Selasa, 03 Desember 2013

Makalah Psikologi Islam



BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Sejumlah peristiwa penting dalam kehiduan Psikologi manusia banyak di abaikan bahkan dilupakan. Dimensi moralitas dan spiritualitas yang seharsnya menadi bagian yang tak terisahkan dari kehidupan psikologi manusia seakanakan menadi wacana yang asing dalam perkembangan Psikologi. Fenomena ini membutuhkan alternatif baru guna mengembalikan eksistensi psikologi yang sebenarnya. Salah satu solusi yang dianggap signifikan adalah dengan menghadirkan psikologi yang bernuansa agama. Kehadiran Psikologi Islam di satu sisi merakan reaksi positif bagi serangkaian upaya pengembangan Psikologi. Dalam rentan sejarah perkembangan psikologi terdapat beberapa aliran yang memiliki spesifikasi orientasi sendiri-sendiri. Di saat pengetahuan puncaknya di zaman yunani kuno pengembangan Psikologi lahir di orientasikan ada aspek ontologis seperti mempelajari hakikat jiwa dan eksistensinya bagi kehidupan manusia.
            Teori-teori Psikologi Islam lambat laun bermunculan meskipun sebagian psikolog memberikan komentar yang bervariatif. Sebagian psikolog menganggap Psikologi Islam sebagai diskursus yang pra ilmiah atau psedo ilmiah sebagian lain menganggapnya sdah menemukan persyaratan ilmiah meskipun cara pandang yang digunakan menurut cara pandang Islam. Barat dan Timur sebenarnya tidak perlu dipertentangkan sebab keduanya milik Allah SWT. Firman Allah SWT :

¬!ur ä-̍ô±pRùQ$# Ü>̍øópRùQ$#ur 4 $yJuZ÷ƒr'sù (#q9uqè? §NsVsù çmô_ur «!$# 4 žcÎ) ©!$# ììźur ÒOŠÎ=tæ ÇÊÊÎÈ
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah[1]. Sesungguhnya Allah Maha luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.

Rumusan Masalah
1.      Jelaskan bagaimana hakikat, metode dan pendekatan Psikologi Islam?


BAB II
PEMBAHASAN
Hakikat Psikologi Islam
Sejak pertengan abad XIX yang didakwahkan sebagai abad lahirnya psikologi kontemporer didunia barat terdapat banyak pengertrian mengenai psikologi yang ditawarkan oleh ahli para psikolog. Masing-masing pengetian memiliki keunikan seiring dengan kecendrungan  asumsi dan aliran yang dianut oleh penciptanya. Meskipun demikian perumusan pengertian psikologi dapat disederhanakan dalam tiga pengertian. Pertama Psikologi adalah studi tentang jiwa, Kedua Psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang kehidupan mental, Ketiga Psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang perilaku organisme.[2]   
Obyek kajian Psikologi Islam adalah ruh yang memiliki dimensi ilahiah sedangkan kajian Psikoloi kontemporer barat berdimensi insaniah. Hakikat Psikologi Islam dapat dirumuskan sebagai berikut: kajian Islam yang berhubungan dengan aspek-aspek dan perilaku kejiwaan manusia agar secara sadar ia dapat membentuik kualitas diri yang lebih sempurna dan mendapatkan kebahagiaan hidup didunia dan akhirat.
Hakikat definisi tersebut mengandung tiga unsure pokok, Pertama bahwa Psikologi Islam merupakan salah sati dari kajian masalah-masalah keislaman. Artinya psikologi yang dibangun bercorak atau memiliki pola piker sebagaimana yang berlaku pada tradisi keilmuan dalam islam sehingga dapat membentuk aliran tersendiri yang unik dan berbeda dengan psikologi kontemporer pada umumnya.[3] Kedua  bahwa psikologi Islam membicarakan aspek-aspek dan perilaku kejiwaan manusia, aspek kejiwaan dalam Islam berupa Al-ruh, al nafs, al kalb, al aql, al dhamir, al lubb, al fu’ad, al sir, al fitrah dan sebagainya. Psikologi Islam tidak hanya menekankan perilaku kejiwaan melainkan juga apa hakikat kejiwaan sesungguhnya. Sebagai satu organisasi permanen jiwa manusia bersifat potensial yang aktualisasinya dalam bentuk perilaku sangat tergantung pada daya upayanya. Disini tampak bahwa psikologi Islam mengakuo adanya kesadaran dan kebebasan manusia untuk berkreasi, berpikir, bertindak dan bersikap secara sadar walaupun dalam kebebasan tersebut dalam koridor sunah Allah SWT. Ketiga bahwa Psikologi Islam bukan netral etik melainkan sarat akan etik. Dikatakan demikian karana Psikologi Islam memiliki tujuan yang hakiki yaitu merangsang kesadaran diri agar mampu membentuk kualitas diri yang lebih sempurna untuk mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Mempelajari Psikologi Islam dapat berimplikasi membahagiakan diri sendiri dan orang lain bukan menambah masalah baru seperti hidup dalam keterasingan, kegersangan dan kegelisahan. Psikoologi Islam sudah sepatutnya menjadi wacana sains yang obyektif bahkan boleh dikatakan telah mencapai derajat Supra ilmiah, anggapan bahwa Psikologi Islam masih bertaraf pseudo ilmiah adalah tidak benar sebab Psikologi Islam telah melampaui batas-batas ilmiah.
Dalam dunia Islam para sufi telah bertindak sebagai para psikolog terapan.[4]  Tasawwuf merupakan dimensi esoteric dalam Islam yang membicarakan struktur jiwa, dinamika proses dan perkembanganya, penyakit jiwa dan terapinya, proses penempaan diri didunia spiritual, proses penyucian jiwa dan cara-cara menjada kesehatan mental dan sebagainya. Aspoek-aspek ini dalam sains modern masuk dalam wilayah Psikologi.

Metode Dan Pendekatan Psikologi Islam
Upaya pemetaan metode dan pendekatan Psikologi Islam harus ditopang oleh suatu paradigm yang mapan. Pemikiran ini didasarkan atas asumsi bahwa disiplin ilmu tidak akan bernilai obyektif apabila tidak didasarkan paradigm yang mapan berikut asumsi-asumsinya. Oleh sebab itu penelusuran paradigm ini merupakan kerja awal yang harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum melangkah kearah penyususnan  substansi psikologi Islam.
Pemunculan paradigma Psikologi Islam merupakan hal yang baru bahkan boleh dibilang sebagai reaksi dari kemajuan diskursus psikologi barat kontemporer. Reaksi ini semakin memuncak setelah hasil psikologi barat kontemporer yang antroposentris dan netral etik di jadikan sebagai “pisau analisis” dalam memahami fenomena psikologi masyarakat Islam yang teosentris dan Sarat Etik. Tentunya hal itu mengakibatkan benturan-benturaan tersendiri sebab masing-masing pihak memiliki Frame pemikiran berbeda.
Paradigm Psikologi Islam dengan meminjam pendapat abd al rahman Shalih abd alLah harus dikaitkan pada pemikiran filosofis dalam Islam. Terdapat literature yang berkembang setidak-tidaknya ditemukan dua kelompok dalam mensikapi pengembangan Psikologi Islam yaitu:
1)      Kelompok yang menghendaki keterbukaan terhadap pandangan hidup dan kehidupan non muslim. Kelompok ini berusaha mengadopsi konsep-konsep psikologi non islam dan menggabungkan ke dalam pemikiran psikologi islam.
2)      Kelompok yang berusaha mengangkat pesan besar ilahi kedalam pemikiran psikologi baik dari Al-Qur’an maupun penafsiran ulama terhdap kedua sumber tersebut.[5] 
Kedua kelompok pemikiran yang ditawarkan di atas merupakan kerangka dasar bagi bangunan paradigma Psikologi Islam. asumsi yang mendasari kelompok pertama adalah bahwa tidak ada salahnya jika pemikir muslim meminjam atau bahkan menemukan kebenaran dari pihak lain. Nabi Muhammad SAW dalam haditsnya bersabda: Hikmah itu merupakan barang yang hilang jika ditemukan darimana saja datangnyan maka ia berhak memilikinya.[6] Asumsi pemikiran kelompok kedua adalah bahwa Islam meruapakan sistem ajaran yang universal dan komprehensif.
Pengembangan psikologi Islam bermula dari ide dan gerakan islamisasi sains yang di pelopori oleh dua tokoh jenamaan yaitu Ismail Raji al-Faruq dan Ziauddin Sardar. Al-Furuqi berpendapat bahwa islamisasi sains bermula dari upaya sintesis antara ilmu pengetahuan modern dengan Islam. berbeda dengan al-Fuqui Sardar berpendapat bahwa islamisasi sains mesti dimulai dari hal-hal yang paling mendasar yaitu dengan membangun pandangan dunia Islam dan paradigma Islam.[7] pemikiran al Furuqi didasarkan atas asumsi bahwa jika ingin menghasilkan suatu pendekatan barun dalam khazanahb Psikologi Islam maka langkah yang paling tepat bukanlah dimulai dari nol melainkan dimulai dari penemuan dan teori-teori psikologi barat kontem[porer yang sudah mapan. Sedangkan asumsi yang mendasari ide Sradr adalah Psikologi Islam harus dibangun dari kerangka pikir Islam.
Metode pendekkatan pengkajian dan pengembangan Psikologi Islam dapat ditempuh dengan dua cara yaitu metoden pragmatis dan metode idealistik.[8] Metode pragmatis adalah metode pengkajin atau pengembangan Psikologi Islam yang lebih mengutamakan aspek praktis dan kegunaanya. Langkah-langkah operasional yang dapat ditempuh dalam metode pragmatis sebagaimana yang ditawarkan al-Furuqi adalah:
Ø  Penguasaan disiplin ilmu modern dan penguraian kategoris
Ø  Survai disiplin ilmun pengetahuan
Ø  Penguasaaan khazanah Islam sebuah ontologis
Ø  Penguasaan khazanah ilmiah Islam tahap analisis
Ø  Penemuan relevansi Islam yang khas terhadap disiplin ilmu pengetahuan
Ø  Penilaian kritis terhadap disiplin iulmu modern tingkat perkembanganya di masa ini
Ø  Penilaian kritis terhadap khazanah Islam tingkat perkembangan dewasa ini
Ø  Survei permasalahan yang dihadapi umat Islam
Ø  Survei permasalahan yang dihadapi umat manusia
Ø  Analisis kreatif dan sintesis
Ø  Penuangan kembali disiplin ilmu modern ke dalam kerangka Islam
Ø  Penyebarluasan ilmu-ilmu yang telah di Islamisasikan.[9]
Melalui metode Pragmatis teori-teori yang ada pada ketiga aliran psikologi diatas dapat dimasukkan ke dalam keutuhan Psikologi Islam setelah diadakan eleminasi dan pengkudusan. Kelebihan metode pragmatisn ini adalah responsif, akomodatif dan toleransi terhadap perkembangan sains modern khususnya pada disiplinn psikologi. Dengan meminjam istilah yang ditawarkan Hanna Djumhana Bastaman,[10] metode ini menghasilkan enam pola: Pertama pola Similarisasi, Kedua pola Paralelisasi, Ketiga pola Komplomentasi Keempat pola Komparasi Kelima pola Induktifikasi, Keenam pola Verifikasi. Pada mulanya metode ini merupakan jembatan untuk terciptanya Psikologi Islam namun sayangnya psikologi muslim belum mampu melalui jembatan itu sampai pada tujuanya sehingga ia terkungkung di dalamnya yang sulit keluar darinya.
Metode yang kedua adalah metode idealistik yaiotu metode yang lebih mengutamaan penggalian Psikologi Islam dari ajaran Islam sendiri. Metode ini menggunakan pola deduktif dengan cara menggali premis mayor yang digali dari al nash. Konstruksi premis mayor ini dijadikan sebagai “Kebenaran Universal” yang dijadikan kerangka acuan penggalian premis minornya. Melalui metode ini maka terciptalah apa yang disebut dengan “Psikologi Islam”.
Pendekatan yang digunakan dalam membangun Psikologi Islam sebagaimana yang pernah dipraktekkan oleh para psikolog muslim terdahulu setidak-tidaknya melalui tiga aspek yaitu pendekatan skriptualis, pendekatan filosofis dan pendekatan tasawwufi. Ketiga pendekatan ini didasarkan atas tiga acuan yaitu wahyu, akal dan intuisi.[11]
Berdasarkan metode diatas terdapat dua istilah yang perlu dijelaskan, Pertama, istilah Psikologi Islami yaitu bangunan psikologi yang bersifat islami yang didasarkan atas konsep-konsep atas teori-teori psikologi barat kontemporer yang kemudia diislamisasikan. Hasil islamisasi osikologi sekuler itu kemudian dimasukkan ke dalam khazanah Islam sehingga wacana Islam. penggunaan istilah “Islami” disebabkan ketidakpercayaan bahwa apa yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan Islam atau tidak karena keangkanya beranjak dari khazanah lain. Kedua  istilah Psikologi Islam yaiotu bangunan psikologi Islam yang didasarkan atas nilaiu-nilai dasar islam yang tettuang dalam AL- Qur’an, hadits dan pemikiran para psikolog muslim.
























BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Obyek kajian Psikologi Islam adalah ruh yang memiliki dimensi ilahiah sedangkan kajian Psikoloi kontemporer barat berdimensi insaniah. Hakikat Psikologi Islam dapat dirumuskan sebagai berikut: kajian Islam yang berhubungan dengan aspek-aspek dan perilaku kejiwaan manusia agar secara sadar ia dapat membentuik kualitas diri yang lebih sempurna dan mendapatkan kebahagiaan hidup didunia dan akhirat.
Mempelajari Psikologi Islam dapat berimplikasi membahagiakan diri sendiri dan orang lain bukan menambah masalah baru seperti hidup dalam keterasingan, kegersangan dan kegelisahan. Psikoologi Islam sudah sepatutnya menjadi wacana sains yang obyektif bahkan boleh dikatakan telah mencapai derajat Supra ilmiah, anggapan bahwa Psikologi Islam masih bertaraf pseudo ilmiah adalah tidak benar sebab Psikologi Islam telah melampaui batas-batas ilmiah.
Upaya pemetaan metode dan pendekatan Psikologi Islam harus ditopang oleh suatu paradigm yang mapan. Paradigm Psikologi Islam dengan meminjam pendapat abd al rahman Shalih abd alLah harus dikaitkan pada pemikiran filosofis dalam Islam. Terdapat literature yang berkembang setidak-tidaknya ditemukan dua kelompok dalam mensikapi pengembangan Psikologi Islam yaitu: 1. Kelompok yang menghendaki keterbukaan terhadap pandangan hidup dan kehidupan non muslim. 2. Kelompok yang berusaha mengangkat pesan besar ilahi kedalam pemikiran psikologi baik dari Al-Qur’an maupun penafsiran ulama terhdap kedua sumber tersebut.
Pengembangan psikologi Islam bermula dari ide dan gerakan islamisasi sains yang di pelopori oleh dua tokoh jenamaan yaitu Ismail Raji al-Faruq dan Ziauddin Sardar. Metode pendekkatan pengkajian dan pengembangan Psikologi Islam dapat ditempuh dengan dua cara yaitu metoden pragmatis dan metode idealistik. Pendekatan yang digunakan dalam membangun Psikologi Islam sebagaimana yang pernah dipraktekkan oleh para psikolog muslim terdahulu setidak-tidaknya melalui tiga aspek yaitu pendekatan skriptualis, pendekatan filosofis dan pendekatan tasawwufi.




Daftar Pustaka
Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakir, Nuansa-nuanwsa Psikologi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001).
J. Bruno, Frank.  Kamus Istilah Kunci Psikologi, terj. Cecilia G. Samekto, judul asli “ Dictionary of key Psychologi, (Yogyakarta: Kanisius, 1989).

S. Hall, Calvin dan Gardner Lindzey, Teori-teori Holistik, terj. Yustinus judul asli Theories Of Personality,( Yogyakarta: Kanisius, 1993).

Terjemahan bebas dari abd allah al-Rahman Abd Salih, Education Theory a Quranic Outlook, (Makkah: Umm al-Qura University, 1982).

Hadits Riwayat al-Turmuzi dan abu hurairah. Lihat abu Muhammad Isa ibn isa ibn Saurah, al jami al shahih wa huwa Sunan al-Turmuzi, (Beirut: Dar ak-Ahya, kitab al ilm nomor 2887).

Ancok, Djamaluddin Membangun Paradigma Psikologi Islam¸ (Yogyakarta: Sipress, 1994).

Muhaimin dan Abdul Majib, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Trigenda Karya, 1993).

Raji, Ismail al-Faruqi, Islamisasi Pengetahuan, terj. Anas Wahyudi, (Bandung: Pustaka, 1984).

Djumhana Bastaman, Hanna Integrasi Psikologi Islam, Menuju Psikologi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995).

Nasr S.H.  dan Oliver leaman, History Of Islamic Philosophy, London: Routledge, 1996).


[1] Disitulah wajah Allah maksudnya; kekuasaan Allah meliputi seluruh alam; sebab itu di mana saja manusia berada, Allah mengetahui perbuatannya, Karena ia selalu berhadapan dengan Allah.

[2] Frank. J. Bruno, Kamus Istilah Kunci Psikologi, terj. Cecilia G. Samekto, judul asli “ Dictionary of key Psychologi, (Yogyakarta: Kanisius, 1989), hlm 236-237
[3] Maksud keuinikan disini terutama menyangkut masalah yang mendasar dan bukan masalah teknis-oprasional.
[4] Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, Teori-teori Holistik, terj. Yustinus judul asli Theories Of Personality,( Yogyakarta: Kanisius, 1993), hlm 222
[5]Terjemahan bebas dari Abd al-Rahman Salih abd al-lah, Education Theory a Quranic Outlook, (Makkah: Umm al-Qura University, 1982), hlm 35-36
[6] Hadits Riwayat al-Turmuzi dan abu hurairah. Lihat abu Isa Muhammad ibn isa ibn Saurah, al jami al shahih wa huwa Sunan al-Turmuzi, (Beirut: Dar ak-Ahya, kitab al ilm nomor 2887), hlm 51
[7]Djamaluddin Ancok, Membangun Paradigma Psikologi Islam¸ (Yogyakarta: Sipress, 1994), hlm 10
[8] Muhaimin dan Abdul Majib, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Trigenda Karya, 1993), hlm 6
[9] Ismail Raji al-Faruqi, Islamisasi Pengetahuan, terj. Anas Wahyudi, (Bandung: Pustaka, 1984), hlm. 99-115.
[10] Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi Islam, Menuju Psikologi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), hlm. 32-33
[11] S.H. Nasr dan Oliver leaman, History Of Islamic Philosophy, London: Routledge, 1996), hlm. 644

1 komentar:

  1. terima kasih atas makalah yang telah diposting, makalah ini sangat membantu karena bahasanya lebih memudahkan untuk dipahami ketimbang merujuk ke buku aslinya.

    BalasHapus