BAB
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejumlah peristiwa penting dalam
kehiduan Psikologi manusia banyak di abaikan bahkan dilupakan. Dimensi
moralitas dan spiritualitas yang seharsnya menadi bagian yang tak terisahkan
dari kehidupan psikologi manusia seakanakan menadi wacana yang asing dalam
perkembangan Psikologi. Fenomena ini membutuhkan alternatif baru guna
mengembalikan eksistensi psikologi yang sebenarnya. Salah satu solusi yang
dianggap signifikan adalah dengan menghadirkan psikologi yang bernuansa agama. Kehadiran
Psikologi Islam di satu sisi merakan reaksi positif bagi serangkaian upaya
pengembangan Psikologi. Dalam rentan sejarah perkembangan psikologi terdapat
beberapa aliran yang memiliki spesifikasi orientasi sendiri-sendiri. Di saat
pengetahuan puncaknya di zaman yunani kuno pengembangan Psikologi lahir di
orientasikan ada aspek ontologis
seperti mempelajari hakikat jiwa dan eksistensinya bagi kehidupan manusia.
Teori-teori Psikologi Islam lambat
laun bermunculan meskipun sebagian psikolog memberikan komentar yang
bervariatif. Sebagian psikolog menganggap Psikologi Islam sebagai diskursus yang
pra ilmiah atau psedo ilmiah sebagian lain menganggapnya sdah menemukan
persyaratan ilmiah meskipun cara pandang yang digunakan menurut cara pandang
Islam. Barat dan Timur sebenarnya tidak perlu dipertentangkan sebab keduanya
milik Allah SWT. Firman Allah SWT :
¬!ur ä-Ìô±pRùQ$# Ü>ÌøópRùQ$#ur 4 $yJuZ÷r'sù (#q9uqè? §NsVsù çmô_ur «!$# 4 cÎ) ©!$# ììźur ÒOÎ=tæ ÇÊÊÎÈ
Dan kepunyaan Allah-lah
timur dan barat, Maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah[1].
Sesungguhnya Allah Maha luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Rumusan Masalah
1.
Jelaskan bagaimana
hakikat, metode dan pendekatan Psikologi Islam?
BAB
II
PEMBAHASAN
Hakikat Psikologi Islam
Sejak pertengan abad XIX yang didakwahkan sebagai abad
lahirnya psikologi kontemporer didunia barat terdapat banyak pengertrian
mengenai psikologi yang ditawarkan oleh ahli para psikolog. Masing-masing
pengetian memiliki keunikan seiring dengan kecendrungan asumsi dan aliran yang dianut oleh
penciptanya. Meskipun demikian perumusan pengertian psikologi dapat disederhanakan dalam tiga pengertian. Pertama Psikologi adalah studi tentang jiwa, Kedua Psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang kehidupan mental, Ketiga Psikologi adalah ilmu pengetahuan
tentang perilaku organisme.[2]
Obyek kajian Psikologi Islam adalah ruh yang memiliki
dimensi ilahiah sedangkan kajian Psikoloi kontemporer barat berdimensi
insaniah. Hakikat Psikologi Islam dapat dirumuskan sebagai berikut: kajian Islam yang berhubungan dengan
aspek-aspek dan perilaku kejiwaan manusia agar secara sadar ia dapat membentuik
kualitas diri yang lebih sempurna dan mendapatkan kebahagiaan hidup didunia dan
akhirat.
Hakikat definisi tersebut mengandung tiga unsure
pokok, Pertama bahwa Psikologi Islam
merupakan salah sati dari kajian masalah-masalah keislaman. Artinya psikologi
yang dibangun bercorak atau memiliki pola piker sebagaimana yang berlaku pada
tradisi keilmuan dalam islam sehingga dapat membentuk aliran tersendiri yang
unik dan berbeda dengan psikologi kontemporer pada umumnya.[3]
Kedua bahwa psikologi Islam membicarakan aspek-aspek
dan perilaku kejiwaan manusia, aspek kejiwaan dalam Islam berupa Al-ruh, al nafs, al kalb, al aql, al dhamir,
al lubb, al fu’ad, al sir, al fitrah dan sebagainya. Psikologi Islam tidak
hanya menekankan perilaku kejiwaan melainkan juga apa hakikat kejiwaan
sesungguhnya. Sebagai satu organisasi permanen jiwa manusia bersifat potensial
yang aktualisasinya dalam bentuk perilaku sangat tergantung pada daya upayanya.
Disini tampak bahwa psikologi Islam mengakuo adanya kesadaran dan kebebasan
manusia untuk berkreasi, berpikir, bertindak dan bersikap secara sadar walaupun
dalam kebebasan tersebut dalam koridor sunah Allah SWT. Ketiga bahwa Psikologi Islam bukan netral etik melainkan sarat akan
etik. Dikatakan demikian karana Psikologi Islam memiliki tujuan yang hakiki
yaitu merangsang kesadaran diri agar mampu membentuk kualitas diri yang lebih
sempurna untuk mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Mempelajari Psikologi Islam dapat berimplikasi
membahagiakan diri sendiri dan orang lain bukan menambah masalah baru seperti
hidup dalam keterasingan, kegersangan dan kegelisahan. Psikoologi Islam sudah
sepatutnya menjadi wacana sains yang obyektif bahkan boleh dikatakan telah mencapai derajat Supra ilmiah, anggapan bahwa Psikologi Islam masih bertaraf pseudo
ilmiah adalah tidak benar sebab Psikologi Islam telah melampaui batas-batas
ilmiah.
Dalam dunia Islam para sufi telah bertindak sebagai
para psikolog terapan.[4] Tasawwuf merupakan dimensi esoteric dalam
Islam yang membicarakan struktur jiwa, dinamika proses dan perkembanganya,
penyakit jiwa dan terapinya, proses penempaan diri didunia spiritual, proses
penyucian jiwa dan cara-cara menjada kesehatan mental dan sebagainya.
Aspoek-aspek ini dalam sains modern masuk dalam wilayah Psikologi.
Metode Dan
Pendekatan Psikologi Islam
Upaya pemetaan metode dan pendekatan Psikologi Islam
harus ditopang oleh suatu paradigm yang mapan. Pemikiran ini didasarkan atas
asumsi bahwa disiplin ilmu tidak akan bernilai obyektif apabila tidak
didasarkan paradigm yang mapan berikut asumsi-asumsinya. Oleh sebab itu
penelusuran paradigm ini merupakan kerja awal yang harus diselesaikan terlebih
dahulu sebelum melangkah kearah penyususnan
substansi psikologi Islam.
Pemunculan paradigma Psikologi Islam merupakan hal
yang baru bahkan boleh dibilang sebagai reaksi dari kemajuan diskursus
psikologi barat kontemporer. Reaksi ini semakin memuncak setelah hasil
psikologi barat kontemporer yang antroposentris
dan netral etik di jadikan
sebagai “pisau analisis” dalam memahami fenomena psikologi masyarakat Islam
yang teosentris dan Sarat Etik. Tentunya hal itu
mengakibatkan benturan-benturaan tersendiri sebab masing-masing pihak memiliki Frame pemikiran berbeda.
Paradigm Psikologi Islam dengan meminjam pendapat abd
al rahman Shalih abd alLah harus dikaitkan pada pemikiran filosofis dalam
Islam. Terdapat literature yang berkembang setidak-tidaknya ditemukan dua
kelompok dalam mensikapi pengembangan Psikologi Islam yaitu:
1)
Kelompok yang
menghendaki keterbukaan terhadap pandangan hidup dan kehidupan non muslim.
Kelompok ini berusaha mengadopsi konsep-konsep psikologi non islam dan
menggabungkan ke dalam pemikiran psikologi islam.
2)
Kelompok yang berusaha
mengangkat pesan besar ilahi kedalam
pemikiran psikologi baik dari Al-Qur’an maupun penafsiran ulama terhdap kedua
sumber tersebut.[5]
Kedua
kelompok pemikiran yang ditawarkan di atas merupakan kerangka dasar bagi
bangunan paradigma Psikologi Islam. asumsi yang mendasari kelompok pertama
adalah bahwa tidak ada salahnya jika pemikir muslim meminjam atau bahkan
menemukan kebenaran dari pihak lain. Nabi Muhammad SAW dalam haditsnya
bersabda: Hikmah itu merupakan barang
yang hilang jika ditemukan darimana saja datangnyan maka ia berhak memilikinya.[6]
Asumsi pemikiran kelompok kedua adalah bahwa Islam meruapakan sistem ajaran
yang universal dan komprehensif.
Pengembangan
psikologi Islam bermula dari ide dan gerakan islamisasi sains yang di pelopori
oleh dua tokoh jenamaan yaitu Ismail Raji al-Faruq dan Ziauddin Sardar.
Al-Furuqi berpendapat bahwa islamisasi sains bermula dari upaya sintesis antara
ilmu pengetahuan modern dengan Islam. berbeda dengan al-Fuqui Sardar
berpendapat bahwa islamisasi sains mesti dimulai dari hal-hal yang paling
mendasar yaitu dengan membangun pandangan dunia Islam dan paradigma Islam.[7] pemikiran al Furuqi
didasarkan atas asumsi bahwa jika ingin menghasilkan suatu pendekatan barun
dalam khazanahb Psikologi Islam maka langkah yang paling tepat bukanlah dimulai
dari nol melainkan dimulai dari penemuan dan teori-teori psikologi barat
kontem[porer yang sudah mapan. Sedangkan asumsi yang mendasari ide Sradr adalah
Psikologi Islam harus dibangun dari kerangka pikir Islam.
Metode
pendekkatan pengkajian dan pengembangan Psikologi Islam dapat ditempuh dengan
dua cara yaitu metoden pragmatis dan metode idealistik.[8] Metode pragmatis adalah metode pengkajin atau pengembangan
Psikologi Islam yang lebih mengutamakan aspek praktis dan kegunaanya. Langkah-langkah
operasional yang dapat ditempuh dalam metode pragmatis sebagaimana yang
ditawarkan al-Furuqi adalah:
Ø Penguasaan
disiplin ilmu modern dan penguraian kategoris
Ø Survai
disiplin ilmun pengetahuan
Ø Penguasaaan
khazanah Islam sebuah ontologis
Ø Penguasaan
khazanah ilmiah Islam tahap analisis
Ø Penemuan
relevansi Islam yang khas terhadap disiplin ilmu pengetahuan
Ø Penilaian
kritis terhadap disiplin iulmu modern tingkat perkembanganya di masa ini
Ø Penilaian
kritis terhadap khazanah Islam tingkat perkembangan dewasa ini
Ø Survei
permasalahan yang dihadapi umat Islam
Ø Survei
permasalahan yang dihadapi umat manusia
Ø Analisis
kreatif dan sintesis
Ø Penuangan
kembali disiplin ilmu modern ke dalam kerangka Islam
Ø Penyebarluasan
ilmu-ilmu yang telah di Islamisasikan.[9]
Melalui
metode Pragmatis teori-teori yang ada pada ketiga aliran psikologi diatas dapat
dimasukkan ke dalam keutuhan Psikologi Islam setelah diadakan eleminasi dan pengkudusan. Kelebihan
metode pragmatisn ini adalah responsif, akomodatif dan toleransi terhadap
perkembangan sains modern khususnya pada disiplinn psikologi. Dengan meminjam
istilah yang ditawarkan Hanna Djumhana Bastaman,[10] metode ini menghasilkan
enam pola: Pertama pola Similarisasi, Kedua pola Paralelisasi, Ketiga pola Komplomentasi Keempat pola Komparasi
Kelima pola Induktifikasi, Keenam pola Verifikasi. Pada mulanya metode ini merupakan jembatan untuk
terciptanya Psikologi Islam namun sayangnya psikologi muslim belum mampu
melalui jembatan itu sampai pada tujuanya sehingga ia terkungkung di dalamnya
yang sulit keluar darinya.
Metode
yang kedua adalah metode idealistik yaiotu
metode yang lebih mengutamaan penggalian Psikologi Islam dari ajaran Islam
sendiri. Metode ini menggunakan pola deduktif dengan cara menggali premis mayor
yang digali dari al nash. Konstruksi premis mayor ini dijadikan sebagai
“Kebenaran Universal” yang dijadikan kerangka acuan penggalian premis minornya.
Melalui metode ini maka terciptalah apa yang disebut dengan “Psikologi Islam”.
Pendekatan
yang digunakan dalam membangun Psikologi Islam sebagaimana yang pernah
dipraktekkan oleh para psikolog muslim terdahulu setidak-tidaknya melalui tiga
aspek yaitu pendekatan skriptualis, pendekatan filosofis dan pendekatan
tasawwufi. Ketiga pendekatan ini didasarkan atas tiga acuan yaitu wahyu, akal
dan intuisi.[11]
Berdasarkan
metode diatas terdapat dua istilah yang perlu dijelaskan, Pertama, istilah Psikologi Islami yaitu bangunan psikologi yang
bersifat islami yang didasarkan atas konsep-konsep atas teori-teori psikologi
barat kontemporer yang kemudia diislamisasikan. Hasil islamisasi osikologi
sekuler itu kemudian dimasukkan ke dalam khazanah Islam sehingga wacana Islam.
penggunaan istilah “Islami” disebabkan ketidakpercayaan bahwa apa yang
dihasilkan benar-benar sesuai dengan Islam atau tidak karena keangkanya
beranjak dari khazanah lain. Kedua istilah Psikologi Islam yaiotu bangunan psikologi
Islam yang didasarkan atas nilaiu-nilai dasar islam yang tettuang dalam AL-
Qur’an, hadits dan pemikiran para psikolog muslim.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Obyek kajian Psikologi Islam adalah ruh yang memiliki
dimensi ilahiah sedangkan kajian Psikoloi kontemporer barat berdimensi
insaniah. Hakikat Psikologi Islam dapat dirumuskan sebagai berikut: kajian
Islam yang berhubungan dengan aspek-aspek dan perilaku kejiwaan manusia agar
secara sadar ia dapat membentuik kualitas diri yang lebih sempurna dan
mendapatkan kebahagiaan hidup didunia dan akhirat.
Mempelajari Psikologi Islam dapat berimplikasi
membahagiakan diri sendiri dan orang lain bukan menambah masalah baru seperti
hidup dalam keterasingan, kegersangan dan kegelisahan. Psikoologi Islam sudah
sepatutnya menjadi wacana sains yang obyektif bahkan boleh dikatakan telah mencapai derajat Supra ilmiah, anggapan bahwa Psikologi Islam masih bertaraf pseudo
ilmiah adalah tidak benar sebab Psikologi Islam telah melampaui batas-batas
ilmiah.
Upaya pemetaan metode dan pendekatan Psikologi Islam
harus ditopang oleh suatu paradigm yang mapan. Paradigm Psikologi Islam dengan meminjam pendapat abd
al rahman Shalih abd alLah harus dikaitkan pada pemikiran filosofis dalam
Islam. Terdapat literature yang berkembang setidak-tidaknya ditemukan dua
kelompok dalam mensikapi pengembangan Psikologi Islam yaitu:
1. Kelompok yang menghendaki keterbukaan terhadap pandangan hidup
dan kehidupan non muslim. 2. Kelompok yang berusaha mengangkat pesan besar ilahi kedalam pemikiran psikologi baik
dari Al-Qur’an maupun penafsiran ulama terhdap kedua sumber tersebut.
Pengembangan
psikologi Islam bermula dari ide dan gerakan islamisasi sains yang di pelopori
oleh dua tokoh jenamaan yaitu Ismail Raji al-Faruq dan Ziauddin Sardar. Metode
pendekkatan pengkajian dan pengembangan Psikologi Islam dapat ditempuh dengan
dua cara yaitu metoden pragmatis dan metode idealistik. Pendekatan yang
digunakan dalam membangun Psikologi Islam sebagaimana yang pernah dipraktekkan
oleh para psikolog muslim terdahulu setidak-tidaknya melalui tiga aspek yaitu
pendekatan skriptualis, pendekatan filosofis dan pendekatan tasawwufi.
Daftar Pustaka
Mujib,
Abdul dan Jusuf Mudzakir, Nuansa-nuanwsa
Psikologi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001).
J. Bruno, Frank. Kamus
Istilah Kunci Psikologi, terj. Cecilia G. Samekto, judul asli “ Dictionary
of key Psychologi, (Yogyakarta: Kanisius, 1989).
S. Hall, Calvin dan
Gardner Lindzey, Teori-teori Holistik, terj.
Yustinus judul asli Theories Of Personality,( Yogyakarta: Kanisius, 1993).
Terjemahan
bebas dari abd allah al-Rahman Abd Salih, Education
Theory a Quranic Outlook, (Makkah: Umm al-Qura University, 1982).
Hadits
Riwayat al-Turmuzi dan abu hurairah. Lihat abu Muhammad Isa ibn isa ibn Saurah,
al jami al shahih wa huwa Sunan al-Turmuzi, (Beirut: Dar ak-Ahya, kitab al ilm
nomor 2887).
Ancok,
Djamaluddin Membangun Paradigma Psikologi
Islam¸ (Yogyakarta: Sipress, 1994).
Muhaimin
dan Abdul Majib, Pemikiran Pendidikan
Islam, (Bandung: Trigenda Karya, 1993).
Raji,
Ismail al-Faruqi, Islamisasi Pengetahuan,
terj. Anas Wahyudi, (Bandung: Pustaka, 1984).
Djumhana
Bastaman, Hanna Integrasi Psikologi
Islam, Menuju Psikologi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995).
Nasr
S.H. dan Oliver leaman, History Of Islamic Philosophy, London:
Routledge, 1996).
[1] Disitulah wajah Allah maksudnya;
kekuasaan Allah meliputi seluruh alam; sebab itu di mana saja manusia berada,
Allah mengetahui perbuatannya, Karena ia selalu berhadapan dengan Allah.
[2] Frank. J.
Bruno, Kamus Istilah Kunci Psikologi,
terj. Cecilia G. Samekto, judul asli “ Dictionary of key Psychologi, (Yogyakarta:
Kanisius, 1989), hlm
236-237
[3] Maksud keuinikan disini terutama menyangkut masalah yang mendasar dan
bukan masalah teknis-oprasional.
[4] Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, Teori-teori
Holistik, terj. Yustinus judul asli Theories Of Personality,(
Yogyakarta: Kanisius, 1993), hlm 222
[5]Terjemahan bebas dari Abd
al-Rahman Salih abd al-lah, Education
Theory a Quranic Outlook, (Makkah: Umm al-Qura University, 1982), hlm 35-36
[6] Hadits
Riwayat al-Turmuzi dan abu hurairah. Lihat abu Isa Muhammad ibn isa ibn Saurah,
al jami al shahih wa huwa Sunan al-Turmuzi, (Beirut: Dar ak-Ahya, kitab al ilm
nomor 2887), hlm 51
[9] Ismail
Raji al-Faruqi, Islamisasi Pengetahuan,
terj. Anas Wahyudi, (Bandung: Pustaka, 1984), hlm. 99-115.
[10] Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi Islam, Menuju Psikologi
Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), hlm. 32-33
terima kasih atas makalah yang telah diposting, makalah ini sangat membantu karena bahasanya lebih memudahkan untuk dipahami ketimbang merujuk ke buku aslinya.
BalasHapus