TIGA KERAJAAN BESAR ISLAM PADA ABAD PERTENGAHAN
Disusun Oleh:
Ahmad Hatimi (11521001)
Lilis Syafitri (11521702)
Dosen Pembimbing:
Dewi Pernama Sari M. Hum
BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM KESEJAHTERAAN SOSIAL
DAKWAH DAN KOMUNIKASI
ISNTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada abad pertengahan ini ada tiga kerajaan besar yang telah kita ketahui bersama sebagaimana yang kita pelajari sebelumnya. Disini kami sebagai pemakalah atau penyaji akan membahas satu persatu dari ketiga kerajaan ini guna untuk mengulangi pengetahuan yang sudah kita ketahui dan menambah wawasan kita sehingga menjadikan kita lebih tahu. Dimana ketiga kerajaan tersebut adalah kerajaan Usmani di Turki, kerajaan Safawi di Persia, dan kerajaan Mughol (Mongol) di India.
Disini kami akan membahas tentang perkembangan-perkembangan pada masa kerajaan-kerajaan ini dan sebagaianya. Semoga dengan makalah ini akan menambahnya pengetahuan kita sehingga menjadi sngat bermanfaat pada diri kita pribadinya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan pada masa kerajaan Usmani di Turki?
2. Bagaimana perkembanagn pada masa kerajaan Safawi di Persia?
3. Bagaimana perkembangan pada masa kerajaan Mughol di India?
BAB II
PEMBAHASAN
A. KERAJAAN USMANI DI TURKI
Dinasti ini berasal dari suku kabilah Oghus. Yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina kurang lebih tiga abad. Kemudian mereka pindah ke Turkistan, Persia dan Iraq. Mereka masuk Islam pada abad ke-9/10 ketika menetap di Asia Tengah.[1] Pada abad ke-13 M, mereka mendapat serangan dan tekanan dari Mongol, akhirnya mereka melarikan diri ke Barat dan mencari perlindungan di antara saudara-saudaranya yaitu orang-orang Turki Seljuk, di dataran tinggi Asia kecil.[2] Dibawah pimpinan Ertoghrul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alaudin II yang sedang berperang melawan Bizantium. Karena bantuan mereka inilah, Bizantium dapat dikalahkan. Kemudian Sultan Alauddin memberi imbalan tanah di Asiakecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya dan memilih kota Syukud sebagai ibukota.[3]
Ertoghrul meninggal dunia tahun 1289. Kepemimpinan dilanjutkan oleh puteranya, Usman. Putera Ertoghrul inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajaan Usmani (1290-1326 M). Tahun 1300 M, bangsa Mongol kembali menyerang Kerajaan Seljuk, dan dalam pertempuran tersebut Sultan Alaudin terbunuh. Setelah wafatnya Sultan Alaudin tersebut, Usman (dikenal dengan Usman I) memproklamasikan kemerdekaannya dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Kerajaan Usani berkuasa secara meluas di asia kecil sejak munculnya pembina dinasti ini yaitu Ottoman pada tahun 1306 M. Golongan Ottoman mengambil nama mereka dari Usman, pendiri kerajaan ini dan keturunanya berkuasa sampai 1922.[4]
Setelah Usman mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al Usman (raja besar keluarga Usman), wilayah kerajaan dapat diperluasnya. Ia menyerang daerah perbatasan Byzantium dan menaklukkan Broessa tahun 1317 M, kemudian pada tahun 1326 M dijadikan sebagai ibu kota kerajaan. Pada masa pemerintahan Orkhan, kerajaan Turki Usmani ini dapat menaklukkan Azmir, Thawasyanli, Uskandar, Ankara dan Gallipoli. Selain memantapkan keamanan dalam negeri, ia melakukan perluasan daerah ke benua Eropa. Merasa cemas terhadap ekspansi kerajaan ke Eropa, Paus mengobarkan semangat perang. Sejumlah besar pasukan sekutu Eropa disiapkan untuk memukul mundur Turki Usmani, namun Sultan Bayazid I (1389-1403 M), dapat menghancurkan pasukan sekutu Eropa tersebut.
Ekspansi Bayazid I sempat berhenti karena adanya tekanan dan serangan dari pasukan Timur Lenk ke Asia kecil. Pertempuran hebat terjadi antara tahun 1402 M dan pasukan Turki mengalami kekalahan. Kekalahan tersebut membawa dampak yang buruk bagi Kerajaan Usmani yaitu banyaknya penguasa-penguasa Seljuk di Asia kecil yang melepaskan diri. Begitu pula dengan Bulgaria danSerbia, tetapi hal itu dapat diatasi oleh Sultan Muhammad I (1403-1421 M). Usaha beliau yang pertama yaitu meletakkan dasar-dasar keamanan dan perbaikan-perbaikan dalam negeri. Usaha beliau kemudian diteruskan oleh Sultan Murad II (1421-1451). Turki Usmani mengalami kemajuannya pada masa Sultan Muhammad II (1451-1484 M) atau Muhammad Al-Fatah. Beliau mengalahkan Bizantium dan menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453 M yang merupakan kekuatan terakhir Imperium Romawi Timur. putra Sultan Salim I, yaitu Sulaiman I (1520-1526 M) dan berhasil menaklukkam Irak, Belgaro, kepulauan Rhodes, Tunis dan Yaman. Masa beliau merupakan puncak keemasan dari kerajaan Turki Usmani.[5]
Kemajuan Peradaban Islam Pada Masa Kerajaan Usmani:
Akibat kegigihan dan ketangguhan yang dimiliki oleh para pemimpin dalam mempertahankan Turki Usmani membawa dampak yang baik sehingga kemajuan-kemajuan dalam perkembangan wilayah Turki Usmani dapat di raihnya dengan cepat. Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan usmani yang demikian luas dan berlangsung dengan cepat, itu diikuti pula oleh kemajuan dalam bidang kemajuan lain. Diantaranya:
1. Bidang kemiliteran dan pemerintahan.
Para pemimpin kerajaan Usmani pada masa-masa pertama adalah orang orang yang kuat sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan luas. Meskipun begitu kemajuan kerajaan usmani mencapai masa keemasannya bukan semata-mata karena keunggulan politik para pemimpinnya, namun banyak faktor lain yang mendukung keberhasilan ekspansi itu diantaranya: keberanian, keterampilan, ketangguhan, dan kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapan dan dimana saja.
Perang dengan Bizantium merupakan awal didirikannya pusat pendidikan dan militer, terbentuklah kesatuan militer yang disebut dengan Jenissari atau Inkisyariah. Selain itu kerajaan Usmani membuat struktur pemerintahan dengan kekuasaan tertinggi di tangan Sultan yang dibantu oleh Perdana Menteri yang membawahi Gubernur. Untuk mengatur urusan pemerintahan negara, di masa Sultan Sulaiman I disusun sebuah kitab UU (Qanun) yang diberi nama Multaqa Al-Abghur yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Turki Usmani sampai datangnya reformasi pada abad 19.[6]
2. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya
Kebudayaan turki usmani merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan diantaranya yaitu: kebudayaan Persia, Byzantium dan arab. Dari kebudayaan Persia mereka banyak mengambil ajaran tentang etika dan tata krama dalam istana raja-raja. Dari kebudayaan Byzantium mereka mengambil ajaran tentang organisasi pemerintahan dan kemiliteran. Sedangkan ajaran tentang prinsip ekonomi, sosial, kemasyarakatan, keilmuan mereka terima dari bangsa Arab.[7] Sebagai bangsa yang berdarah militer, turki usmani lebih banyak memfokuskan kegiatan dalam bidang kemiliteran, sementara dalam bidang ilmu pengetahuan mereka tidak begitu menonjol sehingga dalam khasanah intelektual islam kita tidak menemukan ilmuan terkemuka dari turki usmani.
3. Bidang Kebudayaan
Dinasti Usmani di Turki telah membawa peradaban Islam menjadi peradaban yang cukup maju pada zaman kemajuanya. Dalam bidang kebudayaan Turki Usmani banyak muncul tokoh-tokoh penting yang terlihat pada abad ke 16, 17 dan 18.[8] Dalam bidang sastra peosa kerajaan Usmani melahirkan dua tokoh terkemuka yaitu Katip Celebi & Evliya Celebi. Dalam hal pembangunan dan seni arsitek Turki Usmani telah menghasilkan keindahan yang tinggi nilainya dan bercorak khusus sehngga membedakan dengan peradaban dan kebudayaan yang lain.
4. Bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat turki mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial dan politik masyarakat digolongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku.[9] Pada masa turki usmani tarekat juga mengalami kemajuan. Tarekat yang paling berkembang adalah bektasyi dan maulawi yang banyak dianut oleh kalangan sipil dan militer. Namun disisi lain, Kajian ilmu keagamaan pun seperti Fiqh, Ilmu kalam, Tafsir, dan hadis boleh dikatakan tidak mengalami perkembangan karena para penguasa lebih cenderung untuk menegakkan satu faham (madzhab) keagamaan dan menekakan madzhab lainnya.[10]
B. KERAJAAN SAFAWI DI PERSIA
Pada waktu kerajaan Turki Usmani sudah mencapai puncak kejayaannya, kerajaan Safawi di Persia baru berdiri. Namun pada kenyataannya, kerajaan ini berkembang dengan cepat. Nama Safawi berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil, yaitu tarekat Safawiah sesuai dengan nama pendirinya Safi Al-Din, salah satu keturunan Imam Syi'ah yang keenam "Musa al-Kazim" Nama ini terus di pertahankan sampai tarekat ini memjadi suatu gerakan politik dan menjadi sebuah kerajaan yang disebut kerajaan Safawi.[11]
Dalam perkembangannya, kerajaan Safawi sering berselisih dengan kerajaan Turki Usmani. Kerajaan ini menyatakan sebagai penganut Syi'ah dan dijadikan sebagai madzhab negara. Pada awalnya tarekat ini bertujuan memerangi orang-orang yang ingkar dan pada akhirnya memerangi orang-orang ahli bid'ah. Tarekat ini menjadi semakin penting setelah ia mengubah bentuk tarekat itu dari pengajian tasawuf murni yang bersifat lokal menjadi gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya di Persia, Syiria dan Anatolia.Dalam perkembangannya Bangsa Safawi (tarekat Safawiyah) sangat fanatik terhadap ajaran-ajarannya. Suatu ajaran agama yang dipegang secara fanatik biasanya menimbulkan keinginan dikalangan penganut ajaran itu untuk berkuasa. Karena itu, lama kelamaan murid tarekat safawiah berubah menjadi tentara yang teratur, fanatik dalam kepercayaan dan menentang orang yang bermadzhab selain syi’ah.
Berikut urutan penguasa kerajaan Safawi :
1. Isma'il I (1501-1524 M)
2. Tahmasp I (1524-1576 M)
3. Isma'il II (1576-1577 M)
4. Muhammad Khudabanda (1577-1587 M)
5. Abbas I (1587-1628 M)
6. Safi Mirza (1628-1642 M)
7. Abbas II (1642-1667 M)
8. Sulaiman (1667-1694 M)
9. Husein I (1694-1722 M)
10. Abbas III (1732-1736 M)
Puncak kejayaan masa kerajaan Persia: Kondisi kerajaan Safawi yang memprihatinkan dapat diatasi setelah raja Safawi kelima, Abbas I naik tahta (1588-1628 M). Langkah-langkah yang ditempuh oleh Abbas I dalam rangka memulihkan kerajaan Safawi adalah:
1. Berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash dengan cara membentuk pasukan baru yang berasal dari budak-budak dan tawanan perang bangsa Georgia, Armenia dan Sircassia.
2. Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani dengan jalan menyerahkan wilayah Azerbaijan, Georgia, dan disamping itu Abbas berjanji tidak akan menghina tiga Khalifah pertama dalam Islam (Abu Bakar, Umar, dan Usman)dalam khutbah-khutbah Jum'at. Masa kekuasaan Abbas I merupakan puncak kejayaan kerajaan Safawi. Ia berhasil mengatasi gejolak politik dalam negeri yang mengganggu stabilitas negara dan sekaligus berhasil merebut kembali beberapa wilayah kekuasaan.
Kemajuan Peradaban Islam Masa Kerajaan Safawi:
1. Bidang Ekonomi
Stabilitas politik kerajaan Safawi masa Abbas memacu perkembangan ekonomi safawi,terutama setelah kepulangan Hurmuz dan pelabuhan Gumrun yang diubah menjadi Bandar Abbas. Dengan demikian Safawiyah menguasai jalur perdagangan antara Barat dan Timur. Di samping sektor perdagangan, Safawiyah juga mengalami kemajuan bidang pertanian, terutama hasil pertanian dari daerah Bulan Sabit yang sangat subur(Fertille Crescent).
2. Bidang Ilmu Pengatahuan
Persia di kenal sebagai bangsa yang telah berperadaban tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu pengetahuan, sehingga tradisi keilmuan terus berlanjut.
3. Bidang Pembangunan Fisik dan Seni
Kemajuan ini ditandai dengan berdirinya sejumlah bangunan megah yang memperindah Isfahan sebagai ibu kota kerajaan ini. Sejumlah masjid, sekolah,
rumah sakit, jembatan raksasa di atas Zende Rud dan Istana Chihil Sutun.Kota
Isfahan juga diperindah dengan kebun wisata yang tertata apik.
rumah sakit, jembatan raksasa di atas Zende Rud dan Istana Chihil Sutun.Kota
Isfahan juga diperindah dengan kebun wisata yang tertata apik.
C. KERAJAAN MUGHOL DI INDIA
Kerajaan Mughol berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan safawi. Kerajaan ini termasuk dari tiga kerajaan besar Islam dan kerajaan inilah termuda. Awal kekuasaan Islam di India terjadi pada masa khalifah Al-walid dari Dinasti Bani Umayah, di bawah pimpinan Muhammad Ibnu Qosim.
Kerajaan Mughol di India dengan Delhi sebagai ibu kota kerajaan, di dirikan oleh Zahirrudin Babur ( 1482-1530 M ) salah satu dari cucu Timur lenk. Ayahnya bennama Umar Mirza, penguasa Ferghana. Babaur mewarisi daerah Ferghana dari orang tuanya pada Usia 11 tahun. Karena dari kecil di didik sebagai seorang panglima, ia bertekad dan berambisi akan menaklukan kotaterpenting di Asia Tengah yaitu Samarkand. Pada mulanya Babur mengalami kekalahan, tetapi karena mendapat bantuan dari Raja Safawi, Ismail I, akhirnya berhasil menaklukan Samarkand (1494 M).
Tahun 1504 M, ia menduduki Kabul (Afganistan). Babur menguasai Punjab (1525 M), kemudian menguasai Delhi setelah bertempur di Panipat sebagai pemenang. Dengan demikian, Babur dapat menegakkan pemerintahannya di sana, maka berdirilah kerajaan Mughol di India. Pada tahun 1530 M, Babur meninggal Dunia dalam Usia 48 tahun setelah memerintah Mughol selama 30 tahun dengan mewarisi kejayaan-kejayaan yang cemerlang. Pemerintahan selanjutnya di pegang oleh anaknya Humayyun.
Sepanjang masa pemerintahan Humayyun selama 9 tahun ( 1530-1539 M ) Negara tidak pernah Aman. Pada tahun 1540 M terjadi pertempuran dengan Sher Khan di Kanauj. Dalam pertempuran ini Humayyun mengalami kekalahan. Ia pun kembali menduduki kerajaan Mughol pada tahun 1555 M. setelah tahun itu ( 1556 M), ia meninggal Dunia karena jatuh dari tangga perpustakaannya, Din panah.
Pada tahun 1556 M terjadilah peperangan yang dahsyat, di sebut Panipat II yang di menangkan Akbar (putra sekaligus pengganti Humayun). Akbar mulai menyusun strategi dalam pemerintahannya itu, ia berusaha membangkitkan perekonomian Negara dan pertahanan Negara, sebagai wujud untuk menghalangi pemberontakan-pemberontakan yang akan terjadi kembali. Akbar juga menerapkan sistem politik Sulakkhul (toleransi universal). Dengan politik ini, semua rakyat India di pandang sama.
Kemajuan Peradaban Islam Masa Kerajaan Mughol:
Dengan sistem yang di terapkan Akbar, akhirnya membawa kemajuan. Dalam bidang ekonomi, Akbar memfokuskan pada masalah pertanian sehingga terjadilah kemajuan yang luar biasa pada bidang ekonomi khususnya pertanian, pertambangan dan perdagangan. Di samping untuk kebutuhan dalam Negri, hasil pertanian itu di Ekspor ke Eropa, Afrika, Arabia, dan Asia tenggara. Berkembangnya bidang Ekonomi, memancing Akbar untuk mengembangkan bidang lain seperti halnya bidang seni dan budaya yang pada akhirnya juga berkembang pesat. Bidang seni lebih di fokuskan pada karya seni Arsitektur, sehingga dapat di nikmatin hingga masa kini seperti Istana Fatpursikri, villa, Masjid berlapiskan Mutiara, Taj mahal, Majid raya Delhi dan Istana Indah di Lahore.
D. PERBEDAAN KEMAJUAN PERADABAN PADA MASA INI DENGAN ERA KLASIK
Pada masa kejayaan tiga kerajaan besar, umat Islam kembali mengalami kemajuan. Akan tetapi kemajuan yang dicapai berbeda dengan kemajuan yang dicapai pada masa klasik Islam. kemajuan pada masa klasik jauh lebih kompleks. Di bidang intelektual, kemajuan pada masa tiga kerajaan tidak sebanding dengan kemajuan di zaman klasik. Bidang ilmu pengetahuan, umat Islam sudah mulai taklid pada imam besar yang lahirpada masa klasik islam. beberapa sains yang berkembang pada masa klasik ada yang tidak berkembang lagi, bahkan ada yang dilupakan. Filsafat dianggap bid’ah. Kalau pada masa klasik, umat Islam maju dalam bidang politik, peradaban, dan kebudayaan, seperti dalam bidang ilmu pengetahuan dan pemikiran filsafat.
Beberapa alasan mengapa kemajuan yang dicapai itu tidak setingkat dengan kemajuan yang dicapai pada masa klasik:
1. Metode berfikir dalam bidang teologi yang berkembang pada masa ini adalah metode berpikir tradisional, sehingga cara berfikir ini mempengaruhi perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan.
2. Pada masa klasik Islam, kebebasan berfikir berkembang dengan masuknya pemikiran filsafat Yunani.
3. Al-Ghazali bukan hanya menyerang pemikiran filsafat pada masanya, tetapi juga menghidupkan ajaran tasawuf dalam Islam.
4. Sarana-sarana untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran yang disediakan masa klasik, seperti perpustakaan, karya-karya ilmiah dan lain sebagainya banyak yang hancur dan hilang akibat serangan bangsa Mongol ke beberapa pusat peradaban dan kebudayaan Islam.
5. Kekuasaan Islam pada masa tiga kerajaan besar di pegang oleh bangsa Turki dan mongol yang lebih dikenal sebagai bangsa yang suka perang ketimbang bangsa yang suka ilmu.
6. Pusat-pusat kekuasaan Islam pada masa ini tidak berada di wilayah Arab dan tidak pula oleh bangsa Arab. Di safawi berkembang bahasa Persia, di Turki bahasa Turki, dan di India bahasa Urdu. Akibatnya, bahasa Arab yang sudah merupakan bahasa persatuan dan bahasa Ilmiah pada masa sebelumnya tidak berkembang lagi dan bahkan menurun.
E. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG KEMAJUAN PERADABAN PADA MASA TIGA KERAJAAN BESAR
1. Faktor-faktor pendukung kemajuan kerajaan Usmani:
Faktor pendukung kemajuan peradaban kerajaan Usmani antara lain karena keunggulan politik para pemimpinnya, keberanian, keterampilan dan ketangguhan serta kekuatan militer yang sanggup bertempur kapan dan dimana saja. Akibat kegigihan para pemimpin dalam mempertahankan Turki itulah yang akhirnya membawa dampak yang baik sehingga kemajuan-kemajuan dalam perkembangan Turki dapat diraih dengan cepat.
2. Faktor-faktor pendukung kemajuan kerajaan Safawi:
Faktor pendukung kemajuan peradaban kerajaan Safawi antara lain karena beberapa langkah yang ditempuh oleh Abbas I yang merupakan pelopor puncak kejayaan pada masa itu setelah safawi mengalami saat-saat yang memprihatinkan. Langkah-langkah itu antara lain usaha Abbas I untuk menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash dan mengadakan perjanjian damai dengan Turki sehingga ia berhasil mengatasi berbagai gejolak dalam negeri yang mengganggu stabilitas Negara sampai akhirnya kajayaan dapat diraih pada masa itu.
3. Faktor-faktor pendukung kemajuan kerajaan Mughol:
Faktor pendukung kemajuan peradaban kerajaan Mughal antara lain karena penerapan politik sulakhul (toleransi universal) yang diterapkan oleh Akbar,dimana tidak ada perbedaan antara rakyat India dan semua dipandang sama. Faktor lain yang terpenting adalah karena kemantapan stabilitas poltik akibat sistem pemerintahan yang diterpkan oleh Akbar.
F. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEMUNDURAN DAN KEHANCURAN PADA MASA TIGA KERAJAAN BESAR
Faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi adalah:
1. Konflik berkepanjangan dengan kerajaan Usmani.
Bagi Kerajaan Usmani, berdirinya Kerajaan Usmani, berdirinya Kerajaan Safawi yang beraliran Syi’ah merupakan ancaman langsung terhadap wilayah kekuasaannya.
2. Dekadensi Moral yang melanda sebagian para pemimpin kerajaan Safawi.
Pemimpin kerajaan Safawi yang bernama Sulaiman dan Husein pecandu berat narkotik, juga menyenangi kehidupan malam sehingga selama tujuh tahun tanpa sekalipun menyempatkan diri menangani pemerintahan.
3. Adanya pasukan Ghulam
Pasukan Ghulam (budak-budak) yang dibentuk oleh Abbas 1 tidak memiliki semangat perang yang tinggi seperti Qizilbash.
4. Terjadinya konflik Intern
Seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana.
Faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran dan kehancuran Kerajaan Mughal diantaranya adalah:
1. Terjadinya stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim Mughal.
2. Kemerosotan moral dan hidup mewah dikalangan elit politik yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang Negara.
3. Pendekatan Aurangzeb yang terlampau “kasar” dalam melaksanakan ide-ide puritan dan kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antar agama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya.
4. Semua pewaris tahta kerajaaan pada paruh terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan.
Faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran dan kehancuran Kerajaan Usmani, diantaranya adalah:
1. Wilayah kekuasaan yang sangat luas
Administrasi pemerintahan bagi suatu Negara yang amat luas wilayahnya sangat rumit dan kompleks, sementara administrasi pemerintahan kerajaan Usmani tidak beres. Di pihak lain, para penguasa sangat berambisi menguasai wilayah yang sangat luas, sehingga mereka terlibat perang terus menerus dengan berbagai bangsa.
2. Heterogenitas Penduduk
Sebagai kerajaan besar, Turki Usmani menguasai wilayah yang sangat luas, wilayah yang luas itu didiami oleh oleh penduduk yang beragam dan untuk mengatur penduduk yang beragam dan tersebar di wilayah yang luas itu, diperlukan suatu organisasi pemerintahan yang teratur. Tanpa didukung oleh administrasi yang baik, Kerajaan Usmani hanya akan menanggung beban berat akibat Heterogenitas tersebut.
3. Kelemahan Para Penguasa
Pemeritahan menjadi kacau sepeninggal Sulaiman Al-Qanuni, serta ketika diperintah oleh sultan-sultan yang lemah yang pada akhirnya kekacauan tersebut tidak pernah dapat diatasi secara sempurna, bahkan semakin lama menjadi semakin parah.
4. Budaya Pungli
Budaya pungli merupakan perbuatan yang sudah umum dalam Kerajaan Usmani, yaitu setiap jabatan yang hendak diraih oleh seseorang harus “dibayar” dengan sogokan kepada orang yang berhak memberikan jabatan tersebut.
5. Pemberontakan tentara Jenissari
Pemberontakan tentara Jenissari terjadi sebanayk empat kali, yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M, 1727 M, dan 1826 M.
6. Merosotnya Ekonomi
Akibat perang yang tak pernah berhenti, perekonomian Negara merosot, sementara belanja Negara sangat besar termasuk untuk biaya perang.
7. Terjadinya stagnasi dalam lapangan Ilmu dan teknologi
Kerajaan Usmani kurang berhasil dalam pengembangan ilmu dan teknologi, karena hanya mengutamakan pengembangan kekuatan militer. Kemajuan militer yang tidak diimbangi oleh kemajuan ilmu dan teknologi mengakibatkan kerajaan ini tidak sanggup menghadapi persenjataan musuh dari Eropa yang lebih maju
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dinasti usmani ini berasal dari suku kabilah Oghus. Yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina kurang lebih tiga abad. Kemudian mereka pindah ke Turkistan, Persia dan Iraq. Mereka masuk Islam pada abad ke-9/10 ketika menetap di Asia Tengah. Pada abad ke-13 M, mereka mendapat serangan dan tekanan dari Mongol, akhirnya mereka melarikan diri ke Barat dan mencari perlindungan di antara saudara-saudaranya yaitu orang-orang Turki Seljuk, di dataran tinggi Asia kecil. Dibawah pimpinan Ertoghrul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alaudin II yang sedang berperang melawan Bizantium. Karena bantuan mereka inilah, Bizantium dapat dikalahkan. Kemudian Sultan Alauddin memberi imbalan tanah di Asiakecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya dan memilih kota Syukud sebagai ibukota.
Pada waktu kerajaan Turki Usmani sudah mencapai puncak kejayaannya, kerajaan Safawi di Persia baru berdiri. Namun pada kenyataannya, kerajaan ini berkembang dengan cepat. Nama Safawi berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil, yaitu tarekat Safawiah sesuai dengan nama pendirinya Safi Al-Din, salah satu keturunan Imam Syi'ah yang keenam "Musa al-Kazim" Nama ini terus di pertahankan sampai tarekat ini memjadi suatu gerakan politik dan menjadi sebuah kerajaan yang disebut kerajaan Safawi.
Dalam perkembangannya, kerajaan Safawi sering berselisih dengan kerajaan Turki Usmani. Kerajaan ini menyatakan sebagai penganut Syi'ah dan dijadikan sebagai madzhab negara. Pada awalnya tarekat ini bertujuan memerangi orang-orang yang ingkar dan pada akhirnya memerangi orang-orang ahli bid'ah. Tarekat ini menjadi semakin penting setelah ia mengubah bentuk tarekat itu dari pengajian tasawuf murni yang bersifat lokal menjadi gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya di Persia, Syiria dan Anatolia.Dalam perkembangannya Bangsa Safawi (tarekat Safawiyah) sangat fanatik terhadap ajaran-ajarannya. Suatu ajaran agama yang dipegang secara fanatik biasanya menimbulkan keinginan dikalangan penganut ajaran itu untuk berkuasa. Karena itu, lama kelamaan murid tarekat safawiah berubah menjadi tentara yang teratur, fanatik dalam kepercayaan dan menentang orang yang bermadzhab selain syi’ah.
Kerajaan Mughol berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan safawi. Kerajaan ini termasuk dari tiga kerajaan besar Islam dan kerajaan inilah termuda. Awal kekuasaan Islam di India terjadi pada masa khalifah Al-walid dari Dinasti Bani Umayah, di bawah pimpinan Muhammad Ibnu Qosim.
Kerajaan Mughol di India dengan Delhi sebagai ibu kota kerajaan, di dirikan oleh Zahirrudin Babur ( 1482-1530 M ) salah satu dari cucu Timur lenk. Ayahnya bennama Umar Mirza, penguasa Ferghana. Babaur mewarisi daerah Ferghana dari orang tuanya pada Usia 11 tahun. Karena dari kecil di didik sebagai seorang panglima, ia bertekad dan berambisi akan menaklukan kota terpenting di Asia Tengah yaitu Samarkand.
Pada mulanya Babur mengalami kekalahan, tetapi karena mendapat bantuan dari Raja Safawi, Ismail I, akhirnya berhasil menaklukan Samarkand (1494 M). Tahun 1504 M, ia menduduki Kabul (Afganistan). Babur menguasai Punjab (1525 M), kemudian menguasai Delhi setelah bertempur di Panipat sebagai pemenang. Dengan demikian, Babur dapat menegakkan pemerintahannya di sana, maka berdirilah kerajaan Mughol di India.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir, 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah
Yatim, Badri, 2011. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta: Rajawali Pers
Hassan, Ibrahim Hassan, 1989. sejarah kebudayaan Islam. Yokyakarta: Kota Kembang
Syalibi, 1988, sejaarah kebudayaan Islam: ImperiumTurki Usmani. Jakarta: Kalam Mulia
Fakhruddin, moh fuad, 1985. Perkembangan Kebudayaan Islam. Jakarta: Bulan Bintang
Nasution, Harun, 1985. Islam ditinjau dari berbagai apeknya, jilid I. Jakarta: UI Press
[1] Dr. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 1999), hlm. 130.
[2] Hassan Ibrahim Hassan, Sejarah Kebudayaan Islam, (Yogyakarta: Kota Kembang, 1989), hlm. 324-325
[3] A.Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam: Imperium Turki Usmani, (Jakarta: Kalam Mulia, 1988), hlm. 2
[4] Fuad Moh. Fakhruddin, Perkembangan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), hlm. 158.
[5] Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai Aspeknya, jilid 1, (Jakarta: UI Press, 1985, cet kelima), hlm. 84
[6] Philip K. Hitti, History of the Arabs, (London: Macmllan Press, 1970), hlm. 713-714.
[7] Bhinnaz Toprak, Islam And Political Develoment In Turkey, (Leiden: E.J. Brll, 1981), hlm. 4.
[8] Dr. Badri Yatim, op Cit, hlm 131.
[9] Ibid.
[10] Philip K. Hitti, op Cit.
[11] P.M. Holt, dkk, The Cambridge History of Islam, vol .A, (London: Cambridge University Press, 1970), hlm. 394
Tidak ada komentar:
Posting Komentar