Selasa, 13 Mei 2014

Makalah Dasar-Dasar Pembangunan sosial




BAB I
PENDAHULUAN

Latarbelakang Masalah
            Suatu organisasi pelayanan masyarakat pada dsarnya cendrung ke arah dsikursus yang mana dalam memberikan pelayanan terhadap komunitas sasaranya. Kecendrungan ini biasanya sangat terkait dengan pola pikir dan sudut pandang dari elite dalam organisasi pelayanan masyrakat tersebut. Bila elite organisasi terebut lebih cendrung ke pandangan-pandangan rasional pasar, ekonomi maka kemungkinan mereka kan memilih diskursus pasar. Hal yang dilihat di sini sekurang-kurangnya dari kecendrungan ketika oganisasi melakukan assessment, perencaan , pelaksanaan dan evaluasi.
            Besarnya pengaruh dari elite organisasi terhadap proses perencanaan, pengambilan keputusan dan kebijakan serta program organisasi maka pilihan terhadap diskursus itu dapat berubah ketika terjadi pergantian struktur elite organisasi tersebut. Dari penjelasan singkat mengenai diskursus di atas maka pemakalah dapat merumuskan suatu masalah yaitu jelaskan bagaimana Diskursus dalam Pembangunan Usaha Kesejahteraan Sosial.









BAB II
PEMBAHASAN
Paradigma Positivisme dalam ilmu sosial di gambarkan oleh ife mempunyai pandangan yang melihat ilmu sosial seperti fisia, dunia sosial dianggapterdiri dari berbagai variabel dan fakta yang dapat di ukur. Berbagai fenomena sosial seprti kebutuhan, keterasingan, depresi, kemiskinan, kesenjangan dan kejahatan di operasionalkan agar dapat di lakukan pengukuran terhadap fenomena-fenomena tersebut. Keterampilan ilmuwan sosial dalam pandangan kelompok ini adalah dalam pengukuran hal yang empirik dan objektif bukanya pembahaman dan interpretasi subjektif mengenai fenomena yang ada.
Paradigma Humanistik berada di kutub yang berlawanan dengan kelompok posiyivistik. Mereka tidak memandangan pengukuran empirik bukanlah segala-galanya dalam pemaahaman masalah sosial malahan idak jarang dapat menyesatkan karena terjadi reduksi terhadap fenomena sosial yang ada. Perhatian terhadap pengukuran empirik ini juga tidak jarang mengakibatkan pengalihan pemahaman terhadap dinamika kehidupan manusia itu sendiri.menurut kelompok ini pemahaman sosioogi interpretif, etnometodologi dan riset aksi partisipatif justru dapat memperkaya pemahaman dari mereka yang bergerak di bidang ilmu kesejahteraan sosial terhapa kondisi m,ansia secacara lebih utuh.
Diskursus Manajerial
            Diskursus ini berada pada kutun positivistik dan atas ke bawha. Sehingga warna positivistik sangat kental disini, baik dalam perencanaan maupun evaluasi program yang telah dilaksanakan. Karena diskursus ini juga berada pada kutub atas ke bawah sehingga dlam pembuatan kebijakan perencanaan program lebih banyak di tentukan oleh pemikiran perencanaan di bandingkan masyarakat. Pada diskursus manajerial hakikat dari kesejahteraan itu sendiri dilihat sebagai suatu produk yang di tawarkan pada para pemakai. Sebagai suatu produk layanan kesejahteraan sosial dirancang oleh tim perencana program dari organisasi pelayanan masyarakat sedangkan kelompok sasaran hanya menerima dan menggunakan produk tersebut jika dia menyetujui dan tidak menggunakan produk tersebut kalau merka tidak menyukainya.
            Disini consumer relatif hanya mempunyai pilihan apakah ia mau menggunakan layanan di tawarkan oleh HSO tersebut ataukah dia menolak.penerima layanan kesejahjteraan sosial di anggap sebagai pemakai                   ( Costumer) layanan kesejahteraan sosial yang itawarkan oleh Organissi pelayanan masyarakat. Peran pekerja sosial dalam diskursus ini lebih mengarah pada peran sebagai manajer kasus. Sebagai manajer kasus peran pekerja sosial cendrung untuk menjadi pelaksana dari program yang telah di rencanakan oleh tim manaerial. Tugas pekerja sosial di sini meskipun beban kerjanya mungkin juga besar tetapi kurang di berikan kesempatan untuk berimprovisasi mengembangkan program sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
            Pertanggungb jawab dari pekerja sosial ditujukan pada manajer ataupun supervisior mereka pada lembaga tersebut. Hal ini serupa dengan pertanggungjawaban antara bawahan terhadap atasan. Arah kebijakan yang diambil dalam diskursus ini bila terjadi masalah dalam layanan yang mereka kembangkan pada dasarnya mengarah pada perbaikan manajerial. Salah satu contoh lain dari diskursus manajerial yang melihat kesejahteraan sosial lebih pada produk adalah layanan kereta rel listrik di jaotabek yang melihat peneirma jasa layanan merek sebagai pemakaian jawa saja.
Diskursus Pasar
            Diskursus ini berada pada kutub Positivistik. Sehingga warna posotivistik masih terasa pada diskursus ini baik dalam perencanan maupun evaluasi program yang telah dilaksanakan karena diskursus ini juga berada pada kutub bawah ke atas. Sehingga dalam pembuatan kebijakan perencanaan program pada waktu melakukan pengkajian kebutuhan dan masalah yang di hadapi msyarakat pihak petugas lapangan juga menggali masukan dari masyarakat. Akan tetapi dalam proses perencanaanya biasanya lebih banyak di tentukan oleh pemikiran perencanaan dibandingkan masyarakat.
            Pada diskursus opasar hakikat darri kesejahteraan itu sendiri dilihat sebagai suatu komoditas yang ditawarkan pada pada pengguna layanan. Sebagai komoditas layanan kesejahteraan sosial biasanya di awali dengan melakukan assessment terhadap kelompok sasaran. Berbeda dengan diskursus manajerial pada diskursus ini kelompok sasaran mempunyai kesempatan untuk memberikan masukan dan ususlanya di pertimbangkan secara khusus oleh pihak perencanaan program dan kegiatan.
            Terkait dengan contoh peran pekerja sosial yang tampak adalah sebagai pengusaha hal ini terlihatdri upaya si pekerja sosial untuk menawarkan komoditas pada kelompok sasaran. Disamping sebagai pengusaha peran pekerja sosial pada diskursus ini juga dapat sebagai perantara. Sebagai perantara pekerja sosial menghubungkan antara pihak donor dengan masyarakat yang membutuhkan bantuan. Arah kebijakan yang cendrung di ambil pada diskursus ini adalah ebijakan yang memungkinkan terciptanya proses kompetisi antara berbagai HSO yang ada di suatu daerah.
Disamping itu kebijakan yang mengarah pada privatisasi juga mendapat penekanan. Karena dari kebijakan seperti ini diharapkan beban negara akan dapat diperkecil,. Dalam diskursus ini peran dari pengguna jasa masih tetap mendapat perhatian karena itu pihak pemberi layanan harus selalu berusaha mengemas paket layanan agar dapat memenuhi kebutuhan yang diharapkan masyarakat dalam hal ini tentunya memperhatikn masukan dari masyarakat.  
Diskursus Profesional
            Diskusus ini berada pada kutub Humanistik dan atas ke bawah. Diskursus ini merupakan diskursus awal berdirinya ilmu kesejahteraan Sosial dimana Mary Richmond dengan metode bimbingan sosial perseorangannya melihat bahwa oeran pekerja sosial seperti peran seorang dokter dalam menghadapi pasienya.  pada diskursus ini hakikat dari kesejahteraan itu sendiri di lihat dari ada dan berkembangnya layanan yang diberikan pada klien. prinsip pekerja sosial seperti individualisasi kesadaran diri pekerja sosial dan kerahasiaan menjadi salah satu titik berat dari diskursus ini,
            Peran pekerja sosial di sini berfungsi sebagai petugas yang memberikan layanan secara profesional.pertanggung jawab pada diskursus ini adalah klien dan organisasi profesi. diskursus ini profesional ini banyak mengadopsi relasi profesional antara dokter dengan pasienya, sehingga terbentuknya suatu organisasi profesi yangkuat dianggap sebagai persyaratan berkembangnya profesional yang baik.
            Arah kebijakan yang muncul dari diskursus ini adalah meningkatkan kualitas tenaga profesional meningkatkan ketrampilan pekerja sosial itu sendiri dan memberikan sertifikasi tenaga profesional pada mereka yang lulus ujian pada tingkat profesional.
Diskursus Komunitas
            Diskursus ini berada pada kutup humanistik dan bawah ke atas. sehingga warna humanistik sangat terasa pada diskursus ini baik dalam perencanaan maupun evaluasi program yang telah dilaksanakan. dalam melakukan pengkajian kebutuhan dan potensi yang ada pada masyarakat perencanaan program, pelaksanaan program dan kebgiatan serta pada waktu evaluasi pihak petugas lapangan mencoba menggali masukan dari masyarakat.
            Hakikat kesejahteraan pada diskursus ini dilihat dari adanya atau tumbuhnya partisipasi dalam konteks komunitas. penerima usaha kesejahteraan sosial pada diskursus ini dilihat sebagai warga masyarakat yang mempunyai hak sekaligus kewajiban. Peran pekerja sosial dalam diskursus komunitas lebih mengarah pada peran sebagai petugas komunitas ataupun pemercepat perubahan. arah kebijakan dari diskursus ini terkait dengan upaya mengembangkan partisipasi masyarakat adalah dengan memfasilitasi terbentuknya struktur dan prosea yang berbasiskan masyarakat lokal dan yang terkait dengan diskursus komunitas adalah mendorong terciptanya desntralisasi sehingga keputusan yang terkait dengan masyrakat lokal tidak secarasepihak di tentukan dari pusat.
BAB III
PENUTUP
Suatu organisasi pelyanan masyarakat pada dasarnya cendrung ke aeah diskursus yang mana dalam  memberikan pelayanan terhadap komunitas sasaranya. Kecendrungan ini biasanya sangat terkait dengan pola pikir dan sudut pandang dari elite dalam organisasi pelayanan masyarakat tersebut. Bila elite organisasi lebih cendrug ke pandangan rasional ekonomi maka kemungkinan mereka meimilih diskursus pasar. Hal yang dilihat disini sekurang-kurangnya dari kecendrungan ketika organisasi melakukan assessment, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Karena besarnya pengaruh dari elite organisasi terhadap proses perencanaan, pengambilan keputusan dan kebijakan serta program organisasi maka pilihan terhadap diskursus itu dapat berubah ketika terjadi pergantian  struktur elit di organisasi tersebut.











DASAR-DASAR PEMBANGUNAN SOSIAL

Diskursus dalam Pembangunan Usaha Kesejahteraan Sosial

Lambang IAIN.jpg





Tugas ini disampaikan pada mata kuliah

Disusun Oleh  :
A. Hatimi                    11521001

Dosen Pembimbing
Sukirman, S. Sos, M. Si

JURUSAN BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH dan KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar