Makalah Metodologi Studi Islam
Pengertian dan Metode Pendekatan
Studi Islam
Disusun oleh :
A.
Hatimi
11521001
Ade Yulia 1152
1002
Dosen Pembimbing
:
H. Opi Palopi
JURUSAN
BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
DAN KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI
RADEN FATAH
PALEMBANG
2013
Bab 1
Pendahuluan
A. Latarbelakang Masalah
Dalam sejarah studi islam ditemukan beberapa
tipologi. Diantaranya dilihat dari orang yang melakukan studi muncul dua
tipologi yakni insider dan outsider. Bila ditinjau dari sisi pendekatan muncul
pula dua tipologi besar yaitu pendekatan normatif (murni studi islam) dan
pendekatan dengan menggunakan teori-teori non islamic studies.
Sejumlah karya telah lahir dari sejumlah pengkajian
dari tipologi insider dan outsider. Demikian juga sejumlah ilmuwan telah
membuktikan betapa bear peran teori-teori ilmu non-islamic studies dalam kajian
studi islam. Baik ilmu humaniora maupun eksakta. Tidak berlebihan pula untuk
menyatakan bahwa sejumlah ilmwan telah berussaha memadukan teori-teori
non-islamic studies dengan teori-teori islamic studies atau menggunakan
teori-teori non islamic studies sebagai alat analisis dalam islamic studies.
Satu diantara ilmu non-islamic studies yang besar peranannya dalam studi islam
adalah hermeneutika.
B. Rumusan Masalah
1.
Pengertian
Metodolosi Studi Islam?
2.
Jelaskan
Bagaiama Metode Pendekatan Studi?
Bab 2
Pembahaasan
A.
Pengertian
Metodologi Studi Islam
Metodologi berasal dari bahasa latin methodologia, methodus + -logia –logy. Istilah ini pertama
kali digunakan pada tahun 1800. Pengertian
Metodologi Studi Islam terdiri dari dua kata yaitu metodologi dan Studi Islam. Dalam bahasa Arab Metodologi Studi Islam dipahami
sebagai Dirosah Islamiyah, dalam bahasa Inggris Islamic Studies, dalam istilah
Jerman Islam wissenschaft.[1]
Istilah metodologi berasal dari bahaasa yunani yakni methodos dan logis.
Methodos berarti cara, kiat dan seluk beluk yakni berkaitan dengan upaya
menyelesaikan sesuatu. Sementara logos berarti ilmu pengetahuan, cakrawala dan
wawasan. Dengan demikian metodologi adalah pengetahuan tentang metode atau
cara-cara yang berlaku dalam kajian atau penelitian.
Cara dan prosedur untuk memperoleh pengetahuan
dapat ditentukan berdasarkan disiplin ilmu yang dikajinya. Oleh karna itu dalam
menentukan disiplin ilmu kita harus menentukan metode yang relevan dengan
disiplin itu. Masalah yang dihadapi dalam proses verifikasi ini adalah
bagaimana prosedur kajian dan cara dalam pengumpulan dan analisis dan agar
kesimpulan ditarik memenuhi persyaratan berpikir induktif. Penetapan kajian dan
cara ini disebut metodologi atau metodologi penelitian.
Metodologi
dimaknai sebagai Sebuah sistem yang luas dari prinsip atau aturan
dari metode atau prosedur yang khusus diturunkan untuk
menafsirkan atau memecahkan berbagai masalah dalam lingkup tertentu dari sebuah
disiplin ilmu. Tidak seperti algoritma , metodologi bukanlah rumus tetapi satu
set praktek. Sedangkan studi Islam dipahami sebagai kajian yang bersifat
ilmiah dan objektif dalam memahami tentang Islam.
Selain itu metodologi
adalah pengatahuan tentang metode-metode.[2] Manurut Asmuni Syukir,
metodologi berarti ‘ilmu pegnetahuan yang mempelajari tentang cara-cara atau
jalan yang efektif dan efisien. Louay safi mendifinisikan metodologi sebagai bidang penelitian yang
berhubungan dengan pembahasan tentang metode-metode yang digunakan dalam
mengkaji fenomena alam dan manusia atau dengan redaksi yang lain metodologi
adalah bidang penelitian ilmiah yang membenarkan, mendeskripsikan dan
menjelaskan aturan-aturan, prosedur-prosedur sebagai metode ilmiah.[3]
Al-Faruqi mengidentifikasi lima prinsip metodologi studi islam yang
diungkapkanya dengan istilah “ lima kesatuan” yaitu kesatuan allah, makhluk,
kebenaran, kehidupan dan hiumanitas.[4]
Pada dataran normativitas
studi islam agaknya masihg banyak terbebani oeh misi keagamaan yang bersifat
memihak, romantis dan apologi sehingga kadar muatan analisis, kritis,
metodologis, historis, empiris dan terutama dalam menelaah teks-teks atau
naskah-naskah keagamaan produk sejarah terdahulu kurang begitu ditonjolkan
kecuali dalam lingkungan para peneliti tertentu yang masih sangat terbatas.[5]
Dengan demikian secara
sederhana dapat ditemukan jawabanya bahwa dilihat dari segi normatif
sebagaimana tang terdapat dalam al-qur’an dan hadits maka islam lebih merupakan
agama yang tidak dapat diberlakukan kepadanya paradigma ilmu pengetahuan yaitu
paradigma analitis, kritis, metodologis, historis dan empiris. Sebagaimana
agama islam lebih bersifat memihak, romantis, apologis dan subjektif sedangkan
jika dilihat dari segi historis yakni islam dalam arti yang dipraktikan oleh
manusia serta tumbuh dan berkembang dalam sjarah kehidupan manusia maka islam
dapat dikatakan sebagai sebuah disiplin ilmu yakni ilmu keislaman atau islam
studies.
Studi Islam adalah sebuah
upaya yang bersifat aspektual, polimetodis, pluralistik dan tanpa batas yang
tegas. Ia bersifat aspektual dalam arti bahwa Islam harus diperlakukan sebagai
salah satu aspek yang eksistensi. Sedangkan studi Islam bersifat polimetodis
dalam arti bahwa berbagai metode atau disiplin yang berbeda digunakan untuk
memahami Islam, oleh karena itu, orang perlu memahami Islam dengan metode
sejarah, penyelidikan sosiologis, fenomenologis, dan sebagainya. Ia pluralistik
karena ada banyak agama-agama dan tradisi lain disamping Islam.
Studi
Islam mulai dikembangkan oleh Mukti Ali pada akhir dekade tahun 70-an. Kajian
masih bersifat stadium awal, terfokus pada persoalan praktis menyangkut
penataan, pembinaan dan pengembangan hubungan antar pemeluk agama-agama di
Indonesia. Memasuki dasawarsa tahun 80-an, studi agama memasuki fase baru yang
segar dimana mulai muncul kajian-kajian yang secara tematik lebih variatif dan
secara kualitattif lebih intensif. Situasi ini disebabkan oleh perkembangan
dunia pendidikan, teknologi komunikasi dan transportasi, yang secara langsung
membantu perkembangan internal kajian agama.[6]
B.
Pendekatan Studi
Pendekatan “approach, artinya cara pandangan atau
paradigma terhadap sesuatu. Yang dimaksud dengan pendekatan dalam konteks studi
Islam adalah cara pandangan atau paradigma dalam suatu bidang ilmu yang
selanjutnya digunakan dalam memahami agama.
A.
Pendekatan Teologis
normatif
Dalam memahami agama secara harfiah dapat diartikan
sebagai upaya memahami agama dengan menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang
bertolak dari suatu keyakinan bahwa wujud empirik dari suatu keagamaan dianggap
sebagai yang paling benar dibandingkan dengan yang lainya. Amin abdullah
mengatakan bahwa teolog sebagaimana kita ketahui tidak bisa tidak pasti mengacu
kepada agama tertentu. Loyalitas terhadap kelompok sendiri, komitmen dan
dedikasi yang tinggi serta penggunakaan bahasa yang bersifat subjektif yakni
bahasa sebagai pelaku bukan sebagai pengamat adalah merpakan ciri yang melekat
pada bentuk pemikiran teologis. [7]
Dari pemikiran tersebut dapat
diketahui bahwa pendekatan teologis dalam pemahaman keagamaan adalah pendekatan
yang menekankan pada bentuk forma dan simbol-simbol keagamaan yang
masing-masing bentuk forma atau simbol-simbol kegamaan tersebut mengklaim
dirinya sendirinya sebagai yang paling benar sedangkan yang lain sebagai salah.
Aliran teologis yang satu begitu yakin dan fanatik bahwa pahamnyalah yangh
benar dan paham lainya salah sehingga memandang paham orang lain itu keliru,
sesat, kafir, murtad dan seterusnya.
Salah satu ciri teologis masa kini
adalah sifat kritisnya. Teologis kritis bersikap kritis pula terhadap
lingkunganya. Kita perlu memerlukan pendekatan teologi dalam memahami agama
karena tanpa adanya pendekatan teologis keagamaan seseorang akan mudah cair dan
tidak jelas identitas dan pelembagaanya. Pendekatan teologis dalam memahami
agama menggunakan berfikir deduktif yaitu cara berpikir yang berawal dari
keyakinan yang diyakini benar dan mutlak adanya karena ajaran yang berasal dari
tuhan sudah pasti sehingga tidak perlu dipertanyakan lebih dahulu melainkan
dimulai dari keyakinan yang selanjutnya diperkuat dengan dalil-dalil dan
argumentasi.
Pendekatan teologis ini selanjuutnya
erat kaitanya dengan pendekatan normatif yaitu suatu pendekatan yang memandang
agama dari segi ajarannya yang pokok dan ali dari tuhan yang di dalamnya belum
terdapat penalaran pemikiran manusia. Dalam pendekatan ini agama dilihat
sebagai suatu kebenaran mutlak dari tuhan tidak ada kekurangan sedikitpun dan
bersikap ideal.
B.
Pendekatan
Atropologis
Pendekatan antropologis dalam memahmi agama dapat di
artikan sebagai salah satu upaya memahmi agama dengan cara meliohat wujud
praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui
pendekatan ini agama tampak akrab dan dengan dekat dengan masalah-masalah yang
dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan jawabnya. Dengan kata
lain bahwa cara-cara yang digunakan dalam disiplin ilmu antropologi dalam
melihat suatu masalah digunakan pula untuk memahami agama.
Sejalan dengan pendekatan tersebut maka dalam berbagai
peneliian antropologi agama dapat ditemukan adanya hubungan positif anatara
kepercayaan agama dengan kondisi ekonomi dan politik. Melalui pendekatan ini
kita melihat bahwa aga,ma ternyata berkorelasi dengan etos kerja dan perkembangan
ekonomi suatu masyarakat. Dalam hubungan ini jika kita ingin mengibah pandangan
dan sikap etos kerja seseorang maka dapat dilakukan dengan cara mengubah
pandangan keagamaanya.
Melalui pendekatan ini kita juga dapat melihat
hubungan antara agama dan negara. Selanjutnya melalui pendakatan ini juga dapat
ditemukan keterkaitan agama dengan prikoterapi. Melalui pendekatan sntropologis
sebagaimana tersebut diatas terloihat dengan jelas hubungan agama dengan
berbagai maslah kehidupan manusia dan dengan itu pula agama terlihat akrab dan
fungsional dengan berbagai fenomenologi kehidupan manusia.
Dengan demikian pendekatan antropologi sangat
dibutuhkan dalam memahami ajaran agama karena dalam ajaran agama tersebut
terdapat uraian an informasi yang dapat dijelaskan lewat bantuan ilmu
antropologi dengan cabang-cabangnya.
C.
Pendekatan Sosiologis
Sosiologis adalah ilmu yang mempelajari hidup berasama
dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai
hidupnya itu. Spsiologi mencpba mengerti sifat dan maksud hidup bersama cara
terbentuk dan tumbuh serta berubahanya perserikatan-perserikatan hidup itu
serta pula kepercayaannya, keyakinan yang memberi tersendiri kepada cara hidup
bersama itu dalam tiap persekutuan hidup manusia.[8] Selanjutnya sosiologi dapat digunakan
sebagai salah satu pendekatan dalam memahami agama. Hal demikian dapat
dimengerti karena banyak bidang kajian agama yang baru dapat dipahami secara
proporsional dan tepat apabila menggunakan jasa bantuan dari ilmu sosiologi.
Pentingnya pendekatan ini sosiologi dalaam mehami
agama sebagai mana disebutkan dapat dipahami karena banyak sekali ajaran agama
yang berkaitan dengan masalah sosial. Besarnya perhatian agama terhadap masalah
sosial ini selanjutnya mendorong kaum agama memahami ilmu-ilmu sosial sebagai
alat untuk memahami agamanya. Melalui pendekatan sosialogis agama akan dapat
dipahami dengan mudah karena agama itu sendiri diturunkan untuk kepentingan
sosial.
D.
Pendekatan Filosofis
Filsafat pada in tinya berupaya menjelaskan inti,
hakikat atau hikmah mengenai sesuatu yang berada dibalik objek formalnya.
Filsafat mencari sesuatu yang mendasar, asa dan inti yang terdapat dibalik yang
bersifat lahiriah. Berfikir secara filosofis tersebut selanjutnya dapat digunakan
dalam memahami ajaran agama dengan maksud agar hikmah, hakikat atau inti dari
ajaran agama dapat dimengerti dan dipahami secara seksama. Pendekatan filosofis
yang demikian itu sebenarnya sudah banyak mdilakukan oleh para ahli.
Pentingnya pendekatan filosofis ini maka kita
menjumpai bahwa filsafat telah digunakan untuk memahmi berbagai bidang lainya
selain agama. Melalui pendekatan inbi seseorang tidak akan terjebak pada
pengalaman agama yang bersifat formalistik. Pendekatan filosofis yang bercorak perenialis
ini walaupun secara teoristis memberikan harapan dan kesejukan namun belum
secara luas dipahami dan diterima kecuali oleh sekolompok kecil saja. Islam
sebagai agama yang banyak menyuruh penganutnya mempergunakan akal pikiran sudah
dapat dipastikan sangat memerlukan pendekatan filosofis dalam memahami ajaran
agamanya.
E.
Pendekatan
Historis
Sejarah atau historis adalah suatu ilmu yang
didalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu,
objek=, latarbelakang dan pelaku dari peristiwa tersebut. Pendekatan
kesejarahan ini amat dibutuhkan dalam memahami agama karena agama itu sendiri
turun dalam situasi yang konkret bahkan berkaitan dengan kondisi sosial.
Kandungan al-qur’an itu terbagi nebjadi dua bagian. Pertama berisi konsep-konsep dan bagian Kedua berisi kisah-kisah sejarah dan perumpamaan.
Melalui pendekatan sejarah ini seseorang
diajak untuk memasuki keadaan yang sebenarnya berkenaan dengan penerapan suatu
peristiwa. Dari sini maka seseorang tidak akan memahami agama keluar dari
konteks historisnya karena pemahaman demikianlah itu menyesatkan orang yang
memahaminya.
F.
Pendekatan
Kebudayaan
Dalam kamus umum bahasa indonesia kebudayaan
diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia seperti
kepercayaan, kesenian, adat istiadat dan berarti pula kegiatan batin untuk
menciptakan sesuatu termasuk hasil kebudayaan.
Dengan demikian kebudayaan adalah hasil daya
cipta manusia dengan menggunakan dan mengarahkan segenap potensi batin yang
dimilikinya. Kebudayaan tersebut terdapat pengetahuan, keyakinan, seni, moral,
adat istiadat, dan sebagainya. Kesemuanya itu selanjutnya digunakan sebgai
kerangka acuan oleh seseorang dalam menjawab berbagai masalah yang dihadapinya.
Dapat pula digunakan untuk memahami agama
yang terdapat pada tataran empiris atau agama yang tampil dalam bentuk formal
yang menggejala dimasyarajat. Pengalaman agama yang terdapat dimasyarakat
tersebut diproses oleh penganutnya dari sumber agama yaitu wahyu melalui
penalaran.
G.
Pendekatan
Psikologis
Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang
mempelajari jiwa secara seseorang melalui gejala perilaku yang dapat
diamatinya. Dalam ajaran agama banyak kita jumpai istilah-istilah yang menggambarkan sikap batin seseorang.
Dengan ilmu jiwa ini seseorang selain akan
mengetahui tingkat keagamaan yang dihayati, dipahami dan amalkan seseprang juga
dapat digunakan sebagai alat untuk memasukkan agama kedalam jiwa seseorang
sesuai dengan tingkatan usianya. Dengan ilmu ini agama akan menemukan cara yang
tepat dwan corak un tuk menanamkanya.
Bab 3
Penutup
Dari uraian di atas
kita dapat menyimpulkan ternyata agama dapat dipahami melalui berbagai
pendekatan. Dengan pendekatan ini semua orang akan sampai pada agama. Seorang
teolog, sosiolog, antropolog, sejarawan, ahli jiwa an budayawan akan sampai
pada pemahaman agama yang benar disini juga kita melihat bahwa agama bukan
hanya monopoli kalangan teolog dan normatif belaka melainkan agama dapat
dipahami sesmua orang sesuai dengan pendekatan dan kseanggupan yang
dimilikinya. Dari keadaan demikian seseorang akan memiliki kepuasan dari agama
karena seluruh persoalan hidup mendapat bimbingan dari agama.
Daftar Pustaka
v
Ahmad Norma Permata,( ed) Metodologi Studi
Agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000
v
Abuddin Nata, iMetodologi Studi Islam,
Jakarta: Pt Rajagrafindo persada, 2009.
[2] Jujun S, Suriasumantri, Filsafat ilmu: sebuah pengantar populer, Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1993 hlm,. 328
[3] Louay Safi, Ancangan Metodologi Alternatif: Sebuah
Refleksi perbandingan metode penelitian islam dann barat, Yogyakarta: Tiara
Wicana yogya, 2001, hlm. 7, 8.
[5] Amin abdullah, Studi
Agama Normativitas atau historisitas, Yogyakarta: 1996, cet 1 hlm 106.
[7] Eric J. Sharpe, Comparative
Religion of History, London: Duckworth, 1986, hlm. 313
[8] Hassan Shadily, Sosiologi untuk Mayarakat Indoneisa,
Jakarta: Bina Aksara, 1983, cet ix hlm
1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar