.
Tahap kedua tahap metafisik dan Yuridis merupakan tahap antara yang menjebatani masyarakat militer degan masyarakat industri. Pengamatan masih dikuasi imajinasi tetapi lambat laun semakin merubahnya dan menjadi dasar bagi penelitian.
Pada tahap ketiga dan terakhir tahap ilmu pengetahuan dan industri. Industri mendominasi hubungan sosial dan produiksi menjadi tujuan utama masyarakat. Imajinasi telah digeser oleh pengamatan daan konsep-konsep teoritik telah bersifat positif.
Pemikiran unlinear kita jumpai pula dalam mkarya Specer. Specer mengemukakan bahwa struktur sosial berkembang secara evolusioner dari struktur yang homogen menjadi heterogen. Comte dan Specer berbicara mengenai perubahan yang bsenantiasa menuju ke arah kemajuan. Namun ada pandangan unlinear yang cendrung mengagung-agungkan masa lampau dan melihat bahwa masyarakat berkembang ke arah kemunduran.
Pola Siklus
            Menurut pola kedua pola siklus masyarakat berkembang laksana suatu roda: kadang kala naik ke atas kadang kala turun kebawah. Pandangan mengenai siklus kita jumpai dalam karya Vilfredo Pareto. Preto mengemukan bahwa dalam tiap masyarakat terdapat dua lapisan, lapisan bawah atau nonelite dan lapisan atas atau elite yang terdiri atas klaum aristokrat dan terbagi lagi dalam dua kelas: elite yang berkuasa dan eloite yang tidak berkuasa.



Gabungan Beberapa Pola
            Sejumlah teori menampilkan penggabungan antara kedua pola tersebut diatas. Pandangan Marx bahwa sejrah manusia merupakan sejarah perjuangan terus-menerus antara kelas-kelas dalam masyarakat sebenarnya mengandung benih panangan siklus karena setelah suatu kelas berhasil menguasi kelas lain menurutnya siklus serupa akan berulang lagi.
            Pandangan-pandangan para tokoh sosiologi klasik tersebut sudah banyak yang ditinggikan oleh para tooh sosiologi modern. Meskipun banyak tokoh sosiologimodern khususnya penbganut fungsionalisme seperti Talcott Parsons dn Neil J. Smelser menganut pandangan megenai perkembangan masyarakat secara evolusionernamun suatu perkembangan linear laksana teori tiga tahap Comte tidak dianut l;agi.
Perubahan Sosial Abad Ke-20
            Teori-teori yang dikemukan para perintis awal sosiologi muncul sebagai reaksi terhadap perubahan sosial bersar terjadi pada masyarakat barat terutama eropa barat. Di kala itu peroses-proses perubahan besar yang terjadi semnjak abad ke-18 seperti detradisionalisasi, defeodalisasi, urbanisasi, industrialisasi perkembangan kapitaalisme dan sosialisme memang baru terbatas pada masyarakat eropa barat.
            Berakhirnya perang dunia ll diikuti perubahan-perubahan sosial besar di mkawasan asia, afrika, amerika selatan baiuk di negara-negara yang telah ada maupun di negara-negara bnaru yang telah bebas dari penjajahan. Perhatian sejumlah ilmuwan sosial mulai di pusatkan pada proses perubahan di kawasan di man masyoritas masyarakat dunia hidup dan sebgaai akibatnya muncul berbagi teori mengenai perubahan-perubahan di negara-negara di kawan ini.
            Giddens mengemukakn bahwa kesalingrtergantungan masyarakat dunia semkain mningkat. Proses peningkatan kesaalingtergantungan masyaarakat dunia ini dinamakannya globalisasi. Dan ditandai kesenjangan besar antara kekayaan dan tingkat hidup masyarakat, masyarakat industri dn masyarakat-masyarakat dunia ketiga. Gejala-geja aperubahan sosial lain yang dicatat Gidedens ialah tumbuh dan berkembangnya negara-negaraa industri baru dan semakin meningklatnya komunikasi antarnegara sebagai dampak teknologi komunikasi yang semakin canggih.                        
            Waters berpendapat bahwa globalisasi berlangsung di tiga bidang kehidupan yaiut perekonomian, politik dan budaya. Menurutnya globalisasi ekonomi berlangsung di bidang perdagangan, peroduksi, investasi, ideologi organisasi, pasar modal dan pasar kerja. Globalisasi politik terjadi di bidang kedaulatan negara, fokus kegiatan pemecahan masalah, organisasi international, hubungan international, dan budaya politik.dan globalisasi budaya terjadi dalam bidang yang dinamakan ide keagamaan, etnisitas, pola pertukaran benda berharga, produksi dan distribusi gambar sama ke seluruh dunia, pariwisata.
Teori-teori Modern Mengenai Perubahan Sosial
            Teori-teori modern yang terkenal ialah teori-teori modernisasi para penganut pendekatan fungsionalisme seperti Neil J. Smelsel dan Alex Inkeles, Teori ketergantungan Andre Gunder Frank yang merupakan pendekatan Konflik dan teori mengenai sistem dunia dari Wellerstein.
            Teori-teori modernisasi pun cendrung melihat bahwa perkembangan masyarakat dunia ketiga berlangsung secara evolusioner dn liinear dan bahwwa maasyarakat bergerak ke arah kemajuan dari tradisi ke modernitas.teori modernisasi menganggap bahwa negara-negara terbelakang akan menempuh jalan sama dengan negara idustri maju di barat sehingga kemudian akan menjadi negara berkembang pun melalui proses modernisasi. Teori ini berpendapat bahwa masyarakat-masyarakat yang belum berkembang perlu mengatasi berbagai kekurangan dan masalahnya sehingga dpat mencapai tahap tinggal landas kearah perkembangan ekonomi.
            Teori ketergantungan yang didasarkan pada pengalaman negara-negara amerika latin ini perkembangan dunia tidak merata, negara-negara industri menduduki posisi dominan sedngkan negara-negara dunia ketiga secara ekonomis tergantung padanya. Perkembangan negara-negara industri dan keterbelakangan negara-negara dunia ketiga menurut teori ini berjalan bersamaan dikala negara-negara indsutri mengalami perkembanagan maka negara-negara dunia ketiga yang mengklami kolonialisme dan neokolonialisme.
            Teori sistem dunia menurut teori ini yang dirumuskan Wallerstein perekonomian kapitalisme dunia kini tersusun atas tiga jenjang, negara-negara inti, negara-negara semi periferi, negara-negara periferi
Perubahan Sosial si Asia Tenggara
            Kemajemukan masyarakat-masyarakat di asia tenggara telah memungkinkan munculnya berbagai konsep dan teori yang di landaskan pada pengalaman khas sebagai masyarakat asia tenggara. Dual societies pada awal abad ini J.H Boeke seorang ahli ekonomi belanda yang pernah kerja di indonesia mempertanyakan mengapa dalam masyarakat barat kekauatan kaptalisme telah membawa peningkatan taraf hidup dan persatuan masyaralkat, sedangkan dalam masyarakat timur kapitalisme justri bersifat merusak.
            Plural societies konsep masyarakat majemuk di popilerkan oleh J.S Furnival masyarakat majemuk adalah  a society that is comprising two or more element or social orders which live side by side yet without mingling in one political unit. Inovolution dampak pengaruh kehidupan kaptalisme terhadap msyarakat pribumi. Menurut Geertz kontak dengan kapitalisme barat tidak menghasilkan peruabahn socara evolusioner pada masyarakat pedesaaan jawa melainkan suatu proses yang dinamakan inovasi.
BAB 15
TEORI SOSIOLOGI
Teori Paradigma dan Penjelasan Sosiologis
            Dalam perumusan kornblum maupun Turner ysng ditekankan ialah penjelasan sebab terjadi suatu gejala yang diamati.  Disamping penjelasan kausal dikenal pula bentuk penjelasan lain. Durkheim membedakan dua macam penjelasan fungsional dan penjelasan kausal. Fungsional  yang terdiri atas pencarian suatu fungsi sosialo dan penjelasan kausal mencari sebab sebab terjadinyta suatu fakta sosial.
            Sebagaimana juga halnya dengan ilmu-ilmu lainya maka sosiologipun mempunyai teorinya sendiri, mempunyai konsep, hipotesis, proposisi, variabelnya sendiri. Suatu ciri yang di jumpai sosiologi sebagai suatu bidang ilmu ialah bahwa sosiologi mempunyai banyak teori. Sosiologi mempunyai banyak paradigma, sosiologi suatu ilmu berparadigma majemuk karena mempunyai tiga paradigma.
            Pandangan hampir serupa kita jumpai pula dalam pandangan C. Wright Mills. Menurut Mills pertanyaan yang diliput para ahli sosiologi dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok. Kelompok pertama melibat struktur seluruh masyarakat, bagian-bagian yang utama, hubungan antara satu bagian dengan bagian yang lain, beda satu masyarakat dengan maasyarakat lain, sumbangan unsur tertentu bagi kesinambungan dan perubahanya. Kelompok kedua menyangkut letak maassyarakat dalam sejarah, mekanisme perubahanya dalam perkembangan kemanusiaan. Kelompok ketiga mempermasalahkan jenis laki-laki dan perempuan yang kini terdapat dalam mmasyarakat, jenis bagaimana yang akan bertahan, cara mereka dibentuk, diselksi, dibuat peka dan seterusnya.
Klasifikasi Teori Sosiologi
            Collins mengidentifikasi empat tradisi sosiologi 1. Tradisi konflik, 2. Tradisi rasional/utiliter 3. Tradisi Durkheim, 4. Tradisi mikrointeraksi. Collins merincikan kalsifikasi ini lebih lanjut. Teori makro Collins menempatkan teori evolusionisme, teori sistem, ekonomi, politik, konflik dan perubahan sosial serta teori konflik multidimensi dan stratifikasi. Teori meso mencakup hubungan mikro-makro, teori jaringan dan organisaso. Sedangkan teori mikro mencakup ritual, strukturalisme dan sosiolinguistik serta pertukaran sosial dan teori terkait.
            Aliran-aliran utama teori sosiologi yang dicatat Ritzer ialah 1. Fungsionalisme struktural dan teori konflik, 2. Berbagai ragam teori sosiologi neo-Marxis, 3. Interaksionalisme simbolik, 4. Sosiologi fenomenologi dan etnometodologi, 5. Teori pertukaran dan sosiologi perilaku, 6. Teori feminis masa kini, 7. Teori sosiologi struktur.
Teori Makrososiologi (1): fungsionalisme
Tokoh fungsionalisme klasik
            Durkheim mengemukakan bahwa ikatan solidaritas mekanik yang dijumpai pada masyarakat yang masih sederhana laksana kohesi antara benda-benda mati sedangkan ikatan slidaritas yang dijumpai pada masyarakat yang komplek laksana kohensi antara organ hidup.  Gambaran yang disajikan Dahrendorf mengenai poko teori fungsionalisme adalah sebagai berikut: setiaap masyarakat merupakann suatu struktur unsur yang relatif gigih dan stabil, mempunyai struktur unsur yang terintegrasi dengan baik, setiap unsur dalam masyarakat mempunyai fungsi, memberikan subangan pada terpelhiranya masyarakat sbagai suatu sistem dan setiap struktur sosial yang berfungsi didasarkan pada konsensus mengenai nilai di kalangan anggotanya.
            August Comte teori yang dikenal dengan berbagai nama seperti teori struktur fungsi, fungsionalisme dan fungsionalisme struktur merupakan teori tertua dan hingga kini oaling luas pengaruhnya. Turner mengemukakn bahwa Comte merupakan perintis pendekatanh positivisme yang memaki metode ilmiah untuk mengumpulkan data empiris.
            Emile Durkheim merupakan tokoh sosiologi klasik yang secara rinci membahas konsep fungsi dan menggunakanya dalam analisis terhadap berbagai pokok pembahasannya. Selain membahas secara rinci konsep fungsi ia pun membahas fungsi pembagian kerja dalam masyarakat.
Tokoh Fungsionalisme Modern
            Talcott Parsons merupakan tokoh sosiologi moder yang mengembangkan analisis fungsional dan secara ssangat rinci menggunakanya dalam karyanya. Karya pertama yang memakai analisis fungsional adalah buku the Social System. Dlam karya berikutnya parsons secara rinci mrnguraikan fungsi berbagai struktur bagi di pertahankannya sistem sosial.
            Karya pandangan parsons yang terkenal ialah kajian mengenai fungsi struktur bagi di pecahkanya empat masalah: adaptaasi, pencapaian tujuan, integrasi, pemeliharaan pola dan pengendalian kategangan. Robert K. Merton merupakan seorang tokoh sosiologi modern yang melakukan rinci lebih lanjut dalam analisis fungsional dengan memperkenalkan konsep fungsi, disfungsi, fungsi laten dan fungsi manifes.

Teori Makrososiologi (2): Teori Konflik
Tokoh Awal: Karl Marx
            Pengembangan kapitalisme memperuncing kontradiksi antara kedua kategori sosial sehingga pad akhirnya terjadi konflik di antara kedua kelas. Menurut ramalan Marx kaum proletar akan memenangkan perjuangan kelas ini dan akan menciptakan masyarakat tanpa kelas  dan tanpa negara. Konsep penting lain yang dikembangkan Marx ualah konsep alienasi. Marx melihat bahwa sejumlah manusia memperlihatkan peningkatan penguasaan manusia terhadap alam serta peningkatan alienasi manusia.
Tokoh Awal: Max Weber
Karya weber sering dikaitkan dengan teori sosiologi yang berbeda, uraian Webern mengenai tindakan sosial sebagai pokok perhatian sosiologi dijadikan dasar bagi penegmbangan teori interaksionalisme simbolik weber pun diangap sebagai tokoh yang memberikan sumbangan terhadap fungsionalisme awal namun Weber dianggap pula sebagai penganut teori Konflik.
Tokoh Moder: Ralf Dahrendorf
            Perubahan sosial tidak hanya datang dari dalam tetapi dapat juga daru luar masyarakat bahwa perubahan dari dalam masyarakat tidak selalu disebabkan konflik sosial dan bahwa disamping konflik sosial terdapat pula konflik sosial yang berbentuk lain. Ia pun mengamati bahwa konflik tidak selalu mengahsilkan revolusi dan bahwa perubahan sosial dapat terjadi tanpa revolusi.
            Menurut teori konflik versi Dahrendorf masyarakat terdiri atas organisasi-organisasi yang didasarkan pada kekuasaan atau wewenang yang dinamakan asosiai yang di koordinasi secaraa praktis. Dengan demikian konflik menurut Dahrendorf merupakan sumber terjadinya perubahan sosial.
Tokoh Modern: Lewis Coser
            Coser terkenal karena pandanganya bahwa konflik mempunyai fungsi positif bagi masyarakat. Ia mengembangkan sejumlah proposisi memngenai fungsi konflik atas dasar asas. Menurut definisi kerja Coser konflik adalah perjuangan mengenai nilai serta tuntunan atas status kekuasaan dan sumber daya yang bersifat langkah dengan maksud menertalkan, mencederai atau melenyapkan lawan. Kajian Coser terbatas pada fungsi positif dari konflik yaitu dampak yang mengakibatkan peningkatan dalam adaptasi hubungan sosial atau kelompok tertentu.
Tokoh mikrososiologi (1): Teori Pertukaran
Turner meringkas pokok pikiranteori pertukaran sebagai berikut: Manusia selalu berusaha mencari keuntungan dalam transaksi sosialnya dengan orang lain, dalam melakukan transaksi sosial manusia melakukan perhitungan untung-rugi, manusia cendrung menyadari adanya berbagai anternatif yang tersedia baginya, manusia bersaing satu dengan yang lain, hubungan pertukaran secara umum antarindividu berlangsung dalaam hampir semua konteks sosial dan individu dan mempertukarkan berbagai komoditas tak berwujud seperti perusahaan dan jasa.
Teori Pertukaran Klasik
            Teori pertukaran berakar pada pemikiran ahli filsafat sosial abad ke-18. Teori pertukaran awal mula dikembangkan para ahli antropologi inggris dan diperhaalus oleh ahli antropologi prancis. Inti dari teori ini adalah manusia adalah makhluk yang mencari keuntungan dan menghindari biaya. Manusia dalam perspektif para penganut teori pertukaran merupakan makhluk pencari imbalan.Dalam perkembangan teori ini mulai meninggalkan beberapa asumsi utama dari aliran utilitarianisme.
Teori Pertukaran Modern
            George C. Homans merupakan salah seorang tokoh teori pertukaran modern. Pemikiran antara lain dipengaruhi ahli psikologi Skinner. Homans berpendapat bahwa pertukaran yang berulang-ulang mendasari hubungan sosial yang berkesinambungan antara orang tertentu. Pater Blau berbeda dengan Homans yang membatasi analisisnya pada jenjang mikrososiologi walaupun menurutnya proses perilaku sosial pada jenjang mikro tersebut mempunyai dampak pada makrososiologi maka teori Blu berusaha menjembatani kedua jenjang analisis sosiologi. Perbedaan lain ialah bahwa Blau membatasi diri pada interaksi yang melibatkan asas pertukaran dengan mengaku bahwa tidak semua interaksi melibatkan pertukaran.
Teori Mikrososiologi (2) : Interaksionisme Simbolik
Turner mencatat bahwa mereka sepakat mengenai beberapa hal. Pertama terdapat kesepakatan bahwa manusia merupakan makhluk yang mampu menciptakan dan menggunakan simbol. Kedua manusia memakai simbol untuk saling berkomunikasi. Ketiga  manusia berkomunikasi melalui pengambilan peran. Keempat  masyarakat tercipta, bertahan dan berubah berdasarkan kemampuan manusia untuk berfikir untuk mendefinisikan untuk melakukan renungan dan untuk melakukan evaluasi.
Interaksionisme Simbolik Klasik
            Teori yang mengkhususkan diri pada interaksi sosial mula-mula bersumber pada pemikiran para tokoh sosiologi klasik dari eropa seperti Georg Simmel dan Max Weber. Simmel berpendapat bahwa muncul dan berkembangnya kepribadian seseorang tergantung pada jaringan hubungan sosial yang dimilikinya. Max Weber menyatakan bahwa sosiologi ialah ilmu yang berusaha memahami tindakan sosial dan dengan mendefinisikan dan membahas konsep dasar yang menyangkut interaksi seperti tindakan, tindakan sosial dan tindakan nonsosial dan hubungan sosial.
Interaksionisme Simbolik Modern
             Tokoh sosiologi modern yang merintis pemikiran dasar mengenai interaksionisme ialah antara lain James, Cooley, Dewey dan Mead, james terkenal karena pendapatnya bahwa perasaan seseorang mengenai dirinya sendiriseseorang muncul dari interaksinya dengan orang lain. Cooley terkenal karna antara lain mengembangkan konsep Looking glass Self yang intinya ialah bahwa seseorang mengevaluasi diri sendiri atas dasar seikap dan perilaku orang lain terhadapnya.
            Dewey pikiran seseorang berkembang dalam rangka usahanya untuk menyesuaikan diri dengan lingkunganya dan bahwa pikiran tersebut ditunjang oleh interaksinya dengan orang lain. Sumbangan Mead antara lain terletak pada pandnganya bahwa diri seseorang berkembang melalui tahap tertentu dan bahwa dalam proses perkembangan diri seseorang belajar mengambil peran orang lain.
            Thomas memperkenalkan konsep definisi situasi dalam sosiologi interaksi yaitu intinya bahwa sebelum bertindak untuk menanggapi suatu ransangan dari luar, individu selalu memberi makna pada situasi yang dihadapinya blumer menjabarkan lebih lanjut pemikiran interaksionisme simbolik.
            Dalam teori Goffman individu digambarkan sebagai pelaku yang melalu interaksi secara aktif mempengaruhi individu lain. Perter Berger membuat suatu kerangka pemikiran untuk memperlihatkan hubungan antara individu dan masyarakat. Menurut Ritzer teori sosiologi di amerika sebelum tahun 80-an ditandai oleh ekstremisme mikro-makro yaitu konflik antara teori dan teoretikus eksrem mikro dan ekstrem mikro.

BAB 16
METODE SOSIOLOGI
            Dalam usaha mengumpulkan data yang menghasilkan temuan-temuan baru dalam sosiologi para ahli sosiologi perlu memperhatikan tahap penelitian yang saling berkaitan secara erta. Walupun jumlah serta jenis tahap yang dijabarkan dalam berbagai buku penuntun metode penelitian tidak selalu sama namun dalam kebanyakan buku tersebut dijumpai beberapa tahap yang dianggap pokok yaitu tahap perumusan masalah, penyususnan desain penelitian, pengumpulan data, analisis data dan penulisan alporan penelitian.
Perumusan Masalah
            Sebelum memulai suatu usaha penelitian seseorang ahli sosiologi terlebih dahulu harus melakukan tinjauan pustaka yaitu tinjauan terhadap bahan-bahan pustaka yang ada di bidang yang bersangkutan agar dapat mengetahui temuan-temuan apa sajakah yang sebelumnya pernah dilakukan oleh ahli sosiologi lain.
            Kadang-kadang seorang peneliti melakukan penelitian terhadap suatu objek tertentu tanpa terlalu memperhatikan hasil karya ahli sosiologi lain yang berkecimpung dalam bidang yang sama. Dalam hal demikian mungkin saja beberapa orang peneliti melakukan kegiatan penelitian serupa tanpa saling mengetahui kegiatan masing-masing dan masing-masing mungkin lalu merasakan bahwa ia melakukan sesuatu yang asli, menemukan sesuatu yang baru. Dalam sejarah ilmu pengetahuan peristiwa semacam ini banyak dijumpai dan tidak jarang menimbulkan konflik perihal masalah keaslian temuan yang telah dilakukan masing-masing penelitian.
            Selain mempelajari karya ahli sosiologi tertentu dan menggunakanya dalam rangka usahanya untuk merumuskan maslah penelitian maka seseorang ilmuwan wajib pula menyatakan pengakuanya terhadap hasil karya ahli sosiologi lain tersebut dengan jalan menyebutkan nama dan hasil karya mereka di dalam tulisanya.
            Sebagaimana halnya dengan hasil penelitian para perintis ilmu-ilmu sosial dimas lampau maka berbagai hasil penelitian maka kini terhadap masyarakat kita pun mencerminkan keinginan para ahli ilmu sosial menjawab suatu pertanyaan yang dianggap mendasar.
Tahap Penyusunan Desain Penelitian dan Pengumpulan Data
            Sebelum pertanyaan dirumuskan sedemikian rupa sehingga penelitian mempunyai suatu gambaran mengenai apa yang hendak diketahuinya melaui penelitian maka ia harus menentukan metode penelitian yang akan dipilihnya untuk untuk mengumpulkan data. Dalam ilmuilmu sosial sosial dikenal berbagai metode pengumpulan data seperti metode survey serta beberapa metode nonsurval seperti metode pengamatan dan metode eksperimen.
Metode-Metode Utama Pengumpulan Data
            Penelitian survey ialah suatu jenis penelitian yang di dalamnya hal yang hendak diketahui peneliti tuangkan dalam suatu daftar pertanyaan baku. Pengamatan merupakan suatu metode penelitian nonsurvei. Dengan metode ini peneliti mengamati secara langsung perilaku para subjek penelitianya. Riwayat hidup merupakan suatu teknik pengumpulan data dalam sosiologi yang jarang digunakan tetapi dianggap dapat mengungkapkan data yang penting mengenai pengalaman subjektif yang penting bagi pengembangan teori sosiologi.
            Studi kasus dalam penelitian denganmenggunakan teknik studi kasus berbagai segi kehidupan sosial suatu kelompok sosial menyeluruh. Analisis isis suatu maslah penelitian dapat pula diungkapkan dengan jalan menganalisis sisi berbagai dokumen seperti surat kabar, dokumen resmi maupun naska dibidang seni dan sastra. Penggunaan data yang tersedia, suatu penelitian dapat pula dilakukan dengan mengkaji data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain. Eksperimen meskipun teknik eksperimen lebih banyak dijumpai dalam ilmu sosial lain seperti psikologi namun dalam hal tertentu kita pun menjumapi eksperimen dalam sosiologi.                          
Penelitian Kualitataif dan Kuantitatif
            Dalam penelitian sosial sering dibedakan penelitian kuantitatif dan kaualitatif. Penelitian yang memakai metode survai dan sensus menggunakan pendekatan kuantitatif karena disini peneliti mengumpulkan data yang diukur. Pendekatan kuantitaif dapat pula dilakukan dengan memakai metode penelitian lain seperti eksperimen, pengguanaan data yang tersedia atau analisis isi.

            Penelitian kualitataif dipihak lain merupakan penelitian yang mengutamakan segi kualitas data. Teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain terdiri atas berbagai teknik pengamatan yang telah diuraikan ditas dan wawancara mendalam ruang lingkup penelitian kualitatif pun jauh lebih terbatas daripada penelitian kuantitaif.  
Etika Penelitian
            Penelitian merupakan suatu usaha untuk meningkatkan ilmu. Kepentingan ilmu dan kepentingan masyarakat yang menjadi subyek penelitian tidak selalu sepadan dalam pencarian maupun pemanfaatan ilmu tersebut dapat melakukan hal yang melanggar aturan etika. Dalam pembahsan mengenai survai Babbie menyebutkan beberapa auran etika yang harus dihormati setiap peneliti. Walaupun Babbie hanya membahas survai namun asas yang dikemukakan umumnya berlaku pula bagi penelitian yang memakai metode lain.
            Babbie menyebutkan dua asas penting lain untuk melindungi identitas subyek penelitian yaitu asas anonimitas dan kerahasiaan. Dalam penelitian survai subyek penelitian adalah anonimnamanya tidak dicantumkan pada daftar pertanyaan. Pemberian keterangan yang keliru untuk mendorong subyek agar mau ikut serta pun merupakan praktik yang menurut Babbie melanggar etika. Penulisan data penyajian penelitian pun merupakan kegiatan yang terikat pada berbagai aturan etika. Babbie mengemukakan bahwa penelitian bahwa penelitian dituntut untuk menyajikan data penelitian secara jujur.
Analisis Data dan Penulisan Hasil Penelitian
            Setelah penelitian lapangan selesai data kemudia diolah dan dianalisis. Dalam tahap analisis data kuantitatif jawaban diberikan para subjek suatu penelitian suvai dihitung frekuensinya untuk mencari keteraturan sosial. Dengan memakai data kauntitatif peneliti dapat mempelajari ada-tidaknya kecendrungan tertentu dalam masyarakat.
            Analisis data ubivariat biasanya menghasilkan data yang memberikan gambaran mengenai satu gejala. Analisis data dapat pula berbentuk bivariat seorang peneliti menerapkan analisis bivariat bila ia ingin mengetahu hubungan antara dua variabel.kalau analisis data univariat hanya memungkinkan dilakukanya deskripsi maka analisis data bivariat dan multivariat memungkinkan untuk melakukan penjelasan sebab akibat.



Hubungan Metode,Teori dan Paradigma Sosiologi
Metode penelitian yang dipergunakan ahli sosiologi sering terkait dengan teori dan paradigma sosiologi yang dianutnya. Dalam kaitan dengan paradigma ini Ritzer mengemukakan pandanganya bahwa parafigma adalah a fundamental image of the subject matter within a science.
Menurut Ritzer sosiologi merupakan suatu ilmu yang berparadigma majemuk karena mempunyai tiga paradigma yaitu paradigma fakta sosial, paradigma definisi sosialdan paradigma perilaku sosial. Menurut Ritzer metode penelitian yang kita gunakan sangat tergantung pada paradigma yang kita anut. Paradigma pertama fakta sosial berteladan pada karya Durkheim menggunakan fakta sosial sebagai pokok bahasan sosiologi dan menganut nteori struktur-fungsi atau teori konflik.
Pandangan kedua definisi sosial berorientasi pada karya Max Weber mengenai tindakan sosial. Dalam paradigma ini pokok bahasan sosiologi terdiri atas definisi situasi serta dampaknya terhadap tindakan sosial. Paradigma ketiga perilaku sosial berteloadan pada karya Skinner.
Perkembangan Mutakhir dalam Metode Penelitian
            Dalam dasawarsa terakhir telah berkembang berbagai metode penelitian baru dalam ilmu-ilmu sosial. Ada yaang berorientasi pada masyarakat pedesaan dan ada yang berorientasi pada masyarakat perkotaan. Pun ada yang khas peruntukkan bagi kaum nperempuan sebagai sibjek. Ada yang menenkankan pada segi kecepatan dan ada yang menekankan pada segi partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.
            Teknik analisis data kuantitatif pun berkembang pesat dengan memanfaatkan perkembangan dalam statistik. Perkembangan ini mengakibatkan kesenjangan antara teknik yang digunakan dalam komuniukasi ilmiah ditingkat internasional dengan nteknik yang kini masih mendominasi buku teks, bahan kulaih dan praktik kuantitatif para ilmuwan sosial kita.          
        




Tidak ada komentar:

Posting Komentar